Share

Bab 5 : Selir Suami

“Kamu datang lagi malam ini ?" tanya Diana sambil menatap Edgar memasuki kamar mereka.

"Tentu saja, ini kamar kita," jawabnya sambil melangkah dan merangkul Diana.

"Tapi kau sudah memiliki istri," ucap Diana dengan raut wajah yang cemberut.

"Tapi hatiku milikmu. Biarkan aku hanya bersamamu," ucap Edgar dengan lembut sambil membelai lembut wajah Diana.

"Apa kamu lebih memilih aku menghabiskan malam dengan wanita itu?" Diana mempererat pelukannya sambil menggeleng keras.

"Melihatmu menikah membuat hatiku hancur berkeping-keping. Bahkan membayangkan kalian tidur bersama saja sudah membuatku tak tahan," ucap Diana sambil terisak, kepedihan tergambar jelas di matanya.

“Jangan berfikif terlalu berlebihan. Kamu tahu bukan kalau aku sangat mencintaimu” ucapnya mulai melucuti pakaian Diana dan mengecup bahu Diana lembut.

“Ya, aku juga sangat mencintaimu. Jadi jangan pernah mencampakanku” ucap Diana dengan suara gemetar, diiringi dengan tatapan penuh cinta kepada Edgar.

“Wajah yang sangat tampan, kaya raya. Kamu harus tetap menjadi milikku selamanya” desisnya dalam hati ketika Edgar mulai liar di atas ranjang.

***

Pagi itu, Fiona terbangun dengan suara pintu kamarnya dibanting kasar.

Matanya melebar tatkala melihat sosok kekasih suaminya berdiri di ambang pintu dengan sehelai handuk melilit kepala. Wajahnya mengeras menahan emosi.

"Ada apa pagi-pagi ke kamarku?" hardik Fiona. Dia sama sekali tak ingin beramah tamah dengan Diana.

Diana melenggang masuk tanpa permisi. "Karena aku yang mengelola keuangan keluarga ini. Aku kemari untuk memberikanmu uang bulanan," ucapnya sinis sambil membenahi handuk di kepalanya.

Dengan gerakan mengejek, ia melemparkan sebuah amplop kecil ke meja rias Fiona. "Ini uang bulananmu."

Fiona membuka amplop itu dengan jijik.

"Seratus ribu?" Alisnya mengernyit tak percaya. Diliriknya wanita itu yang begitu angkuh menatapnya.

"Ya, karena kau hanya tinggal menumpang di rumah ini, jadi kurasa uang itu pasti cukup untukmu," ucap Diana dengan nada meremehkan.

Amarah membuncah di dada Fiona. Ia mendengus keras dan memutar kedua bola matanya.

"Omong kosong! Kau pikir aku bisa hidup dengan uang secuil ini? Bahkan untuk membeli kebutuhan harianpun tidak cukup!"

Wanita itu tertawa mengejek. "Justru itu yang kuinginkan. Agar kau cepat angkat kaki dari rumah ini, perempuan tak tahu diri!"

"Baiklah aku akan menerimanya. Dimana aku harus tanda tangan ?” tanya Fiona namun raut wajah Diana tampak kebingungan.

“Kau mungkin tidak mengerti karena sebelumnya hanya seorang pelayan rendahan." Diana mendelik kaget mendengar ucapan sinis Fiona.

"Namun, biasanya dalam memberikan uang seperti ini harus disertai dengan dokumen administratif tertentu. Minimal harus ada surat keterangan yang menyatakan pihak A memberikan sejumlah uang kepada pihak B. Lalu kita akan menandatanganinya." jelas Fiona dengan nada merendahkan.

Diana mengerutkan dahinya bingung. Ia tidak pernah mengurus hal seperti ini sebelumnya.

"Tetapi jika kamu tidak menyiapkan berkasnya, kamu bisa menuliskannya saja. Ini nanti untuk laporan kepada kepala pelayan." sambung Fiona sambil mengambil selembar kertas kosong ukuran A4 dari lacinya.

"Kenapa kamu memiliki kertas seperti itu ?" tanya Diana curiga.

"Entahlah, sudah ada dari sebelumnya." jawab Fiona enteng.

"Kenapa kau membantuku ?" selidik Diana, masih sangat curiga. Dia mengharapkan Fiona akan memaki-makinya, bukannya malah membantunya seperti ini.

"Aku tidak membantumu. Tapi karena aku sudah menjadi bagian keluarga ini, aku hanya membantu untuk memperjelas laporan keuangannya saja," jawab Fiona tenang.

Diana hanya mengangguk, kemudian duduk di meja rias Fiona dan mulai menulis di kertas kosong itu.

"Saya Diana Luna, sebagai nyonya rumah Darmawan. Memberikan uang bulanan kepada Fiona Gunawan sebesar seratus ribu rupiah."

Dengan ragu, Diana membubuhkan tanda tangannya di bawah surat itu. Entah mengapa firasatnya tidak enak.

"Tinggalkan saja suratnya di situ. Nanti aku yang akan memberikannya kepada kepala pelayan," ucap Fiona sambil tersenyum.

Diana menangkap sesuatu yang janggal dari senyum itu, tapi dia mengabaikannya. "Urusanku sudah selesai."

Dengan canggung, dia membalikkan tubuh dan pergi meninggalkan kamar Fiona.

Melihat punggung Diana menjauh, senyum Fiona semakin melebar. Matanya memancarkan percikan licik.

Tangannya meremas amplop uang bulanan yang diberikan Diana tadi.

"Bagaimana bisa ada orang sebodoh itu?" Fiona tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan Diana.

Dengan segera dia mengambil ponselnya dan menghubungi Putra.

"Halo, Putra. Bisakah kau memberikan nomor Yeriska Wijaya? Aku butuh menghubunginya untuk sesuatu yang penting." Ucap Fiona dalam telpon.

Video yang sempat viral kemarin adalah sebuah Video yang di unggah oleh Yeriska Wijaya ke sosial media nya. Mungkin karena ia memiliki pengikut yang sampai jutaan di sosial medianya, sehinggal videonya cepat sekali viral dan mendapat perhatian publik. Sampai media cetak dan media elektronik mengunggah ulang video itu.

“Aku tidak tahu siapa itu Yeriska Wijaya. Tapi kalau kau membutuhkan kontak keluarga Wijaya, aku memiliki kontak Aris Wijaya” Fiona mengangguk kecil.

“Tidak apa. Kirimkan saja” ucapnya.

“Aku akan mengirimkannya melalui pesan teks” ucap Putra sebelum menutup teleponnya.

***

Aris menatap handphone nya sejenak, memastikan apakah matanya tidak salah lihat. ia selalu menyimpan nomor itu 'Fifi'.

"Apakah aku sudah menjadi gila ?" desisnya. Namun ia segera mengengkat telpon itu.

"Iya, halo dengan siapa?" jawab Aris mencoba setenang mungkin meski jantungnya berdegup kencang.

"Maaf mengganggu waktunya Pak, saya Fiona Gunawan. Apakah saya boleh meminta nomor Yeriska?" suara lembut Fiona pun terdengar dari seberang.

"Saya akan mengirimkannya melalui pesan teks," balas Aris dengan nada dingin untuk menyembunyikan kekalutannya.

Aris merasakan jantungnya berdegup kencang setelah Fiona menutup telepon.

Sudah belasan tahun lamanya ia memendam rasa cinta yang hanya sepihak kepada wanita itu.

Untuk pertama kalinya mereka berkomunikasi langsung, terlebih Fiona yang lebih dulu menghubunginya.

Perasaannya campur aduk saat ini, antara senang, gugup, namun juga was-was.

Dengan tangan sedikit gemetar, ia lalu membuka daftar kontak di ponselnya untuk mencari nomor adiknya, Yeriska. Segera dikirimkannya nomor tersebut melalui pesan teks kepada Fiona.

Tak lama kemudian, Aris sudah berada di dalam kamar Yeriska. Dilihatnya sang adik masih terlelap di balik selimut tebalnya.

"Riska, Fiona meminta nomormu. Apakah Fiona sudah menghubungimu?" tanya Aris sambil menggoyang tubuh adiknya itu.

"Hey bangun! Gadis mana yang masih tertidur jam segini?" Aris menyingkap selimut Yeriska dan memaksanya untuk terduduk.

"A..Apa kak ada apa?" Yeriska nampak tergagap dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Ada telepon dari Fiona. Cepat angkat," sahut Aris begitu mendengar nada dering panggilan masuk dari ponsel Yeriska.

"Kenapa? Fiona siapa?" Yeriska masih setengah mengantuk dan bingung.

"Angkat saja!" Aris memaksa menyerahkan ponsel itu ke tangan Yeriska.

"Ya, halo? Siapa?" tanya Yeriska dengan mata setengah terpejam.

"Maaf apakah aku mengganggu? Aku Fiona Gunawan," terdengar suara lembut Fiona di seberang.

"Ah, pantas saja," gumam Yeriska sambil mengucek matanya.

"Ya?" Fiona terdengar bingung.

"Tidak, ada apa kak?" Yeriska kemudian berkata dengan ramah.

"Apakah kau bisa membantuku ?" tanya Fiona ragu namun tetap terdengar sopan.

"Ya, tentu saja. Ada apa kak ?" tanya Yeriska dengan cepat.

"Video yang kau unggah tempo hari sangat viral. Bisakah aku meminta bantuanmu untuk membuat video yang kali ini viral ?" tanya nya

"Bisa saja. Tapi kalau butuh cepat, biar aku menghubungi Lambe Jebol. Apakah ada video atau gambar yang mau dikirim?" Lambe jebol adalah akun media sosial yang sangat populer beberapa tahun ini. Semua hal yang di upload di sana akan menjadi viral hanya dalam hitungan detik. Bahkan banyak sekali selebritis dan orang-orang yang duduk di pemerintahan menjadi pengikut akun media sosial Lambe Jebol.

"Ya, apa tidak merepotkan?" Fiona terdengar ragu.

"Tentu saja tidak. Kirimkan saja. Akan kupastikan dalam lima menit postingan itu akan viral." jawab Yeriska yakin sembari mendorong tubuh Aris yang mencoba mencuri dengar.

Ia pun beranjak dari tempat tidur menuju jendela dan membuka gorden, membiarkan cahaya pagi masuk menerangi kamarnya.

"Terima kasih banyak. Aku akan mengirimkannya melalui pesan teks." Fiona lalu menutup panggilan.

"Ada apa?" Aris bertanya dengan raut wajah penasaran.

"Tidak tahu. Kita tunggu saja. Dia ingin memviralkan sesuatu." Yeriska mengedikkan bahu saat melihat pesan masuk berisi foto dan dokumen di ponselnya.

Namun setelah membukanya, Yeriska memekik kaget. "Ini gila! Kak, kamu harus segera membawanya keluar dari neraka itu!"

"Ada apa? Aku mau lihat," Aris merebut ponsel Yeriska dan langsung mendelik marah begitu melihat isinya.

"Sialan! Aku benar-benar akan membuat perhitungan dengan pria itu!" Aris tampak berang setelah melihat bukti perlakuan keji yang diterima Fiona.

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status