Share

Bab 7 : Pertemuan

"Ah maaf, apa saya terlambat ?" tanya Fiona ketika melihat pemuda dengan setelan jas berwarna hitam duduk di salah bangku paling ujung.

"Tidak, saya datang lebih cepat. Ada keperluan di sekitar sini" jelasnya, Fiona melihat jam kulit yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih sekitar tiga puluh menit lagi dari waktu yang di janjikan.

"Mau pesan apa ?" tanya Aris sambil memanggil pelayan dengan lambaian tangannya.

"saya belum pernah ke sini. Apakah anda bisa merekomendasikannya ?" ucap Fiona jujur. Ini sebuah kafe yang sangat nyaman. Fiona bertanya-tanya, bagaimana bisa ia tidak tahu tempat sebagus ini.

Aris tersenyum mendengar pertanyaan Fiona. Ia sudah cukup sering mengunjungi kafe ini sehingga tahu menu-menu andalan mereka. 

"Kalau saya biasanya memesan Chicken Pesto Pasta di sini. Pastanya dimasak al dente dengan saus pesto yang segar dan potongan ayam yang empuk. Porsinya juga pas, tidak terlalu banyak tapi cukup mengenyangkan," jelas Aris.

"Selain itu, Anda juga bisa mencoba Smoked Beef Sandwich. Roti panininya renyah dengan isian daging sapi asap, keju, dan sayuran segar. Rasanya gurih dan teksturnya pas."

"Untuk minuman, saya rekomendasikan mencoba Iced Caramel Macchiato mereka. Paduan espresso, susu, dan sirup karamel yang manis cocok untuk cuaca yang agak panas seperti sekarang ini," lanjut Aris.

"Bagaimana? Apa ada yang menarik minat Anda?" tanya Aris ramah, memberi kesempatan bagi Fiona untuk memilih. Ia senang bisa berbagi rekomendasi menu favoritnya di kafe yang nyaman ini.

"Sepertinya saya akan memesan Smoked Beef Sandwich dan Iced Caramel Macchiato" ucap FIona.

"Saya pesan Smoked beef Sandwich dan Iced Caramel Macchiato, untuk dua orang" ucapnya pada pelayan wanita yang sibuk menuliskan pesanannya. Setelah pelayan itu mengulangi pesanannya, ia kemudian permisi untuk pergi mengambilkan pesanannya.

Berikut adalah perbaikan kalimat supaya lebih baik:

"Sepertinya Anda sering mengunjungi tempat ini, ya?" tanya Fiona sambil memperhatikan sekeliling dengan seksama.

"Ya, suasana di sini cukup nyaman, bukan?" Aris balik bertanya, yang dijawab dengan anggukan singkat oleh Fiona yang masih sibuk mengamati interior ruangan.

"Baiklah, mari kita kembali ke topik bisnis kita. Sebelumnya, meskipun kita sudah berkenalan, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi. Perkenalkan, nama saya Fiona Gunawan, pemilik Bargainbay" ucapnya dengan nada profesional sambil mengulurkan tangan.

"Senang bertemu dengan Anda, Fiona. Saya Aris Wijaya, pemilik Mingle," balasnya sembari menjabat tangan Fiona dengan mantap.

"Bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa saya adalah pemiliknya?" tanya Fiona dengan nada heran. Ia merasa sangat yakin bahwa identitasnya sebagai pemilik Bargainbay tidak akan mudah ditebak, karena Putra telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bahkan, sebagian besar orang mengira Putra adalah CEO sekaligus pemilik Bargainbay.

Aris tertawa renyah sebelum menjawab, "Anda tidak boleh meremehkan jaringan informasi kami."

Fiona pun ikut tertawa dengan anggun, "Memang, Mingle tidak bisa dipandang sebelah mata."

Aris melanjutkan pembicaraan, "Jadi, bagaimana? Sebelumnya, saya sudah menjelaskan kepada Pak Putra mengenai potensi kolaborasi antara Bargainbay dan Mingle. Anda bisa mempelajari proposal ini terlebih dahulu," ucapnya sambil menyodorkan sebuah bundel kertas yang cukup tebal.

"Silakan pelajari dengan teliti. Saya akan menunggu Anda selesai membacanya."

Fiona sedikit ragu, "Tidakkah sebaiknya saya membawanya pulang? Proposal ini cukup tebal, saya khawatir Anda akan merasa bosan menunggu."

"Anda bisa menjelaskan garis besarnya saja, nanti saya akan..."

Aris memotong ucapan Fiona, "Tidak, saya akan menunggu Anda selesai membacanya."

Fiona mengernyitkan dahi, bingung dengan sikap Aris, namun ia mengangguk pelan.

"Sepertinya Anda sudah tidak sabar menanti kolaborasi kita, ya?" ucap Fiona dengan senyum canggung.

Aris menatap Fiona dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kerinduan yang terpancar dari matanya, namun ia dengan cepat mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan perasaan yang telah dipendamnya selama belasan tahun. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, hanya ia yang tahu.

"Sejujurnya, saya sangat menantikan kolaborasi ini. Bukan hanya karena potensi bisnis yang menjanjikan, tetapi juga karena..." Aris menggantung kalimatnya, seolah ragu untuk melanjutkan. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "...karena saya akhirnya memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Anda, Fiona."

Fiona sedikit terkejut mendengar pernyataan Aris. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari nada bicara Aris, namun ia tidak dapat menyimpulkan dengan pasti. Fiona memutuskan untuk tidak terlalu memusingkannya dan kembali fokus pada proposal di hadapannya.

Sementara Fiona membaca proposal, Aris diam-diam mencuri pandang ke arahnya. Ia mengagumi bagaimana Fiona telah tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan sukses. Aris teringat masa-masa kecil mereka dulu, ketika ia pertama kali jatuh hati pada Fiona. Namun, ia tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.

Aris mendengarkan dengan seksama saat Fiona mulai menjelaskan visinya untuk kolaborasi mereka. Matanya berbinar-binar, menunjukkan antusiasme yang tulus.

"Saya sangat antusias dengan prospek kolaborasi kita, Fiona. Bargainbay di kenal sebagai marketpalce terbesar di negara ini, bahkan sudah merambah ke negara-negara tetangga. Ini adalah peluang yang luar biasa," ucap Aris dengan senyum mengembang.

Fiona melanjutkan, "Jika Anda berkenan, saya ingin mengusulkan kolaborasi yang melibatkan lini produk perawatan wajah dari merek Celestial yang merupakan anak produk dari Mingle. Saya ingin meluncurkan rangkaian terbaru yang disebut Celestial X BaBa. Saya tertarik untuk membuat tabir surya"

Dengan penuh semangat, Fiona menguraikan setiap detail dari produk yang dimaksud. Aris mengangguk-angguk, mencatat poin-poin penting dalam benaknya. Ia kagum dengan pengetahuan mendalam Fiona tentang tren kecantikan terkini dan kemampuannya untuk mengidentifikasi produk yang berpotensi menjadi bestseller.

"Celestial X BaBa nantinya akan memiliki formula tabir surya yang ringan, tidak lengket, dan memberikan perlindungan spektrum luas. Produk ini juga diperkaya dengan antioksidan dan bahan-bahan botanis yang merawat kulit. Saya yakin ini akan menjadi daya tarik utama bagi pelanggan Bargainbay karena produk yang paling laris di Bargainbay adalah tabir surya" jelas Fiona dengan rinci, matanya berbinar oleh prospek yang menjanjikan.

Aris tidak dapat menahan senyumnya melihat antusiasme Fiona. Ia selalu mengagumi kecerdasan dan visi bisnisnya yang tajam. Kolaborasi ini tidak hanya akan menguntungkan kedua belah pihak, tetapi juga memberi Aris kesempatan berharga untuk bekerja lebih dekat dengan wanita yang telah lama mencuri hatinya.

"Saya benar-benar menyukainya" ucapnya sambil menatap wajah wanita di hadapannya yang sedang sibuk mempelajari proposalnya.

"Iya, saya juga. Ini akan menjadi kolaborasi yang luar biasa" ucapnya masih terpaku dengan proposalnya.

Waktu seolah berlalu dalam sekejap mata, tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kafe yang tadinya ramai pengunjung pun mulai lengang, hanya menyisakan beberapa orang yang masih menikmati hidangan dan obrolan.

Aris menutup proposal di hadapannya dan menatap Fiona dengan senyum hangat. "Sebelum kita mengakhiri pertemuan ini, maukah Anda menemaniku makan malam? Ada restoran yang sangat ingin saya rekomendasikan kepada Anda," ajaknya dengan nada penuh harap.

Fiona, yang baru menyadari bahwa mereka telah menghabiskan berjam-jam larut dalam diskusi bisnis, mengangguk dengan antusias. "Tentu saja, saya dengan senang hati menerima undangan Anda. Apakah tidak bisa makan malam disini saja ?" tanyanya, mengingat betapa tepatnya rekomendasi Aris untuk hidangan di kafe ini.

Aris tertawa kecil. "Sayangnya, kita tidak bisa makan malam di sini. Kafe ini lebih berfokus pada kudapan ringan dan minuman saja," jelasnya. "Tapi jangan khawatir, restoran yang akan kita kunjungi memiliki hidangan yang tidak kalah menggugah selera. Saya jamin Anda akan menyukainya."

Aris berdiri dan merapikan jasnya, sebelum mengulurkan tangan untuk membantu Fiona bangkit dari kursinya. Gestur kecil itu mengandung kehangatan dan perhatian yang tulus, membuat jantung Fiona berdegup sedikit lebih cepat.

Mereka berjalan bersama menuju pintu keluar, dengan Aris membukakan pintu untuk Fiona layaknya seorang gentleman sejati. Udara malam yang sejuk menyambut mereka, dihiasi cahaya lampu jalan yang berpendar lembut.

Saat melangkah menuju mobil Aris, Fiona tidak bisa menahan diri untuk merasa sedikit berdebar. Makan malam bersama setelah pertemuan bisnis bukanlah hal yang biasa ia lakukan, terlebih lagi dengan seorang pria seperti Aris yang begitu mempesona dan penuh perhatian.

Namun, Fiona meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia harus fokus dengan pekerjaannya. Ia sudah memiliki suami di rumah, meskipun suaminya seperti sampah, tapi ia saat ini tidak ingin terlibat drama  percintaan dengan pria lain karena hanya akan membuatnya sakit kepala saja.

-TBC-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status