Share

Chapter 2

“Jangan berpura-pura bodoh kamu, Zavar! Bukankah ini yang kamu mau?” ucap Sarah dengan geram. Ia merasa Zavar lah yang sengaja menjebaknya, menggunakan kesempatan disaat kesempitan.

“Kamu sengajakan membuat drama bahwa aku tidur denganmu, agar kamu bisa menikah denganku dan menjadi menantu di rumah ini, tanpa harus lelah menjadi tukang ojol?” tuduh Sarah dengan tatapan yang tajam setajam belati.

“Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti,” Zavar mencoba menjelaskan.

“Stop! Jangan menyalahkan orang lain, Sarah. Disini kamu dan Zavar sama-sama bersalah. Ayah sudah memutuskan akan menikahkan kalian hari ini juga! dan Papa tidak mau mendengarkan penjelasan apun lagi,” papar Bagas.

“Tapi, Ayah. Bagaimana mungkin Sarah menikah dengan lelaki yang tidak sarah cintai? sarah ingin menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.” Sarah berusaha menjelaskan kepada Ayahnya. Dia bersikeras tak mau dipaksa dinikahkan dengan Zavar.

“Keputusan sudah bulat, Ayah tak mau kamu dan Zavar terus berbuat dosa," jawab Bagas.

“Ayah, maafkan Sarah yang telah membuat Ayah malu. Tapi sumpah demi Allah, Sarah tidak melakukan hal yang tak senonoh itu, Ayah. Apalagi di rumah ini, itu tidak mungkin. Paling tidak melihat rekaman CCTV-nya dulu.” Sarah berusaha menjelaskan pada ayahnya.

“Cukup, Sarah! Tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah sangat jelas. Pengawal, pegang mereka berdua, masukan kedalam mobil.” Bagas memerintahkan perintah pada kedua pengawalnya.

Sekuat apapun Sarah memohon pada sang Ayah, tetapi lelaki itu sama sekali tak menghiraukan. Ia tetap kukuh pada pendiriannya, menikahkan Sarah dan Zavar secepat mungkin agar tak semakin membuat keluarganya malu.

Dua mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke KUA. Tiba di sana, Sarah dan Zafar langsung dinikahkan.

“Sah!” ucap para saksi. Seketika itu luruh lah air mata Sarah. Ia tak menyangka akan menikah secepat ini, dengan dengan cara yang tak pernah ia sangka-sangka.

Padahal, Sarah masih ingin menyelesaikan kuliahnya. Hati Sarah hancur, mendapati nasibnya yang tidak pernah memihak pada kebahagiaan.

“Sarah, mulai saat ini kamu bukan tanggung jawab Ayah lagi. Jika ada apa-apa jangan pernah hubungi Ayah. Sebab tanggung jawab Ayah padamu sudah selesai. Kini segala urusan mu menjadi tanggung jawab dia!” Bagas menunjuk ke wajah Zavar. “Hei, kamu! aku serahkan sepenuhnya Sara padamu. Terserah kalian mau apa dan pergi kemana, aku tak akan melarang, tapi ingat satu hal. Jangan pernah tampakkan wajah kalian di hadapan ku!” Bagas berucap dengan lantang.

Kemudian, Bagas buru-buru keluar dari KUA lalu masuk kedalam mobilnya. Ia tak kuasa melihat Sarah dan Zavar. Hatinya sangat benci pada putri kandungnya itu, yang ia pikir membuatnya malu.

Sementara itu, Lena dan putrinya, mencemooh Sarah dengan pandangan yang merendahkan. Kemudian Lena pun segera keluar untuk menyusul Bagas yang telah masuk kedalam mobil.

“Sudah menikah dengan pria miskin, dan dibuang dari keluarganya,” celetuk Selena yang masih berada di ruangan tersebut.

“Itulah makanya, Sarah jangan keganjenan. Mentang-mentang kami lagi keluar seenaknya kamu memasukkan seorang lelaki di rumah kita, lain kali kalau mau buat maksiat tuh di hotel dong! Jangan di rumah, biar nggak ketahuan! Nggak modal banget, wajar sih selera kamu kan tukan ojol.” Selena berucap pada Sarah.

Zavar yang mendengar perkataan pedas Selena membuatnya habis kesabaran. Zavar melayangkan tangannya, mendarat cantik di pipi mulus saudara tirinya Sarah, berharap gadis itu diam. Namun, bukannya diam. Justru Selena menatap dengan tajam, seolah merasa tak terima.

“Kau! Beraninya menamparku!” ucap Selena geram.

Selena merasakan pipinya terbakar setelah mendapatkan tamparan keras dari Zavar. Ia tidak percaya bahwa pria yang baru saja menikahi Sarah, saudara tirinya berani melakukan hal itu padanya. Selena merasa terhina dan marah. Ia menatap Zavar dengan mata yang menyala-nyala, lalu membentaknya dengan suara yang menggelegar.

“Sialan! Beraninya kau menamparku! Kamu pikir kamu siapa, hah!” berang Selena dengan penuh amarah. Ia mengangkat tangannya untuk membalas tamparan itu, tapi Zavar dengan cepat menangkap tangan Selena dan menekannya ke bawah.

“Berisik, tutup mulut kotor itu!” ungkap Zavar dengan nada dingin. Ia melihat Selena dengan tatapan sinis.

Mendengar perkataan Zavar tentunya membuat Selena semakin murka mendapat hinaan dari tukang ojol tersebut. Ia semakin tak terima.

“Apa katamu? Orang rendahan seperti kamu berani sekali mengatakan hal seperti itu padaku. Bahkan dirimu itu tak pantas di sandingkan dengan kotoranku. Berkaca, dan sadar dirilah. Lihat siapa dirimu. Ojol rendahan! Kalian memang pantas,” ucap Selena menghina Zavar.

Selena mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Zavar yang kuat, tapi gagal. Ia meronta-ronta sambil menjerit-jerit meminta tolong. Ia berharap ada orang yang datang untuk membantunya. Beberapa orang di KUA melihat adegan itu dengan rasa penasaran dan heran.

“Tidak berpendidikan!” jawab Zavar menatap Selena dengan pandangan nanar. Andai dihadapannya seorang lelaki, mungkin sudah ia layangkan bogemnya dengan sekuat mungkin ke wajah gadis yang telah memancing amarahnya. Tetapi, Zavar masih dalam kendali mengontrol emosinya.

“Sudahlah Zavar, lepaskan dia, sebelum penjaga ayah ku menyakiti kamu,” ucap Sarah memberi tahu. Ia takut kalau Selena nekat berteriak, tentunya akan membahayakan Zavar apalagi di depan masih ada penjaga ayahnya yang menunggu bisa saja melakukan hal buruk kepada Zavar.

Mendengar perkataan Sarah, Zavar pun akhirnya mengundurkan cengkramannya, lalu melepaskan tangan Selena dengan menghempasnya.

“Jika kau berani menyakiti Sarah, aku tak akan segan menyakitimu lebih dari ini,” ancam Zavar yang begitu kesal dengan sikap saudara tirinya Sarah.

Selena merasa tersengat mendengar kata-kata Zavar. Ia tidak tahan mendengar kata-kata itu dari seorang ojol yang dianggap hina. Ingin melawan tetapi ia takut kalau Zazar menyakitinya. Ia mendesis merasakan sakit di tangan yang berdenyut nyeri akibat cengkraman dari pemuda itu.

“Selena, cepat! Kamu mau pulang atau tidak! Ayo cepat sebelum ayahmu marah!” titah Lena meneriaki Selena di dalam ruangan KUA.

Lena berdiri di samping pintu dengan tas dan jaket di tangannya. Ia sudah tidak sabar ingin meninggalkan tempat itu dan melupakan kejadian memalukan itu.

Mendengar teriakan dari mamanya, Selena pun langsung beranjak meninggalkan Sarah dan Zavar yang masih mematung di tempat mereka berdiri sejak tadi. Selena menghentakkan kakinya dengan kasar dan berjalan menuju pintu dengan langkah cepat. Ia tidak mau melihat wajah Sarah dan Zavar lagi.

“Selamat tinggal, semoga lain kali saat kita berjumpa, kamu masih sehat seperti ini! Selamat menjalani hari-hari burukmu menjadi istri tukang ojol,” ucap Selena menghina dan mencemooh keduanya, kemudian dengan segera berlalu hingga tak terlihat lagi. Mereka telah pulang, meninggalkan Sarah dan Zavar.

“Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Zavar kepada Sarah. Zavar merasa kasihan melihat Sarah yang tampak pucat dan lemas. Ia tahu Sarah tidak bahagia dengan pernikahan ini, tapi ia juga tidak bisa menolak. Ia berharap Sarah bisa menerima dirinya sebagai suami.

“Sudahlah, jangan pedulikan aku!” jawab Sarah dengan suara lirih. Sarah merasa bingung dan takut dengan apa yang terjadi. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya setelah ini. Apalagi hidup bersama Zavar yang mungkin untuk makan saja pasti kesusahan.

Saat Sarah melamun memikirkan nasibnya, tiba-tiba sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya membut sarah terkejut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status