Share

6. Angan-Angan David

Author: Chrysander
last update Huling Na-update: 2025-04-17 23:58:39

Sedan hitam itu memasuki gerbang mewah. Kediaman Pyordova yang sangat mewah. Sambutan yang biasa Dimitri terima membuatnya tak canggung sedikitpun. Berbeda dengan Ellen yang merasa sedikit canggung. Dia datamg sebagai menantu dan bukan cucu menantu. 

Pria itu mengenakan setelan jas hitam. Sementaa istrinya mengenakan gaun dengan tema victorian. Keduanya nampak sangat serasi. Para pelayan bahkan takjub dibuatnya.

Seorang pelayan wanita menyambut keduanya. "Selamat datang Tuan dan Nyonya," celetuknya sambil membungkuk. 

"Apakah ayahku ada di rumah?" tanya Dimitri.

"Tuan besar sudah menunggu kedatangan Tuan," ujar wanita itu.

Ellen terlihat cemas. Dimitri yang menyadarinya pun meraih telapak tangan istrinya lalu ia genggam erat. "Kau tenang saja. Ada aku disini," bisiknya lembut. 

Ellen mencoba mengatur nafas. Dia teramat canggung. Terlebih rumah ini sudah sering ia datangi. Dulu. Sebagai calon cucu menantu. Dan sekarang dia datang sebagai menantu. 

"Tuan besar menunggu kalian di taman belakang," kata wanita itu ramah. 

Wanita itu kemudian mengantarkan mereka ke taman belakang untuk bertemu David. Rupanya pria itu sudah menunggu kedatangan mereka. Keduanya duduk di hadapan David. 

"Ayah sudah menunggumu. Ku kira kau tidak akan datang kemari," ujar David. 

"Tetap saja aku harus tetap datang kemari, bukan? Entah hari ini atau kapan pun itu. Aku harus tetap datang menemui Ayah," kata Dimitri.

"Baguslah. Kau sudah tumbuh dewasa rupanya," ujar David. Pandangannya beralih ke Ellen. David tersenyum ramah pada wanita itu. "Jika anak Ayah menyakitimu, katakan pada Ayah makan Ayah akan memukulinya."

"Paman adalah pria yang sangat baik," kata Ellen. 

David menatap Dimitri dengan tatapan bingung. Sementara Dimitri sendiri tak tahu harus bersikap seperti apa. Sesaat, Ellen menyadari kesalahannya. 

"Maaf," celetuk Ellen kebingungan mencari kata-kata. "Aku akan mulai membiasakan diri memanggilnya dengan sebutan nama saja."

David terkejut. Dia menatap Dimitri lagi. Kali ini pria itu harus menjelaskan sesuatu. "Ayah, ini hal baru baginya. Dia terlalu canggung."

"Ah iya. Maafkan Ayah yang lama menyadarinya. Ayah terlalu bahagia akhirnya Dimitri bisa menikah," ujar David tertawa kecil.

"Seharusnya aku yang meminta maaf, Ayah. Sudah sepantasnya aku memanggilnya dengan sebuatan suamiku atau semacamnya," ujar Ellen.

"Sudahlah, Ayah. Untuk apa mempermasalahkan hal sepele ini?" tanya Dimitri. 

"Ayah ingin segera menimang cucu dari anak nakal ini," kata David ketika Dimitri memberikan secangkir teh pada istrinya yang perlahan ia minum.

Ellen tersedak. Dengan lembut Dimitri menepuk lembut punggung Ellen. Dia sangat terkejut dengan pernyataan David. Bahkan dirinya tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. 

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Dimitri pada Ellen. 

Wanita itu mengangguk peahan lalu tersenyum. Ia kemudian menatap wajah David dan tersenyum. "Aku baik-baik saja," bisik Ellen. 

"Apakah sebaiknya kita pulang saja?" tanya Dimitri cemas. 

"Kenapa buru-buru pulang?" tanya David. "Kita sarapan dulu. Sambil kita bahas masalah keturunan  nanti. Hanya kau yang belum memiliki keturunan."

"Pernikahan kami baru saja berlangsung, Ayah. Kami masih harus saling mengenal satu sama lain lebih dalam," ujar Ellen.

"Apakah pernikahan kalian akan segera berakhir?" tanya David ragu.

Pertanyaan itu terdengar oleh Darren yang baru saja datang berkunjung bersama Erica. Pria itu bersama wanitanya berjalan ke arah Ellen. 

"Kalian juga datang," celetuk David tidak senang.

"Tentu saja, Kakek. Aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu," ujar Darren tersenyum.

"Memastikan apa?" tanya David. 

"Aku ingin melihat ekspresi pamanku setelah berhasil merebut calon istriku," jawab Darren.

"Tutup mulutmu, Darren!" bentak David kesal.

"Aku ini berbicara kenyataannya, Kakek. Lagipula sepertinya hubungan mereka tidak kuat," kata Darren. 

"Jaga cara bicaramu, Darren!" bentak David. "Apakah aku perlu menamparmu sekali lagi?"

"Tidak perlu, Kakek. Aku tidak bermaksud membuat onar. Aku hanya ingin dia tahu posisinya di rumah ini," ujar Darren penuh penekanan dengan tatapan tidak senang terarah pada Dimitri.

Erica terlihat kesal. Pria yang mengajaknya kemari hanya ingin melihat Ellen dan mempermalukan Dimitri saja. Tapi dia harus tetap tenang. Semua ini perlu berproses. Dia hanya harus mebunggu saja. 

"Pria yang tidak mampun melindungi istri sah tidak memiliki hak untuk memiliki keturunan," kata Darren dengan pandangan terarah pada Dimitri. 

"Apalagi dia tidak bekerja. Bagaimana mungkin dia menumpang pada keluarganya? Mau sampai kapan?" tanya Erica menghina. 

"Darren, biar bagaimanapun dia itu pamanmu. Kau tidak sepantasnya berbicara seperti itu terhadapnya," ujar Ellen kesal.

"Memang apa yang salah? Aku hanya mengatakan hal yang sudah sepantasnya ku katakan," kata Darren terkekeh.

Ellen tak bisa berbicara apa-apa. Dia merasa terpojok dan tak tahu harus berbuat apa untuk bisa mebela suaminya. Sementara Dimitri yang tak banyak menuntut hanya diam saja.

"Ayah, aku akan segera hamil anak Dimitri. Waktu untuk saling menengal akan kami pergunakan sebaik-baiknya," kata Ellen tersenyum penuh keyakinan. 

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   186. Awal Dari Kegilaan Dimitri

    Ellen duduk termangu di teras kamarnya. Pandangannya lurus ke depan. Pikirannya melayang entah kemana. Sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan Dimitri. Pria itu pergi entah kemana dan dia tidak bisa kemana-mana. Pengawasan begitu ketat dan Ellen tak bisa bergerak dengan bebas. "Nyonya, apakah kau mau ku ambilkan teh hangat?" tanya Geana perlahan sore itu. "Udaranya sedikit dingin dan kau sudah berada di sini cukup lama.""Berapa lama kau bekrja untuk Dimitri?" tanya Ellen datar. Geana sedikit tak kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba. Dengan terbata dia menjawab, "Sejak saya masih kecil, Nyonya.""Kau pasti sangat setia pada tuanmu itu," kata Ellen tersenyum tipis. "Sebenarnya apa yang ingin Nyonya tanyakan?" tanya Geana pelan dengan nada lembut. Ellen bangkit dari duduknya lalu berjalan masuk ke kamarnya. "Tidak ada," jawab Ellen datar. Geana mengikutinya. Dia sedikit kebingungan menghadapi sang nyonya. Dia tak banyak bicara. Namun justru hal itu yang membuatnya bingung. D

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   185. Tatapan Datar Menyakitkan

    Beberapa hari berlalu usai malam itu. Dimitri tak henti-hentinya memberikan kejutan kecil untuk sang istri. Namun wanita itu tak bereaksi banyak. Di bahkan menolak semua pemberian Dimitri. Hingga suatu malam pria itu membawakan banyak sekali hadiah untuk sang istri. "Hentikan semua ini, Dimitri. Tak akan merubah apa pun," ujar Ellen dengan wajah penuh lelah yang sulit di ungkapkan. "Sekali saja. Tidak bisakah kau melunak terhadapku?" tanya Dimitri penuh harap. Dia juga lelah dengan sikap sang istri yang begitu dingin terhadapnya."Lupakan semua tentang kita dan mari berpisah. Hanya itu yang bisa membuatku kembali menatapmu. Namu bukan sebagai pria yang kucintai. Melainkan orang lain tanpa ada rasa," kata Ellen lalu berbalik deng berjalan meninggalkan Dimitri.Gaun tidur yang terlihat cantik itu membuatnya terlihat sangat anggun. Hingga rasanya Dimitri ingin segera berlari dan memeluknya. Namun ia menahannya melihat sikap Ellen yang sangat membencinya. Kematian anak pertama mereka me

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   184. Di Beri Obat

    Malam itu Dimitri bersama Marc masuk ke sebuah hotel. Mereka akan bertemu dengan seorang klien kelas kakap untuk membicarakan bisnis. Usai membicarakannya, Dimitri pun ke sebuah resto yang terletak di dalam satu gedung dengan hotel tersebut. Tanpa ragu Dimitri menyantap makanan di hadapannya. Dari meja seberang, seorang wanita dengan gaun malam dan belahan dada setinggi 20cm diatar rok, menatapnya penuh siasat. Beberapa saat kemudian kepala Dimitri terasa sangat pusing. Ia berusaha untuk tetap sadar. Namun hal itu membuat wanita di seberang sana tersenyum penuh siasat. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja Dimitri. Wanita itu mulai merayunya. Dia menyentuh jemari Dimitri. Lalu berdiri dan menuntun pria itu. Ia membawanya ke sebuah kamar yang memang sudah di oersiapkan sebelumnya. "Tuan, akan aku pastikan kau akan puas malam ini." Wanita itu tersenyum penuh siasat ketika tubuh Dimitri terbaring di atas ranjang. Wanita itu berjalan mendekat dan mulai membuka kemeja Dimitri

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   183. Di Luar Nalar

    Ellen masih berusaha melepaskan diri dari Dimitri yang tak henti mencumbunya. Wanita itu berusaha hingga akhirnya dia menampar pipi Dimitri untuk menyadarkan pria itu. "Ellen, kau..."Dimitri sudah akan naik pitam ketika tamparan keras itu mendarat di pipinya. Pria itu menatap Ellen tajam. Sementara dengan berani Ellen balik menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. "Aku bahkan belum bisa kau sentuh, Dimitri. Kau juga tidak akan pernah menjadi Dimitri yang dulu ku cintai," ujar Ellen dengan suara bergetar. Wanita itu mendorong tubuh Dimitri lalu pergi menjauh dari pria itu. Tubuhnya yang masih sempoyongan bahkan nyaris terjatuh jika saja Dimitri tak segera menangkap tubuh rapuh itu. "Kita akan berpisah. Aku sudah bertekad. Apa pun yang akan kau lakukan tidak akan mengubah keputusanku. Jadi berhentilah melakukan hal tak berguna," kata Ellen melepaskan diri dari pria itu. "Ellen, kau tidak bisa melakukannya. Akan aku pastikan itu," kata Dimitri penuh amarah. Pria itu kemudian per

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   182. Segalanya Bagiku

    Dimitri meminta dokter menyuntikkan obat penenang untuk istrinya. Dia tak pernah menyangka Ellen akan se terpuruk ini kehilangan putra mereka. "Anak itu juga segalanya bagiku," gumam Dimitri tertunduk lesu ketika dirinya duduk di kursi belakang meja kerjanya dengan Marc berdiri di sana, tak jauh dari meja. Pria itu melaporkan hasil dari penyelidikannya. "Mungkin sejak awal nyonya sangat ingin mengandung putra dari Tuan. Jadi ketika dia kehilangan maka hatinya menjadi sangat terluka," kata Marc."Kau benar. Sejak awal aku meng klaim diriku ini mandul. Ketika terbukti bahwa dia hamil anakku maka ekspektasinya akan anak ini sangatlah besar," kata Dimitri. "Dia kesakitan saat itu. Tapi yang membuat kami kehilangan bayinya adalah kecelakaan sialan itu. Dan kau masih belum bisa menemukan pelakunya.""Truk yang menabrak Tuan dan nyonya bahkan sudah di hancurkan sebelum akhirnya di bongkar hingga menjadi bagian-bagian kecil. Tapi penyelidikan orang kita menemukan sesuatu. Meski tak bisa di

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   181. Berhentilah Berpikiran Buruk

    "Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Bahkan sebuah perceraian tidak akan pernah terjadi. Kau hanya akan menjadi milikku."Kata-kata itu keluar dari bibir seorang Dimitri. Dengan tatapan tajam dan penuh dengan aura menyeramkan, pria itu mengintimidasi wanitanya. Namun Ellen cukup berani dengan menatap balik wajah pria yang dulunya sangat ia cintai. "Jika tidak dalam keadaan hidup maka kematian akan menjadi perpisahan kita," kata Ellen dengan tangan perlahan meraih sebilah pisau di atas buah segar yang terletak di atas meja nakas. Dengan gerakan cepat, Ellen menempatkan sebilah pisau dengan sisi tajam ke lehernya sendiri. Air mata tak henti-hentinya keluar dari pelupuk mata. Wanita itu menatap dengan berani wajah Dimitri yang saat ini menjadi sangat terkejut dan mulai waspada. "Perpisahan dalam keadaan hidup atau mati bagiku sama saja," lanjut Ellen dengan suara bergetar. "Karena semua tidak ada artinya lagi.""Aku tidak bisa berpisah darimu. Semua kulakukan agar kau tetap bersamaku,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status