"Kamu kenapa, Ken?" tanya Gabela pada Kenan. Seperti kemarin, saat ini mereka hanya makan siang berdua saja di sofa santai ruang kerja, tanpa Fara yang makan siang bersama Nabila lagi di kantin rumah sakit. Namun sejak tadi Gabela perhatikan, Kenan tak fokus dengan makanannya. Kerap kali pria itu terlihat melamun.
"Eh?" Kenan tersadar dari lamunannya "Tidak, aku tidak kenapa-napa." jawabnya berbohong senatural mungkin.
Gabela akui bahwa Kenan adalah orang yang sangat lihai menyembunyikan perasaannya. Namun dirinya juga bukanlah orang yang mudah dibohongi "Benarkah begitu?"
"Hm." Kenan tersenyum tipis tak bergeming.
"Ayolah, Ken! Aku dan kamu bukan hanya sehari dua hari saling mengenal. Selama 9 tahun, apa kamu pikir aku tak mengetahui apapun tentang kepribadianmu?"
"Hmm? Benarkah? Kalau begitu coba kamu sebutkan apa saja yang kamu tahu tentang kepribadianku!" Kenan tak termakan p
Glek...Susah paya Kenan meneguk saliva. Detik ini juga ia telah benar-benar yakin, seyakin-yakinnya bahwa dirinya adalah pria normal. Darahnya mendesir hebat, suhu tubuhnya tiba-tiba memanas di malam yang sejuk ini, di bawah sana ada yang berdiri tegak tapi bukan keadilan, sebut saja si Jonny, alat tempur pemroduksi Kenan junior. Semua gejala yang sangat asing bagi Kenan itu disebabkan oleh pemandangan ilahi, penggoda iman para kaum Adam di hadapannya. Meskipun sangat asing, bagi Kenan yang notabenenya seorang dokter tentu saja memahami makna gejala-gejala tersebut. Hasrat Biologis, itulah sebutannya dalam ilmu sains, Biologi.Meskipun tidak tahu pasti alasan ia dapat menikmati pemandangan ilahi ini, Kenan tidak peduli. Yang pasti saat ini, Kenan hanya tak ingin melewatkan pemandangan tersebut barang sedetikpun. Matanya seakan enggan berkedip menatap memindai kemolekan tubuh Fara di balik piyama tipis transparan yang membalut lingerie over
"Aahh..." Fara mend*sah ketika Kenan mer*mas gunung kembarnya.Entah sejak kapan dan siapa yang memulai, Kenan dan Fara baru saja berciuman cukup panas. Beberapa waktu yang lalu, mereka tengah mencuci piring bekas makan mereka di wastafel. Berawal dari ketidaksengajaan tangan keduanya bersentuhan ketika hendak mengambil spons hampir pada waktu bersamaan. Kontak fisik antara tangan mereka membangkitkan hasrat saling mendamba terhadap satu sama lain. Dan terjadilah ciuman pertama mereka.Ya, ciuman pertama, baik bagi Kenan maupun Fara. Kenan tidak perlu dipertanyakan, sebagai seseorang yang belum pernah menjalin hubungan asmara sebelumnya, tentu saja ini adalah ciuman pertamanya. Adapun Fara, percaya atau tidak, bahkan selama 3 tahun berpacaran dengan Bagus, keintiman mereka hanya sebatas berpegangan dan bergandengan tangan. Meskipun Bagus kerap kali meminta lebih, Fara selalu beralasan tidak ingin melakukan lebih sebelum mereka menikah. Dan B
"Kamu beneran ingin masuk kerja hari ini, yang?" tanya Kenan pada Fara. Saat ini keduanya tengah sarapan bersama seperti yang sudah-sudah di ruang makan apartemen."Iya Kak, Fara yakin." jawab Fara.Kenan menggigit bibir bawahnya frustasi. Sejak tadi ia berusaha membujuk Fara agar tidak masuk kerja dulu hari ini. Apa lagi kalau bukan karena keadaan Fara yang sedang tidak baik-baik saja akibat pertempuran panas semalam plus selepas shalat subuh tadi. Dan semua itu juga merupakan salahnya, terlepas Fara juga menikmati."Tapi, sayang___""Udahlah, Kak. Fara yakin, Fara baik-baik aja kok." Fara langsung memotong tegas ketika Kenan masib bersikeras membujuknya."Hufh..." Kenan mend*sah pasrah "Ok, baiklah.">>>Ting...Si supir omes masih terus saja memandang ke arah lift basemen rumah sakit yang baru saja di masu
"Gimana keadaan Fara?" Farzan yang baru tiba di dalam ruang rawat Fara langsung menghampiri Kenan yang duduk di tepi brankar pembaringan Fara. Saking paniknya, ia sampai lupa mengucapkan salam."Assalamualaikum, Yah." Kenan berdiri menyambut dan menyalami Farzan "Fara udah baikan. Cuman belom sadar aja, paling sebentar lagi.""Waalaikumsalam." Farzan memaksakan senyum di wajah paniknya "Maaf, Ayah lupa. Syukurlah. Ngomong-ngomong, kok bisa tiba-tiba asma Fara kambuh?"Kenan terdiam sesaat sembari menunduk tidak berani bertemu tatap dengan Farzan "Ini salah Kenan, Yah. Maaf." ucapnya cicit terdengar penuh penyesalan."Salahmu? Maksudnya?" kedua alis Farzan saling bertaut, ia bingung."Kenan tadi ngebentak Fara. Sepertinya Fara shock berat, dia kena kompilasi."Bagi Farzan yang sejatinya mantan dokter, meskipun bukan bidangnya, ia dapat langsung mengetahui kond
"Apa kamu masih mencintai mantan pacar sekaligus mantan calon suamimu, Bagus Sanjaya?""Hah? Ma- maksudnya?""Apa kamu pernah berpikir untuk kembali padanya?""Tu- tunggu, tunggu, Fara benar-benar gak___""Kakak mohon, Faranisha Gayatri, Kakak hanya ingin kamu menjawab pertanyaan Kakak!" Kenan berucap dengan sedikit menyentak, memotong ucapan Fara. Ia hanya ingin Fara menjawab pertanyaannya, namun Fara malah bertanya balik."Ugh..." Fara sedikit tertegun oleh sentakan Kenan. Sejenak ia terbungkam, tak tahu harus berkata apa. "Apa itu yang selalu Kakak pikirin tentang Fara, setiap kali Fara ngelamun?" tebaknya kemudian, yang hanya dibenarkan dengan anggukan oleh Kenan."Kenapa Kakak bisa berpikir seperti itu?""Hufh..." Kenan menghembuskan nafas gusar. Ingin sekali ia menyentak Fara sekali lagi. Untung sekarang ia sudah cukup tenang, hingg
"Pelan - pelan, sayang." Kenan membantu Fara keluar dari mobil. Mereka baru saja tiba di basemen apartemen sepulang dari rumah sakit.Kondisi Fara cukup baik hingga tak mengharuskannya dirawat inap di rumah sakit pasca drop siang tadi. Ia hanya dianjurkan perbanyak istirahat dan menghindari banyak pikiran agar tidak stres yang bisa menyebabkan dirinya mengalami kompilasi lagi."Eh, Kakak mau bawa Fara kemana?" tanya Fara bingung ketika mereka tiba di depan pintu kamar Kenan."Ya, ke kamar lah buat istirahat." jawab Kenan santai, lalu memasukan anak kunci yang baru diambilnya dari saku celananya kedalam lubang kontak pintu kamarnya.Ceklek..."Ayo masuk!" ajak Kenan setelah pintu terbuka.Namun Fara malah mematung enggan melangkah masuk ke dalam kamar Kenan. Kakinya terasa berat diayunkan seolah akan masuk ke tempat menyeramkan."Kenapa, s
Pagi menyapa. Seperti yang diharapkan, semalam Kenan benar - benar kesulitan tidur. Belum terjawab rasa penasarannya, ia malah dirundung hasrat tak tersalurkan. Tidur satu ranjang dan di bawah selimut yang sama dengan Fara meski mengenakan pakaian lengkap sekalipun, benar - benar sangat menyiksa Kenan. Jadilah ia uring - uringan traveling semalaman dan baru bisa terlelap menjelang shalat subuh.Awalnya Fara juga begitu. Namun setelah berada di dalam pelukan hangat Kenan, ia dinyamankan dan bisa tidur dengan nyenyak nan damai. Ia tak tahu saja, di balik kenyamanannya ada Kenan yang menderita."Apa masakan Fara gak enak, Kak Ken?" tanya Fara yang sejak tadi memperhatikan Kenan makan dengan lesu. Ini adalah kali pertama dirinya yang memasak makanan untuk sarapan mereka, sekaligus pertama kalinya memasak untuk Kenan, suaminya. Oleh karena itu sejak tadi perhatiannya tak pernah lepas dari Kenan, menunggu suaminya itu memberikan tanggapan terhadap
Bruk...Kenan menutup pintu kamarnya dengan sedikit membanting hingga menghasilkan suara tumbukan yang cukup keras. Fara yang sejak tadi mengekor di belakangnya, berniat ikut masuk kedalam kamar sang suami dibuat terperanjat kaget karenanya. Sejenak Fara mengusap - usap dadanya guna menetralisir kekagetannya, lalu mengulurkan tangannya meraih gagang pintu.Ceklek ceklek ceklek...Namun setelah sekian putaran ia memutar gagang pintu, Fara mendapati pintu tersebut tak mau terbuka yang mengindikasikan dalam keadaan terkunci."Hah?" kedua alis Fara saling bertaut erat "Apa Kak Ken lupa kalo kami sudah sekamar?" gumamnya bertanya - tanya kebingungan. Tindakan Kenan membanting pintu barusan, pikirnya hanya tindakan refleks yang suaminya itu lakukan akibat terlalu lelah hingga malas menutup pintu dengan cara yang lebih baik. Tak ada sedikitpun pikiran janggal yang terbesit di benaknya tentang itu.&n