Share

Kebencian

last update Last Updated: 2023-07-26 22:04:12

Mulanya Pak Rusli terkejut ketika mendengar suara orang yang memencet bel pintu rumahnya. Apalagi hari sudah larut malam. Pak Rusli dan Bu Rusli baru saja merebahkan tubuhnya di ranjang setelah sibuk seharian mempersiapkan apa yang harus dibawa besok. Sedangkan Aldi sudah tertidur lelap sejak jam sembilan malam karena kelelahan bermain game.

"Apa kamu bilang? Aldi berkhianat? Jangan ngaco kamu? Sudah larut malam begini kalian malah keluyuran. Eh, ini si calon pengantin wanitanya malam ke sini. Benar-benar tidak elok rasanya," sahut Pak Rusli geram.

Bu Rusli yang awalnya tidak ingin tau siapa yang datang, akhirnya berjalan menuju pintu depan karena mendengar suara orang ribut-ribut. Ia pun segera menyusul suaminya ke depan.

Wanita paruh baya itu terkejut karena suaminya sedang berdebat sengit dengan calon menantunya dan adiknya. Sebenarnya Bu Rusli tidak terlalu menyukai Ryana. Tetapi dia terpaksa merestui hubungan putranya dengan gadis itu.

"Ada apa kamu ke sini, Ryana? Bukankah kalian besok harusnya melaksanakan akad nikah? Harusnya jam segini kamu sudah tidur dan beristirahat. Kenapa kamu pakai ke sini segala? Padahal besok kalian bertemu juga," kata Bu Rusli menimpali.

Air mata Ryana menggenang di kedua pelupuk matanya. Ia pun tak dapat menyembunyikan kesedihan dan sakit hati yang kini ia rasakan terasa menyesakkan dadanya. Rasanya ia sudah tidak kuat lagi berdiri. Entahlah kekuatan darimana yang ia rasakan saat ini. Ia hanya ingin mendengarkan penjelasan dari calon suaminya.

"Mana Mas Aldi, Bu? Saya ingin meminta penjelasan kepadanya atas semua ini." Ryana kemudian mengeluarkan ponselnya dari tasnya. Gadis itu memperlihatkan foto Aldi yang sedang bercumbu bersama wanita lain.

Pak Rusli dan Bu Rusli terkejut bukan main melihat foto anak tunggalnya. Seperti di sambar petir di siang bolong. Rasanya tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini.

"Enggak mungkin. Itu enggak mungkin, Aldi? Bilang aja kalau kamu memfitnah Aldi kan?" Bu Rusli syok dan terkejut. Ia sampai mengguncang bahu Ryana yang sudah tidak dapat menahan lagi air matanya.

"Untuk apa saya berbohong, Bu? Untuk apa? Sedangkan wanita yang ada di foto itu jelas bukan saya, Bu! Saya juga sama hancurnya dengan Ibu. Bayangkan, Bu. Bayangkan! Laki-laki yang besok akan bersanding dengan saya tega menghancurkan kepercayaan saya," pekik Ryana yang wajahnya sudah berlumuran dengan air mata.

Rayyan mengusap-usap punggung kakak perempuannya itu. Hatinya juga sama sakitnya dengan sang kakak. Bahkan Rayyan tidak mau sampai acara pernikahan antara Ryana dan Aldi terjadi besok hari.

Pak Rusli juga sama syoknya. Ia sampai mengusap wajahnya berkali-kali. Mengetahui keadaan semakin kacau balau dan rumit, pria tua itu lalu menyuruh istrinya, Ryana, dan Rayyan untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Duduk dan minum dulu kalian. Tenangkan diri kalian. Kita tidak bisa mendiskusikan masalah ini dengan hati panas. Sebentar, aku akan memanggil Aldi untuk menjelaskan semua ini," kata Pak Rusli tetap berusaha bersikap tenang walaupun hatinya juga panas.

Mereka semua menuruti saran Pak Rusli. Mereka duduk di sofa tanpa suara. Mereka larut dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Dari tadi Ryana dan Bu Rusli tiada hentinya menangis. Rayyan kemudian mengambilkan sehelai tisu dan air mineral gelas kemasan yang ada di atas meja.

Kemudian Pak Rusli berjalan menuju kamar Aldi. Lelaki tua itu membangunkan Aldi yang sedang tertidur pulas. Lelaki itu menggedor pintu kamar Aldi berkali-kali karena pintu kamar putranya itu terkunci dari dalam.

"Aldi, Aldi. Bangun! Bapak dan Ibu ingin bicara padamu!"

Berkali-kali Pak Rusli membangunkan putranya. Aldi pun menggeliatkan badannya dan mengucek kedua matanya.

"Ada apa sih malam-malam begini Bapak membangunkan aku yang baru aja tidur. Kayak udah kebakaran jenggot aja sih," gumam Aldi kesal.

"Iya, iya, Pak. Bentar, Pak." Aldi bergegas membukakan pintu Bapaknya.

"Ada apa sih udah larut malam begini ribut-ribut, Pak? Enggak bisa kita bicarakan besok aja?" balas Aldi dengan muka bantal dan rambut berantakan.

"Cepat ikut Bapak ke depan! Ryana sudah menunggumu di sana?" Pak Rusli langsung menarik tangan putranya tanpa menunggu persetujuannya.

"Ryana? Ngapain dia malam-malam begini kemari. Kan besok kami juga sudah bakalan sah menjadi suami istri . Bentar, tunggu dulu. Ada apa sih sebenarnya, Pak?" Aldi memprotes keberatan. Ia juga terkejut ketika mendengar Bapaknya mengatakan kalau sang kekasih datang ke rumahnya.

"Sudahlah, Aldi. Enggak usah banyak bicara. Biar kamu dengar saja nanti Ryana menjelaskan."

Akhirnya Aldi pasrah ketika sang ayah membawanya ke ruang tamu. Aldi kembali terkejut karena melihat Ibunya dan Ryana menangis meraung-raung.

"Ada apa ini? Kok kalian pada menangis?" tanya Aldi kebingungan. Wajahnya tidak merasa bersalah sedikit pun.

Rayyan yang geram karena melihat Aldi yang seolah tidak tau apa-apa pun maju dan meninju wajah Aldi. Aldi yang tidak bersiap-siap kalau Rayyan akan menyerangnya langsung jatuh tersungkur.

"Rayyan, hentikan!" jerit Ryana yang tidak menyangka kalau adiknya akan melakukan serangan. Sementara Pak Rusli dan Bu Rusli tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah.

Aldi mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Wajahnya kini berubah menjadi bengis menatap Rayyan.

"Hei, anak kecil! Berani benar kamu meninju calon kakak iparmu!" bentak Aldi dengan mata sengit ke arah Rayyan.

Rayyan mendengus kesal. "Siapa yang mau jadi adik iparmu, hah? Kakakku enggak akan pernah menikah dengan pecundang macam kamu!"

Rayyan berkata sambil menunjuk-nunjuk wajah Aldi. Sementara Aldi tidak suka wajahnya ditunjuk-tunjuk. Apalagi ia melihat Rayyan seperti sok jagoan.

"Tunggu ada apa dulu ini? Datang-datang bukannya menghormati tuan rumah, tapi malah bikin onar dan keributan di rumah orang lain. Apakah kamu enggak pernah diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuamu?"

Aldi masih menatap Rayyan dengan sorot mata penuh kebencian. Apalagi ia menganggap sang kekasih tidak ada sedikitpun membela dan melerai adiknya. Detik ini Aldi masih belum mengetahui apa kesalahan fatal yang ia lakukan yang menyebabkan Rayyan melayangkan tinjuannya ke rahangnya.

Sementara Pak Rusli dan Bu Rusli memilih untuk diam. Mereka membiarkan anaknya menyelesaikan urusannya dengan Ryana. Mereka ingin memberikan ruang kepada mereka agar menyelesaikan masalah mereka secara dewasa. Meski begitu, hati mereka merasa was-was bila Aldi menjadi sasaran amuk Ryana atau Rayyan lagi.

"Mas Aldi, apakah kamu enggak menyadari kenapa adikku marah kepadamu?" celetuk Ryana dengan tatapan mata tajam.

"T-Tunggu apa maksudmu, Ryana? Aku enggak ngerti sama sekali," jawab Aldi yang masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Ryana mengambil ponselnya dan menunjukkan foto maupun video asusila Aldi. Aldi begitu terkejut dan terperangah tak menyangka kalau Ryana akan mengetahui sepak terjangnya. Kebusukan yang selama ini ia tutupi di belakang kekasihnya yang lugu dan polos itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Pengganti   Trauma mendalam

    Pedih bagai tersayat-sayat yang dirasakan oleh Bu Hasna. Pak Alfian serasa kembali mengoyak luka lamanya yang perlahan sudah mulai sembuh. Padahal sebelumnya Bu Hasna berharap tidak akan pernah bertemu dengan mantan suaminya. Memang hanya sekali saja ia bertemu dengan suaminya setelah resmi palu perceraian itu terjadi. Ya, waktu itu ketika Hasfi dan dirinya melihat Pak Alfian membelikan mainan untuk ketiga anak tirinya. "Hasna! Tunggu, Hasna! Aku mohon jangan pergi," pekik Pak Alfian sambil mengejar Bu Hasna yang berjalan meninggalkannya. Lia merasa situasi saat ini sedang tidak kondusif. Namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin ia meninggalkan Tantenya dalam situasi sulit seperti ini. Ia pun bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Bu Hasna. Ya, menjadi single parent bagi seorang Bu Hasna bukanlah hal yang mudah. Walau ia hanya punya anak tunggal. Bukan berarti ia bisa dengan mudah menjalani semua ini.Bu Hasna terus melajukan jalannya. Begitu juga Lia yang berada di

  • Suami Pengganti   Hati yang terkoyak

    Ya, malam ini Hasfi tidak bisa tertidur. Pikirannya berkelana kemana-mana. Terutama pikirannya tertuju pada masa lalunya yang kelam. Hidup beranjak dewasa tanpa didampingi dan mendapat kasih sayang dari sang ayah memanglah berat buat Hasfi. Tetapi sang ibunda terus menguatkannya dan memberikan semangat. Bahwa hidup akan terus berjalan, dengan atau tanpa ayah di sisinya. Mulanya Hasfi meratapi nasibnya. Nasibnya memang berbeda dengan anak-anak di sekitarnya. Perlahan ia mencoba menerima. Waktu bermainnya otomatis berkurang karena harus membantu ibunya mencari uang. 'Ya Allah, begitu pelik rasanya kehidupanku di masa lampau. Tidak menyangka kalau kehidupanku saat ini berubah total. Yang asalnya tidak punya apa-apa, sekarang malah berlebih. Alhamdulillah ya Allah. Terima kasih atas semua karunia yang Engkau berikan,' gumam Hasfi dalam hati. Pria muda itu melirik istrinya yang tertidur di sebelahnya. Wajah ayu Ryana terlihat teduh. Tak salah memang sejak lama ia mengagumi sosok Ryana. Y

  • Suami Pengganti   Terlalu cepat

    Ryana sebenarnya senang saja karena akan pindah dari kontrakan ini. Apalagi kata Hasfi rumah yang akan mereka tinggali itu adalah rumah milik Ayahnya. Hanya saja mereka baru beberapa hari pindah ke rumah ini, masa baru pindah lagi? Ibarat kata, rasa lelah karena pindahan belum sepenuhnya hilang. Ryana terdiam beberapa menit. Begitu pun Hasfi. Makanan yang tadi dibawakan Hasfi dari rumah Ayahnya juga tidak ada mereka sentuh. Hasfi masih agak kenyang. Begitu pula dengan Ryana yang tadi siang makan di sekolah. Sampai-sampai Hasfi melupakan rasa sakitnya akibat jatuh dari sepeda motornya."Besok kamu pijat refleksi aja, Bang. Mana habis jatuh gitu," celetuk Ryana memecah keheningan di antara mereka. "Ah, iya. Boleh juga, Yang. Kamu juga ikut pijat ya, nemenin aku," balas Hasfi langsung menyetujui. "Oke. Ya sudah. Kita pindah aja lagi, Bang. Tapi jangan besok juga. Kan aku mesti ngajar, kamu juga harus kuliah. Belum lagi malam hari kita kudu pijat. Hari Minggu nanti aja kalo mau pindaha

  • Suami Pengganti   Terungkap jelas

    "Kalau begitu Hasfi pulang dulu, Yah," kata Hasfi ingin berpamitan kepada Ayahnya. Ia merasa tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan kepada Ayahnya. "Lho kok pulang sekarang? Apa kaki dan tanganmu udah enggak sakit lagi? Biar Agus dan Budi aja nanti yang nganterin kamu pulang," jawab Pak Alfian terkejut karena Hasfi ingin pulang. Agus dan Budi adalah supir dan ART di rumah Pak Alfian. "Tapi Hasfi belum membuat video konten untuk pekerjaan, Yah." "Oh gitu ya sudah tidak apa-apa. Tunggu sebentar." Pak Alfian membuka tas kerjanya. Ia mengeluarkan uang sejumlah sepuluh juta dari dompet besarnya, lalu memberikan uang itu kepada putra sulungnya itu."Ini uang yang Ayah janjikan tadi. Terimalah. Anggap saja sebagai ganti bayar uang sewa dan hadiah pernikahanmu. Oh iya, nanti kalau sudah tiga bulan di kontrakan. Kamu sebaiknya pindah ke rumah Ayah. Cukup dekat dari sini. Hanya berbeda blok saja. Kalau rencanamu ingin membangun rumah, sebaiknya diurungkan saja rencanamu. Lebih baik uang

  • Suami Pengganti   Setegar karang di lautan

    Hasfi kecewa dengan sikap sang Ayah yang tidak mempercayainya. Di sisi lain ia bahagia dan bersyukur karena Tuhan sudah mempertemukan kembali dirinya dengan ayah kandungnya sendiri. Dari kata-kata Pak Alfian memang sudah terdengar jelas bagi siapa saja yang mendengarnya seperti sedang meremehkan anaknya sendiri. Padahal kualitas Hasfi jauh sekali di atas anak-anak Tania yang ia rawat bertahun-tahun. Tetapi mental mereka mental kerupuk. Tidak tahan banting. Jauh berbeda dengan Hasfi yang mentalnya sudah kuat, tidak lapuk karena badai kehidupan yang menghantam. "Apa tujuan kalau Hasfi berbohong dengan Ayah? Adakah Hasfi terlihat sebagai anak yang pembohong? Untuk apa juga Hasfi sombong berkata kepada Ayah kalau penghasilan Hasfi memang adanya begitu. Hasfi hanya ingin membuktikan kepada Ayah. Kalau anak yang dulu Ayah telantarkan demi wanita lain, malah lebih sukses dengan kaki dan tangan sendiri. Oh, tentunya juga dengan bimbingan dan kasih sayang Ibu yang tidak kenal lelah mendidik

  • Suami Pengganti   Maksud Pak Alfian

    Pak Alfian malah semakin tertawa dengan pertanyaan Hasfi. Ya, ia baru tau Hasfi pernah menyambangi rumahnya ketika SMP dari Satpam Komplek. Itupun ketika sebulan sesudah kejadian. Waktu itu memang istri keduanya sedang hamil. Pak Alfian memarahi istrinya yang tidak memberitahukan kalau anaknya kemari. Tania pun berbohong dan berkata kalau Hasfi kemari karena ingin minta uang. Tania juga bilang ia langsung saja memberikan uang yang diminta Hasfi. Padahal Hasfi tidak ada menerima uang sepeser pun dari Ibu tirinya itu. Sebagai seorang suami yang baik. Pak Alfian percaya saja dengan kata-kata istrinya. Tentu saja Tania berusaha merayu dan menangis tersedu-sedu dengan air mata buayanya. Pria itu lama-lama luluh juga dengan tangisan istrinya. "Sudah Ayah usir dari rumah ini. Ketiga anak itu memang anak Tania. Sekalian juga Ayah usir, biarkan saja mereka ikut Mamanya," jawab Pak Alfian dengan santai."Bu-bukankah waktu Hasfi kemari, Bu Tania sedang mengandung?" tanya Hasfi dengan suara be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status