Share

Kebencian

Mulanya Pak Rusli terkejut ketika mendengar suara orang yang memencet bel pintu rumahnya. Apalagi hari sudah larut malam. Pak Rusli dan Bu Rusli baru saja merebahkan tubuhnya di ranjang setelah sibuk seharian mempersiapkan apa yang harus dibawa besok. Sedangkan Aldi sudah tertidur lelap sejak jam sembilan malam karena kelelahan bermain game.

"Apa kamu bilang? Aldi berkhianat? Jangan ngaco kamu? Sudah larut malam begini kalian malah keluyuran. Eh, ini si calon pengantin wanitanya malam ke sini. Benar-benar tidak elok rasanya," sahut Pak Rusli geram.

Bu Rusli yang awalnya tidak ingin tau siapa yang datang, akhirnya berjalan menuju pintu depan karena mendengar suara orang ribut-ribut. Ia pun segera menyusul suaminya ke depan.

Wanita paruh baya itu terkejut karena suaminya sedang berdebat sengit dengan calon menantunya dan adiknya. Sebenarnya Bu Rusli tidak terlalu menyukai Ryana. Tetapi dia terpaksa merestui hubungan putranya dengan gadis itu.

"Ada apa kamu ke sini, Ryana? Bukankah kalian besok harusnya melaksanakan akad nikah? Harusnya jam segini kamu sudah tidur dan beristirahat. Kenapa kamu pakai ke sini segala? Padahal besok kalian bertemu juga," kata Bu Rusli menimpali.

Air mata Ryana menggenang di kedua pelupuk matanya. Ia pun tak dapat menyembunyikan kesedihan dan sakit hati yang kini ia rasakan terasa menyesakkan dadanya. Rasanya ia sudah tidak kuat lagi berdiri. Entahlah kekuatan darimana yang ia rasakan saat ini. Ia hanya ingin mendengarkan penjelasan dari calon suaminya.

"Mana Mas Aldi, Bu? Saya ingin meminta penjelasan kepadanya atas semua ini." Ryana kemudian mengeluarkan ponselnya dari tasnya. Gadis itu memperlihatkan foto Aldi yang sedang bercumbu bersama wanita lain.

Pak Rusli dan Bu Rusli terkejut bukan main melihat foto anak tunggalnya. Seperti di sambar petir di siang bolong. Rasanya tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini.

"Enggak mungkin. Itu enggak mungkin, Aldi? Bilang aja kalau kamu memfitnah Aldi kan?" Bu Rusli syok dan terkejut. Ia sampai mengguncang bahu Ryana yang sudah tidak dapat menahan lagi air matanya.

"Untuk apa saya berbohong, Bu? Untuk apa? Sedangkan wanita yang ada di foto itu jelas bukan saya, Bu! Saya juga sama hancurnya dengan Ibu. Bayangkan, Bu. Bayangkan! Laki-laki yang besok akan bersanding dengan saya tega menghancurkan kepercayaan saya," pekik Ryana yang wajahnya sudah berlumuran dengan air mata.

Rayyan mengusap-usap punggung kakak perempuannya itu. Hatinya juga sama sakitnya dengan sang kakak. Bahkan Rayyan tidak mau sampai acara pernikahan antara Ryana dan Aldi terjadi besok hari.

Pak Rusli juga sama syoknya. Ia sampai mengusap wajahnya berkali-kali. Mengetahui keadaan semakin kacau balau dan rumit, pria tua itu lalu menyuruh istrinya, Ryana, dan Rayyan untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Duduk dan minum dulu kalian. Tenangkan diri kalian. Kita tidak bisa mendiskusikan masalah ini dengan hati panas. Sebentar, aku akan memanggil Aldi untuk menjelaskan semua ini," kata Pak Rusli tetap berusaha bersikap tenang walaupun hatinya juga panas.

Mereka semua menuruti saran Pak Rusli. Mereka duduk di sofa tanpa suara. Mereka larut dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Dari tadi Ryana dan Bu Rusli tiada hentinya menangis. Rayyan kemudian mengambilkan sehelai tisu dan air mineral gelas kemasan yang ada di atas meja.

Kemudian Pak Rusli berjalan menuju kamar Aldi. Lelaki tua itu membangunkan Aldi yang sedang tertidur pulas. Lelaki itu menggedor pintu kamar Aldi berkali-kali karena pintu kamar putranya itu terkunci dari dalam.

"Aldi, Aldi. Bangun! Bapak dan Ibu ingin bicara padamu!"

Berkali-kali Pak Rusli membangunkan putranya. Aldi pun menggeliatkan badannya dan mengucek kedua matanya.

"Ada apa sih malam-malam begini Bapak membangunkan aku yang baru aja tidur. Kayak udah kebakaran jenggot aja sih," gumam Aldi kesal.

"Iya, iya, Pak. Bentar, Pak." Aldi bergegas membukakan pintu Bapaknya.

"Ada apa sih udah larut malam begini ribut-ribut, Pak? Enggak bisa kita bicarakan besok aja?" balas Aldi dengan muka bantal dan rambut berantakan.

"Cepat ikut Bapak ke depan! Ryana sudah menunggumu di sana?" Pak Rusli langsung menarik tangan putranya tanpa menunggu persetujuannya.

"Ryana? Ngapain dia malam-malam begini kemari. Kan besok kami juga sudah bakalan sah menjadi suami istri . Bentar, tunggu dulu. Ada apa sih sebenarnya, Pak?" Aldi memprotes keberatan. Ia juga terkejut ketika mendengar Bapaknya mengatakan kalau sang kekasih datang ke rumahnya.

"Sudahlah, Aldi. Enggak usah banyak bicara. Biar kamu dengar saja nanti Ryana menjelaskan."

Akhirnya Aldi pasrah ketika sang ayah membawanya ke ruang tamu. Aldi kembali terkejut karena melihat Ibunya dan Ryana menangis meraung-raung.

"Ada apa ini? Kok kalian pada menangis?" tanya Aldi kebingungan. Wajahnya tidak merasa bersalah sedikit pun.

Rayyan yang geram karena melihat Aldi yang seolah tidak tau apa-apa pun maju dan meninju wajah Aldi. Aldi yang tidak bersiap-siap kalau Rayyan akan menyerangnya langsung jatuh tersungkur.

"Rayyan, hentikan!" jerit Ryana yang tidak menyangka kalau adiknya akan melakukan serangan. Sementara Pak Rusli dan Bu Rusli tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah.

Aldi mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Wajahnya kini berubah menjadi bengis menatap Rayyan.

"Hei, anak kecil! Berani benar kamu meninju calon kakak iparmu!" bentak Aldi dengan mata sengit ke arah Rayyan.

Rayyan mendengus kesal. "Siapa yang mau jadi adik iparmu, hah? Kakakku enggak akan pernah menikah dengan pecundang macam kamu!"

Rayyan berkata sambil menunjuk-nunjuk wajah Aldi. Sementara Aldi tidak suka wajahnya ditunjuk-tunjuk. Apalagi ia melihat Rayyan seperti sok jagoan.

"Tunggu ada apa dulu ini? Datang-datang bukannya menghormati tuan rumah, tapi malah bikin onar dan keributan di rumah orang lain. Apakah kamu enggak pernah diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuamu?"

Aldi masih menatap Rayyan dengan sorot mata penuh kebencian. Apalagi ia menganggap sang kekasih tidak ada sedikitpun membela dan melerai adiknya. Detik ini Aldi masih belum mengetahui apa kesalahan fatal yang ia lakukan yang menyebabkan Rayyan melayangkan tinjuannya ke rahangnya.

Sementara Pak Rusli dan Bu Rusli memilih untuk diam. Mereka membiarkan anaknya menyelesaikan urusannya dengan Ryana. Mereka ingin memberikan ruang kepada mereka agar menyelesaikan masalah mereka secara dewasa. Meski begitu, hati mereka merasa was-was bila Aldi menjadi sasaran amuk Ryana atau Rayyan lagi.

"Mas Aldi, apakah kamu enggak menyadari kenapa adikku marah kepadamu?" celetuk Ryana dengan tatapan mata tajam.

"T-Tunggu apa maksudmu, Ryana? Aku enggak ngerti sama sekali," jawab Aldi yang masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Ryana mengambil ponselnya dan menunjukkan foto maupun video asusila Aldi. Aldi begitu terkejut dan terperangah tak menyangka kalau Ryana akan mengetahui sepak terjangnya. Kebusukan yang selama ini ia tutupi di belakang kekasihnya yang lugu dan polos itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status