Share

Bab 6 : Mulai Retak

Dalam sekejap, media sosial dihebohkan dengan munculnya sebuah video yang mempertontonkan tindakan tak bermoral seorang wanita. Deskripsi singkat di video itu menyebutkan dengan gamblang, "Wanita simpanan pemilik perusahaan ekspedisi X memberikan uang bulanan kepada istri sahnya hanya sebesar seratus ribu rupiah!"

Video tersebut menampilkan seorang wanita dengan handuk melilit kepalanya, melenggang angkuh ke sebuah kamar. Dengan gerakan meremehkan, ia melemparkan sebuah amplop kecil ke arah meja rias. Ketika sang istri membukanya, ternyata hanya terdapat lembaran uang senilai seratus ribu rupiah di dalamnya.

Gambar selanjutnya memperlihatkan sebuah surat pernyataan yang seolah menegaskan aksi keji tersebut. Disebutkan bahwa wanita dalam video secara sah memberikan uang bulanan sebesar seratus ribu rupiah kepada nyonya rumah tangga.

Tak pelak, unggahan itu langsung menuai kecaman dari berbagai penjuru. Komentar-komentar pedas bermunculan, mengutuk tindakan tak bermoral sang wanita simpanan.

"Gila, gundiknya sungguh tidak tahu malu! Berani berlaku kurang ajar pada nyonya rumah," tulis salah seorang warganet dengan emosi memuncak.

"Apakah perusahaan itu sangat miskin sampai memberikan uang saku cuma seratus ribu sebulan? Orang tuaku bahkan memberiku lebih dari itu dalam sehari," cemooh netizen lain dengan nada sarkastik.

"Hei, bukankah ini pemilik Ekspedisi Prime Express? Dia yang pernikahannya viral beberapa waktu lalu!" Komentar ini pun langsung memancing respons lebih banyak netizen.

***

"Apa yang kamu lakukan?" Edgar berteriak murka, suaranya menggelegar memenuhi ruangan. Dengan kalap, ia melemparkan ponselnya ke arah Diana, nyaris mengenai wanita itu. 

Diana terkesiap, tubuhnya gemetar hebat melihat amarah Edgar yang belum pernah separah ini. Untuk pertama kalinya, ia menyaksikan api kemarahan menyala-nyala di mata pria yang dicintainya itu. 

"A-ada apa?" Pertahanan Diana runtuh, air mata membanjir di pipinya. Namun kali ini kepedihan tak berguna, kemarahan Edgar tak terbendung lagi.

"Kenapa kau melakukan hal konyol seperti ini? Kau tahu perusahaanku sedang tidak stabil? Kenapa kau memperparahnya?" Edgar meraung penuh emosi, kedua tangannya mengepal kuat. 

"I-ini, aku dijebak Edgar! Ini ulah wanita itu!" Diana menjerit di sela isak tangisnya, matanya menatap nanar layar ponsel yang mempertontonkan dirinya. Bak dihantam gelombang badai, ia membaca komentar-komentar pedas para pengguna internet yang tak membela sedikitpun.

"Aku tidak melakukan apapun! Wanita itu yang menjebakku!" Diana ambruk terduduk di lantai, memeluk kaki Edgar dengan putus asa. Namun pria itu menampiknya tanpa belas kasihan.

Suasana tegang menyelimuti kediaman keluarga Darmawan. Edgar yang masih dilanda amarah berderap menuju kamar Fiona dengan langkah-langkah menghentak. Namun, di dekat pintu kamar, sosok lain membuatnya terhenti.

"Kau!" Mata Edgar menyipit, menatap tajam pada Fiona yang berdiri di hadapannya dengan penampilan sangat rapi. Wanita itu mengenakan dress polos biru muda selutut dipadukan blazer hitam dan sepatu hak tinggi.

"Kau mau ke mana?" tanya Edgar penuh selidik. Nada suaranya masih mengandung kepahitan dari pertengkarannya dengan Diana.

Fiona balas menatapnya tanpa rasa takut, "Apa urusanmu?" balasnya sarkastis sambil mengambil tas tangannya dan berjalan hendak meninggalkan tempat itu.

"Tentu saja itu urusanku. Kau istriku!" hardik Edgar mencegah langkah Fiona.

Sebuah tawa mengejek meluncur dari bibir Fiona, "Aku? Istrimu?" Kedua alisnya terangkat meremehkan.

Pandangannya lalu beralih pada Diana yang berdiri di belakang Edgar dengan wajah sembab oleh air mata, "Kasihan sekali wanita itu tak dianggap."

Fiona kembali menatap Edgar dengan tatapan mencemooh, "Sepertinya ada pertengkaran hebat antara sepasang kekasih ini. Tapi aku tak peduli, minggir!"

Suasana memanas dengan cepat di kediaman Darmawan. Edgar yang masih dibakar amarah, kini berhadapan langsung dengan Fiona yang hendak pergi entah ke mana.

"Tidak boleh! Aku tidak mengizinkan!" bentaknya keras kepada Fiona, mencegah wanita itu untuk melangkah lebih jauh.

Namun Fiona sama sekali tidak gentar. Bahkan ia membalas dengan nada sinis, "Aku tidak butuh izinmu. Ingat, kita hanya suami istri dalam kertas saja."

"Aku tidak mau ada gosip aneh bahwa istri pemilik Prime Express berselingkuh!" hardik Edgar lagi, mengingatkan Fiona akan statusnya sebagai nyonya di rumah itu.

Bukannya merasa terintimidasi, Fiona justru tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan suaminya. Tawanya menggelegar hingga membuat Edgar mengerutkan kening kebingungan.

"Tidak mungkin ada. Kalaupun ada, mereka mungkin akan mendukungku. Karena aku memiliki suami sampah, jadi layak mendapatkan pria lain," cemooh Fiona meremehkan dengan kata-kata menusuk.

Edgar terdiam sesaat, seperti tercengang dengan balasan Fiona yang sangat menghina dirinya. Di sisi lain, Diana yang menyaksikan dari jauh hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan isak tangis.

"Kau ! Bisakah kau diam saja dan menurut padaku ? Aku ingin memiliki istri yang hanya diam" ucapnya sambil menarik dagu Fiona dan mulai mengecupnya.

"Tidak ! Edgar ! Kau berjanji tidak akan mencampakanku !" Diana berlari untuk memeluk Edgar. Melihat itu, Fiona tersenyum ke arah wanita itu dan menarik tubuh Edgar ke dalam pelukannya dan langsung mendaratkan ciuman yang panas.  Tak di sangka Edgar membalas ciuman itu dan memeluk tubuh Fiona dengan erat.

"Edgar !!" teriak Diana dengan isak tangisnya yang menggelegar menyaksikan pemandangan di hadapannya, namun Edgar sama sekali tidak peduli dan terus menerus melumat habis bibir Fiona.

"Edgar, aku ada janji dengan klien" ucap Fiona sembari mendorong Edgar menjauh. Setelah keluar nanti ia akan membilas bibirnya dengan air dan sabun karena bercumbu dengan pria itu adalah hal yang sangat menjijikkan. Namun ia sangat menikmati bagaimana hubungan Edgar dan Diana yang tampak nya akan mulai hancur.

"Klien ?" tanya nya sambil mengelus wajah Fiona dengan lembut yang membuat Fiona bergidik ngeri.

"Uang bulananku tidak cukup. Jadi aku menghubungi temanku untuk bekerja. Dan hari ini adalah pekerjaan pertamaku" jelas Fiona

"Aku suka jika kau bersikap manis seperti ini. Tapi kenapa kau selalu sombong ?"

"Edgar !" bentak Diana yang kali ini mendapat perhatian daru Edgar.

"Ada apa ? Aku sedang berbicara dengan istriku" ucapnya dingin yang membuat Diana tak percaya.

"Aku salah sayang aku salah ! Tolong jangan begini !" teriak Diana histeris.

"Aku pergi dulu" ucap Fiona lembut kemudian berjalan cepat meninggalkan pasangan kekasih itu.

"Edgar?" Diana masih terisak, namun sosoknya yang kacau membuat Edgar menghela napas panjang, seperti merenungi situasi yang telah terjadi.

"Apa yang ku lakukan ?" bisiknya lirih. Ia sama sekali tak menyangka akan mencium wanita itu, dan ia tak menyangka bersentuhan bibir dengan wanitu itu akan terasa semanis ini dan terasa menggelitik menggelitik.

"Dia cocok sekali berdandan seperti itu" batinnya dalam hati.

"Sayang ? Aku akan melakukan apapun. Tapi tolong jangan tinggalkan aku" Edgar tertawa terbahak-bahak. bagaimana bisa ia di perebutkan oleh wanita-wanita ini.

"Apa kau khawatir ?" tanya Edgar sambil meraih dagu Diana yang masih duduk bersimpuh di lantai.

"Sangat khawatir" ucapnya memelas.

"Jangan khawatir. Aku sudah bilang tidak akan melepaskanmu" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Maafkan aku. Aku tadi hanya mengeceknya saja. Sepertinya ia benar-benar mencintaiku." tambahnya. Diana hanya terdiam mendengarnya, ia tidak mau bertanya lebih lanjut, tak ingin memprovokasi pria itu yang membuat pria itu menyadari perasaan nya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status