Pov YudhaTidak terasa sudah jam sebelas siang, sebentar lagi jam makan siang Irish. Aku bermaksud datang ketokonya untuk mengajaknya makan siang.Umurku sudah menginjak 28tahun, tapi aku seperti anak ABG labil yang gemetaran saat ingin menemui pacar. Ya, aku sangat gugup setiap kali ingin menemui Irish. Mungkin perasaan cintaku yang sangat besar membuatku sampai seaneh ini.Satu persatu baju kubuang kesembarang arah, sudah hampir tiga puluh menit aku belum juga menemukan baju yang cocok untuk ku pakai menemui Irish. Memang segila ini aku mencintai Irish. Hampir setiap hari bertemupun masih saja ingin selalu terlihat sempurna di depannya.Ceklek!Aku menutupi bagian dadaku yang sedang tak mengenakan baju karena terkejut tiba-tiba pintu kamarku dibuka seseorang. Perasaan senang karena ingin cepat-cepat menemui Irish mendadak hilang melihat Alan datang tanpa mengetuk pintu."Bisakah kamu sedikit lebih sopan jika ingin masuk kedalam kamarku?" geramku pada lelaki yang selalu tidak menyuka
"Dari jendela kamar ini kamu bisa langsung menikmati pemandangan lautan. Aku yakin waktu seminggu disini akan membuatmu ketagihan dan suatu saat ingin kembali mengajakku kesini." ucap Yudha sembari menatap kekasihnya yang masih terpukau dengan keindahan pemandangan di depannya."Kamu pasti menghabiskan banyak uang untuk menyewa vila ini, Yudha." ucap Irish masih dengan terkagum-kagum."Uang yang kukeluarkan tidak sebanding dengan kebahagiaanku bisa mengajakmu kesini." ucap Yudha. Sungguh Irish sangat tersanjung dengan ucapan Yudha barusan. Cinta pertamanya kandas dengan begitu mengenaskan dan dia sekarang seperti tak percaya telah mendapatkan ganti seseorang yang begitu sangat mencintainya."Aku juga sangat senang, terimakasih Yudha. Karena kamu sudah membuatku merasa seperti wanita yang sangat beruntung telah memilikimu."Yudha tersenyum, sebenarnya ia ingin sekali sekedar menyentuh pucuk kepala Irish namun dia takut wanita itu akan mengamuk seperti biasanya dan menjadi ilfeel padany
Pov AuthorAyam betutu, sate lilit dan beberapa jenis makanan khas Bali lainnya terhidang di meja. Tak lupa cake ulang tahun yang Irish belikan khusus untuk Yudha pun ikut terpampang diatas meja tersebut."Selamat ulangtahun Yudha, aku tidak tahu barang apa yang kamu inginkan jadi maaf kalau seandainya kamu enggak suka barang pemberianku." ucap Irish setelah Yudha meniup Lilin. Ia pun segera memberikan kotak hadiah kepada Yudha."Aku menyukai apapun yang kamu pilihkan. Boleh aku buka sekarang?" tanya Yudha."Ya, tentu saja boleh." Ucap Irish. Yudhapun segera membuka kotak hadiah pemberian Irish dengan sangat hati-hati."Cantik sekali ini." ucap Yudha sembari mengeluarkan hoodie berwarna hitam pemberian Irish."Aku juga punya satu yang sama persis dengan itu.""Benarkah? kalau gitu kita pakai barengan pas pulang nanti.""Ok, memang tujuanku memberikan ini untuk kita pakai bersamaan." ucap Irish dengan senyum mengembang.Keduanya mulai menikmati makan malam sembari menikmati keindahan
Pov Yudha Sekitar jam satu siang aku sudah sampai di depan rumah Om Adit. Meski dalam keadaan terdesakpun aku tetap mengantarkan Irish menggunakan taksi sampai ke rumahnya. Sebenarnya aku sama sekali tak punya nyali menginjakan kaki di rumah Om Adit lagi. Namun mengingat kebaikan Om Adit aku harus belajar bermuka tebal. Aku ingin minta maaf pada keluarga Om Adit, meskipun itu takan membuat lelaki itu mencabut tuntutannya pada ibuku."Den, Yudha?" satpam di rumah Om Adit langsung membukakan pintu setelah melihatku di depan gerbang. Akupun segera masuk namun baru beberapa langkah masuk aku di halangi."Den maaf, sesuai perintah Tuan saya hanya di tugaskan memberikan beberapa koper itu jika anda pulang." Mang Ucup menunjuk kearah beberapa koper yang ada di sebelah post satpam."Itu apa, Mang?" tanyaku padanya."Itu barang-barang anda."Sontak aku sangat terkejut, apakah aku sudah di usir dari rumah mewah ini setelah kejahatan ibuku pada keluarga Om Adit terbongkar?"Benarkah Tuan yang m
Pov YudhaAku rasa dunia sedang sangat kejam kepadaku. Masalah datang bertubi-tubi. Keadaan ibuku kritis, aku bingung harus bagaimana sekarang.Kenapa aku seceroboh ini. Harusnya aku tak perlu dulu memberitahu ibuku tentang lamaranku pada Irish. Saat ini ibuku sangat butuh dukungan, harusnya aku bisa mengontrol diri agar keadaannya tidak menjadi seperti ini.Beberapa hari setelah ibuku berhasil melewati masa kritis, akhirnya dia sembuh juga. Aku bisa tersenyum lega sekarang.Perasaan bahagiaku tidak bertahan lama. Setelah kesembuhan ibuku, dia sama sekali tidak mau di jenguk olehku. Aku benar-benar tak tahu dengan cara apa aku bisa memandapatkan maafnya.Di tengah perasaan kacauku, aku teringat pada sebuah kartu nama yang ibuku berikan.Aku kemudian membuka dompetku lalu mengambil kartu nama itu.'Viola Amalia' itu nama wanita yang ibu bilang menginginkanku. Mungkin aku butuh bantuannya untuk bisa mendapatkan maaf wanita yang sudah melahirkanku.Aku melajukan mobil menuju perusahaan w
Pov IrishHari ini aku menemui pemilik perusahaan yang beberapa waktu lalu mengorder kueku. Butuh waktu lama dan perjuangan keras agar bisa langsung menemui orang itu. Itu karena dia selalu menyuruh asistennya untuk menyelesaikan semuanya tanpa mau bertemu langsung denganku. Aku tak puas hati hanya menyelesikan masalah dengan bawahannya yang keras kepala itu saja.Nasib para karyawanku di pertaruhkan, aku akan melakukan apa saja demi menyelamatkan mereka dari fitnah kejam ini. Aku yakin seseorang sedang dengan sengaja menjebak kami.Dalam pertemuan kami, lelaki yang menjadi bos perusahaan tersebut bilang akan mengurungkan niatnya melaporkan kami asal kami mambayar denda sebesar 500juta. Sepertinya mereka memang menginginkan kehancuranku. Tapi bisa apa aku sekarang? aku tak mau karyawanku menderita, aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan mereka.Setelah pertemuanku dan bos gila itu berakhir, aku segera menghubungi Yudha untuk meminta pendapatnya. Namun entah kenapa kali ini Yudh
Pov Irish"Apa enggak ada cara lain ya, Bik? aku enggak tega menyerahkan sertifikat rumah dan toko pemberian Ayah Adit pada mereka. Aku takut Ayah Adit akan marah jika tahu.""Dia takan tahu, Bu. Rahasia ini cuma kita berdua yang tahu. Toko ibu cukup ramai sebelumnya. Anda pasti pelan-pelan bisa mencicil uang yang anda pinjam." balas bik Linda. Benar juga ucapannya, bisnis kueku cukup ramai, aku yakin bisa dengan cepat membayar cicilan hutangku."Baiklah, Bik. Kapan kita temui orang itu?" tanyaku pada Bik Linda."Kapanpun anda ingin menemuinya saya akan antarkan." jawabnya."Kalau gitu besok kita akan ke rumah orang itu.""Baik bu, esok jemput langsung saja saya di rumah kontrakan saya."Aku mengangguk setuju. Kemudian bik Linda pamit pulang. Setelah kepergiannya aku merasa kembali kesunyian di rumahku sendiri. Mengingat penghianatan Yudha aku kembali menangis. Selemah ini memang aku sekarang.Semua fotoku saat bersama Yudha sudah aku hapus, nombornya pun sudah ku blokir. Barang-baran
Mataku hampir saja terpejam, namun bel di rumahku terus-terusan berbunyi tanpa jeda. Aku yakin orang datang berniat cari masalah.Pintu ku buka, ada lima lelaki berbadan kekar berdiri di depan pintu. Apa orang-orang ini adalah orang suruhan dari orang yang sudah menipuku kemarin?"Kami akan memberi waktu satu jam dari sekarang untuk kamu mengemas barang-barang kamu!" ucap salah satu dari mereka."Kenapa aku harus mengemas barangku?" tanyaku sambil menatap nyalang para lelaki itu."Jangan pura-pura bodoh! kamu sudah menjual rumah ini pada bos kami!" bentak lelaki tadi."Bos kalian gila. Dia sudah menjebakku. Aku tak pernah menjual rumah ini padanya!""Jangan banyak bicara kamu atau kamu akan menyesal!" lelaki yang dari tadi bicara memberi kode pada temannya untuk menyeretku. Aku melakukan perlawanan, tapi tenagaku tidak ada apa-apanya di banding mereka. Aku terlempar keluar pintu rumah.Beberapa lelaki yang tadinya masuk ke dalam rumah kembali dan membawakanku koper berisi baju-bajuku.