Share

2). Meminta Restu

"Menikah lusa? Are you kidding, Danendra Alexander?"

Adam Manuel Alexander, terlihat begitu terkejut ketika Danendra—sang putra mengutarakan niatnya untuk menikahi seorang gadis lusa nanti.

Tahu dengan siapa putra keduanya itu memiliki hubungan, Adam tak menyangka Danendra meminta izin untuk menikahi gadis yang nyatanya bukan kekasih dia.

"Jangan ngaco, Dan. Kamu ini kalau bercanda suka enggak kira-kira."

Sekarang bukan hanya Adam yang terlihat begitu terkejut dengan pernyataan Danendra, tapi Teresa—sang mama pun ikut terkejut. Bahkan, menduga jika semua ini hanya sebuah candaan belaka.

Tentu saja. Selama sebulan ini Danendra sudah menjalin hubungan dengan Felicya—gadis cantik yang sengaja dijodohkan Teresa agar putra keduanya itu berhenti mengharapkan Adara.

Namun, malam ini—tanpa ada kabar sebelumnya, Danendra tiba-tiba saja datang membawa Adara dan bilang akan menikah. Bukankah itu terlalu mengejutkan?

Ah, jika seandainya Teresa punya penyakit jantiung, mungkin dia sudah di rumah sakit, sekarang.

"Danendra enggak bercanda, Ma. Danendra serius," ucap Danendra yang sejak tadi tak urung melepaskan genggaman tangannya dari tangan Adara yang terlihat tegang juga takut.

Ya, setelah obrolan mereka tadi siang, pada akhirnya Danendra luluh. Cukup besarnya rasa cinta dia untuk Adara, membuat Danendra tak sanggup untuk menolak ketika gadis itu menangis sambil bersimpuh.

Danendra setuju menjadi suami pengganti untuk Adara, dan itu berarti dia akan memutuskan hubungannya dengan Felycia yang sudah terjalin satu bulan.

"Iya, Tante, Om, Danendra sama Dara serius mau nikah," ucap Adara ikut andil. Bagaimanapun juga, di sini dialah yang sangat membutuhkan Danendra. Jadi, terlalu egois bukan jika Adara membiarkan Danendra bicara sendirian?

Meskipun cukup akrab dengan keluarga besar Danendra, Adara cukup pesimis kedua orang tua pria itu akan memberikan restu untuk rencana pernikahan dadakan yang akan dilaksanakan lusa nanti.

Seperti yang diucapkan Danendra di restoran tadi siang. Dia sudah memiliki kekasih bernama Felycia—designer muda yang cukup terkenal.

Masih dengan wajah terkejutnya, Teresa kembali bertanya. "Apa yang terjadi diantara kalian sampai harus menikah dadakan seperti ini? Kalian pikir mempersiapkan pernikahan itu gampang, hm?"

"Semuanya sudah siap, Tante. Persiapan pernikahannya sudah sembilan puluh sembilan persen," ungkap Adara.

"Dan, apa maksudnya semua ini?" tanya Adam.

"Coba jelaskan sama Papa, apa yang sebenarnya terjadi?"

Danendra melirik Adara sekilas lalu menghela napas sebelum akhirnya menjelaskan semua yang terjadi pada Adara.

Adam dan Teresa menyimak dengan baik, hingga tak lama Adam mencela ucapan Danendra.

"Tunggu, jadi maksud kamu itu, kamu mau gantiin Rafly buat nikahin Adara?" tanya Adam.

"Iya, Pa," kata Danendra. "Om Ginanjar ancam Adara buat keluarin dia dari keluarga besar kalau pernikahan ini batal, karena emang batalnya pernikahan bisa buat nama baik keluarga Om Ginanjar jadi jelek."

Adam memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pusing, sementara Teresa kentara sekali tak suka dengan rencana putranya.

Tak ada ibu yang senang ketika anaknya hanya dijadikan pengganti. Semua orang tua ingin anaknya jadi yang utama, bukan sekadar pengganti.

Daripada menjadi suami pengganti untuk Adara, bukankah akan lebih baik Danendra tetap bersama Felicya dan tetap jadi yang utama, pikirnya.

"Gimana, Pa? Ma? Kalian kasih restu, kan?" tanya Danendra.

"Ma," panggil Adam pada sang istri. Namun, yang dilakukan Teresa justru mendelik sebagai tanda ketidaksetujuan yang canggung diucapkan secara langsung di depan Adara.

"Adara," panggil Adam. "Apa kamu yakin calon suami kamu itu tidak ada? Apa tidak dipastikan dulu?"

"Rafly enggak ada, Om," ucap Adara. "Menurut polisi, kalaupun ditemukan, kecil kemungkinannya dia ditemukan dalam keadaan hidup."

"Tolong mengerti Pa, Ma," ucap Danendra. "Kalau bukan Danendra, siapa lagi yang mau bantu Adara? Lagipula Papa sama Mama juga udah cukup akrab kan sama Om Ginanjar dan keluarganya."

"Terus gimana Felycia, Dan?" tanya Teresa. "Kamu mau putusin dia gitu aja, iya?"

"Danendra akan ngomong baik-baik sama Felycia nanti pas dia pulang dari Italy, Ma," ucap Danendra, karena memang sudah seminggu Felycia di Italy untuk mengurus fashion show.

"Danendra yakin dia pasti paham. Kalau Adara enggak jadi nikah, dia bisa benar-benar diusir dan Danendra enggak bisa biarin semua itu terjadi."

"Kenapa harus Danendra? Apa kamu enggak punya teman lain?" tanya Teresa pada Adara—masih dengan raut wajah yang tak bersahabat.

"A-anu Tante, Da-Dara ...." Adara tergagap. Kemampuan publik speakingnya yang cukup bagus entah kenapa tiba-tiba saja menghilang ketika Adam juga Teresa menatapnya dengan intens.

"Cukup, Ma," ucap Danendra yang membuat Adam juga Teresa kembali mengalihkan perhatian padanya. "Kalau Adara punya sahabat lain, dia enggak akan minta Danendra. Dia minta Danendra karena emang enggak ada cowok lain lagi yang bisa dimintain tolong."

Cinta itu buta. Begitulah yang terjadi pada Danendra sekarang. Tak peduli sesakit apa dulu dirinya saat Adara bersama Rafly, dia tetap sigap membantu ketika gadis itu membutuhkan dan tentunya bantuan yang akan dia berikan akan menyakiti Felycia—perempuan yang bahkan sudah mulai berhasil mengeringkan luka menganga di hatinya.

Baik Adam maupun Teresa tak menjawab ucapan sang putra. Keduanya hanya duduk sambil menampakkan raut wajah tak setuju—terlebih Teresa yang memang sangat tak menyukai rencana yang menurutnya gila.

"Danendra juga enggak tega biarin Adara diusir dari rumahnya, Ma," ucap Danendra. "Dia sahabat Danendra, dan Danendra enggak bisa biarin Adara menderita."

Sahabat. Bahkan, sampai detik ini—ketika dia akan menikahi Adara, Danendra masih tak berani mengatakan perasaan dia yang sebenarnya.

Entahlah. Gagal satu kali membuat Danendra takut. Terlebih lagi—meskipun Adara mengajaknya menikah, Danendra yakin di hati perempuan itu hanya ada Rafly, pria yang sudah bertahun-tahun dipacarinya.

"Dan."

"Its okay kalau Mama sama Papa enggak mau kasih restu, enggak apa-apa," kata Danendra pada akhirnya. "Tapi Danendra akan tetap menikahi Adara. Keputusan Danendra buat bantuin Adara udah bulat, dan untuk Felycia. Nanti Danendra selesaikan semuanya secara baik-baik."

"Danendra," kata Adam.

"Jangan egois, Dan," ucap Teresa.

"Siapa yang egois, Ma?" tanya Danendra. "Selama ini Danendra udah cukup patuh. Danendra selalu lakuin apa yang diminta sama Papa, tapi kenapa sekarang ketika Danendra memutuskan sesuatu, Mama sama Papa enggak mau dukung? Bukannya udah cukup jelas siapa yang egois di sini?"

"Dan, sabar," pinta Adara yang jelas merasa tak enak karena secara tidak langsung dirinya menjadi pemantik konflik diantara Danendra dan kedua orang tuanya. "Kita bisa ngomong baik-baik."

"Daritadi aku udah ngomong baik-baik, Ra," ucap Danendra. Malas berdebat, Dia kemudian beranjak. "Udah malam, ayo aku antar kamu pulang."

Danendra mengulurkan tangannya. Namun, Adara hanya menatap uluran tangan itu tanpa menyambutnya.

"Ra, ayo."

"Iya, Dan."

Adara akhirnya menyambut uluran tangan Danendra lalu ikut beranjak.

"Danendra mau antar Adara pulang, udah malam."

Setelah itu Danendra menuntun Adara untuk pergi meninggalkan Adam juga Teresa yang masih duduk sambil melempar tatapan—tak tahu harus berbuat apa.

Hingga pada akhirnya sebuah keputusan berat diambil Teresa. Dia tak suka dengan semua ini, tapi juga tak bisa membiarkan Danendra sendirian di pesta nanti. Teresa menyayangi putra keduanya itu.

Baiklah, mungkin ini demi Danendra, bukan Adara.

"Danendra."

Danendra yang sudah sampai di ambang pintu, menoleh. "Kenapa, Ma?" tanyanya.

Teresa menghela napas. "Kalau kamu mau nikahin Adara, silakan, tapi Mama mau kamu selesaikan hubungan dengan Felycia secara baik-baik."

Danendra mengukir senyum di sela helaan napas leganya, lalu mengangguk. "Iya, Ma. Pasti," jawabnya. "Makasih buat restunya."

"Makasih Tante," kata Adara. Namun, respon yang diberikan Teresa justru di luar dugaannya.

Alih-alih tersenyum ramah padanya, Teresa hanya memasang wajah datar. "Saya lakuin ini buat Danendra."

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
semoga di hati dara akan segera tumbuh cinta
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
Ginanjar gila emang
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
Teresa mertua kayak Ikan terbang gak sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status