Share

Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa
Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa
Author: Afnasya

Pembatalan Pernikahan

Author: Afnasya
last update Last Updated: 2025-02-20 17:51:15

“Aku mau pernikahan ini dibatalkan!”

Suara lantang Eleanor langsung menarik perhatian semua anggota keluarga, pun dengan tamu yang hadir di sebuah gedung resepsi. Ya, hari itu rencananya Eleanor akan menikah dengan Alden, pria yang telah berpacaran dengannya selama lima tahun.

“Jangan bercanda kamu, El. Kamu akan menikah sebentar lagi.” Suara tegas dan berwibawa milik seorang pria paruh baya bernama William itu terdengar memenuhi ruangan.

“Aku tidak bercanda, Kek. Aku serius akan membatalkan pernikahan ini karena ....” Eleanor menarik napas berat sebelum menatap calon suami yang duduk di sampingnya. “Karena Alden telah menghamili Agatha.”

“Elea, a-apa maksud kamu?” tanya Alden tergagap. Wajahnya seketika memucat.

Alden langsung menatap Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya.

Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Eleanor dengan tatapan tidak senang. “Hari ini adalah hari baik, Elea. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah sebentar lagi.”

Mendengar itu, Eleanor menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya.

Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Eleanor malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan bahwa Agatha sedang mengandung. Dan saat menanyakan kebenarannya, Agatha dengan bangga menyebut Alden adalah ayah dari bayi yang dikandung.

Hati wanita mana yang tak sakit saat mendengar bahwa sang pacar yang akan menjadi suaminya malah tega berkhianat dengan kakaknya sendiri. Hal itulah yang dirasakan Eleanor. Dunia serasa runtuh karena mimpi yang dibangunnya bersama Alden harus hancur karena mimpi yang dibangun orang lain.

Oleh karena itu, dengan mantap Eleanor mengeluarkan surat itu dari genggaman tangan dan menyerahkannya pada Kakek William.

“Tidak, Kek. Agatha memang sedang hamil Anak Alden dan kandungannya sudah berusia 4 minggu.”

Ekspresi pria paruh baya itu berubah dingin dan kelam. Kakek William langsung melayangkan tatapannya pada Alden.

“Kakek, a-aku ti—“

“Diam!” Kakek William memotong perkataan Alden dan menampar cucunya itu hingga tersungkur ke lantai.

“Alden, kamu tidak apa-apa?”

Agatha buru-buru mendekat dan menyentuh pipi kiri pria itu yang memerah. Tak menyadari kalau tindakannya itu telah membuat ekspresi Kakek William berubah semakin kelam.

“Tidak tahu malu! Berani-beraninya kamu mengkhianati Eleanor dengan naik ke ranjang calon kakak iparmu, bahkan sampai membuatnya hamil. Di mana pikiran kamu, Alden!”

Suara Kakek William menggelegar kencang memenuhi ruangan. Dia menatap cucunya itu dengan penuh amarah. Napasnya tersengal karena menahan amarah yang membuncah. Setelahnya, dia kembali duduk dan mengusap wajah dengan kasar.

“Mau kamu taruh dimana wajah keluarga kita, Alden? Bagaimana dengan pernikahanmu dengan Eleanor?” Pria paruh baya itu kembali melanjutkan ucapannya.

Kali ini, genggaman Kakek William pada tongkat di tangan kanannya itu mengerat dan bergetar penuh amarah.

Melihat itu, Alden menatap ke arah kakeknya dan berkata dengan nada penuh penyesalan. “Maafkan aku, Kek. Mungkin aku mabuk waktu itu. Tapi aku ....”

“Kita tidak mabuk waktu itu, Alden! Kita sama-sama sadar dan mau melakukannya!” Agatha memotong perkataan Alden. Hal itu langsung membuat Alden menatapnya nyalang. Lalu, menyentak tangan Agatha yang masih memegangi pipinya.

“Diam, Agatha! Jangan mengarang kamu!” Alden membentak dengan frustasi. Dia bahkan menjambak rambut karena Agatha makin memperkeruh suasana dengan ucapannya.

“Aku tidak peduli apa alasanmu, Alden!” Kakek William menanggapi. “Harusnya kamu pikirkan dulu konsekuensinya sebelum berani tidur dengan wanita lain! Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Apa yang mau kamu lakukan?”

“Aku akan tetap menikahi Eleanor, Kek? Aku sangat mencintainya.”

Eleanor menggigit bibir untuk menahan air mata yang hendak tumpah. Di saat seperti ini, bisa-bisanya Alden masih mengakui mencintainya.

“Tapi aku tidak, Al! Mana mungkin aku menikah dengan orang seperti kamu, yang dengan mudahnya tidur sama wanita lain.”

“Aku mohon, El. A-aku hanya khilaf.” Mata Alden bergerak liar karena mencari alasan agar tetap bisa menikahi Eleanor. Lalu, tatapannya tertuju kepada Agatha yang masih mengumbar senyum sebelum beralih kepada Eleanor. “Bisa saja anak yang ada dalam kandungannya itu bukan anakku.”

“Beraninya kamu bilang begitu, Al! Ini anak kamu! Kita melakukannya karena suka sama suka. Bahkan kamu bilang lebih mencintaiku daripada Eleanor.”

“Diam kamu, Agatha!” Alden kembali menjambak rambut karena frustasi. Dia bingung harus memakai cara apalagi agar Kakek William dan Eleanor mempercayainya. “El, aku mohon jangan batalkan pernikahan ini. Aku dijebak Agatha. A-aku di—“

“Cukup, Alden! Jangan mencari-cari alasan lagi!”

Bersamaan dengan bentakan Kakek William, Alden tak lagi mampu menjawab dan memilih untuk memalingkan muka saat bisik-bisik terdengar menyudutkan dirinya dan Agatha. Dia makin frustasi karena melihat Eleanor mematung di tempat duduk sambil menatapnya kecewa. Mata wanita itu memerah karena berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah.

Perlahan Kakek William berbalik, menatap Eleanor dengan penuh penyesalan. “Elea, maafkan keluarga Wijaya yang tak bisa mendidik Alden dengan baik, tapi Kakek akan memastikan kalau keluarga Wijaya tidak akan lari dari tanggung jawab.”

Mengerti arti perkataan Kakek William, Eleanor hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum menggenggam tangan pria paruh baya itu erat.

Selama lima tahun menjalin hubungan dengan Alden, Eleanor sanggup mengambil hati Kakek William yang notabene sangat tegas dan berwibawa. Pria paruh baya itu sangat berpengaruh dalam keluarga Wijaya, jadi semua keputusannya adalah mutlak harus dilakukan.

Namun, bisa menjadi lembut dan murah senyum kala bersama Eleanor. Hal yang tak bisa dilakukan semua anggota keluarga Wijaya.

Di kota Malima tempat mereka tinggal, wanita yang gagal menikah biasanya memang akan berkemungkinan besar untuk mengalami diskriminasi dan hinaan. Mereka dianggap membawa pengaruh dan nasib buruk, sehingga biasanya wanita yang gagal menikah akan kesulitan untuk mendapatkan jodoh baru.

Mengingat hal itu, Eleanor pikir Kakek William merasa bersalah karena takut dia tak bisa mendapatkan jodoh di kota Malima. Oleh karena itu, pria paruh baya itu berkata akan memastikan keluarga Wijaya harus bertanggung jawab.

Oleh karena itu hubungan Eleanor dan Kakek William memang sudah seperti kakek dan cucu kandung, sehingga semakin wajar bagi Eleanor untuk mendapat perkataan itu dari Kakek William.

Meski begitu, dia sama sekali tak lagi berniat untuk menikah dengan Alden sehingga dia melepas tangan kakek William untuk bersiap pergi ke ruangan ganti.

“Hari ini biarkan Agatha yang menggantikan aku menikah dengan Alden, Kek.”

Perkataan Eleanor membuat Agatha yang berdiri di belakang Alden menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan bersiap mengikuti Agatha untuk pergi bertukar pakaian.

Namun, sebelum keduanya sempat melangkah lebih jauh, Kakek William sudah lebih dulu berkata dengan tegas.

“Tidak akan ada yang menggantikan pernikahanmu hari ini, Elea. Kamu akan tetap menikah, tapi bukan dengan Alden. Melainkan dengan Darren, cucu sulung kakek.”

Eleanor membeku di tempat, sedangkan senyum Agatha mengembang semakin lebar. Andai boleh memilih Eleanor akan kabur saja dari sana. Mana mungkin dia akan menikah dengan orang yang sama sekali tak pernah dilihatnya.

'Oh, Tuhan. Takdir apa yang Engkau berikan ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku menikahi Darren?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menemukannya

    Dua jam setelah berkutat dengan dunia memasak di tempat les, Eleanor kembali menaiki taksi online menuju sebuah rumah sederhana yang terletak di pinggiran kota. Rumah dengan dinding bercat putih dengan jendela dan pintu berwarna cokelat tua. Pada halamannya terdapat beberapa jenis sayuran dan juga tanaman buah.Eleanor mengulas senyum sesaat setelah tiba sebelum melangkah masuk. Kedua matanya langsung menangkap sosok Bu Wina yang sedang berjongkok mengambil daun kering di sela-sela ladang sayurannya.“Selamat pagi, Bu. Aku tidak mengganggu, kan?” tanya Eleanor sambil menyunggingkan senyuman.Bu Wina menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat wanita yang sedang memakai setelah rok dan kemeja lengan pendek berwarna hijau pastel itu.“Nyonya Elea, akhirnya datang juga. Anda tidak mengganggu sama sekali. Mari masuk.”Bu Wina segera bangkit dan berlalu ke samping untuk mencuci tangan sebelum membukakan pintu dan menyuruh Eleanor untuk masuk. Setelahnya, dia beranjak ke dapur dan ke

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   89

    Eleanor membekap mulutnya sebelum mundur perlahan dan memutar tumit, kemudian berjalan mengendap-endap sebelum kembali masuk ke ruang bawah tanah. Dia bergeming di samping anak tangga yang mengarah ke bawah dengan masih membekap mulut dan sesekali memejamkan mata, berharap orang yang ada di rumahnya segera pergi.Saat Eleanor masih berusaha menguasai diri, terdengar suara langkah mendekat disertai dengan suara gumaman. Meskipun samar, Eleanor masih dapat menangkap isi percakapan mereka.“Rumah segede ini, banyak tempat untuk menyembunyikan sebuah kunci.”“Iya, mana tidak boleh pergi sebelum menemukannya. Bos, sih, enak main suruh. Kita yang pusing.”“Seluruh isi rumah sudah dicari, tapi tetap tidak ketemu. Apa jangan-jangan dibawa pas kemarin kita keroyok dan kuncinya hilang di sungai, ya?”“Bisa jadi. Tapi jangan bilang bos begitu, bisa-bisa kita disuruh nguras sungai lagi.”Eleanor mendengar gelak tawa dari atas sebelum kembali dua pria itu saling berbicara. Wanita itu makin m

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Ketahuan

    “Malam ini kamu saya pecat! Segera bawa barang kamu dan keluar dari sini sekarang!” “Tapi, salah saya apa, Tuan? Sudah puluhan tahun saya di sini dan saya rasa tidak pernah melakukan kesalahan.” “Itu menurutmu! Pokoknya sekarang juga kamu keluar dari sini sekarang!” Roni masuk dan menarik lengan wanita tua dengan umur kisaran enam puluh tahunan hingga ke depan lemari. Lalu, menyentak kasar hingga membuatnya terhuyung. Dengan tatapan nyalang, pria itu mengintimidasi hingga akhirnya sang wanita tua membuka lemari dan memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. “Pesangon dan gajimu bulan ini akan aku transfer. Lagipula Papa sudah tidak ada, jadi buat apa kamu masih bertahan di sini, Bu Wina.” Sang wanita tua yang diketahui bekerja sebagai kepala ART selama empat puluh tahun di kediaman keluarga Wijaya itu hanya bisa pasrah saat Roni menyambar koper dan membawanya keluar dan melemparnya. “Sekarang pergilah! Rumah ini sudah tidak membutuhkanmu lagi.” Ibu Wina yang masih gag

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menghilang

    “Kurang ajar! Cari dia sampai dapat! Aku yakin dia pasti masih ada di sekitar sana!” Telepon terputus. Keempat orang itu langsung berpencar untuk mencari keberadaan Darren. Namun, mereka tak kunjung mendapatkannya sehingga memutuskan untuk kembali menaiki mobil dan pergi meninggalkan tempat itu. Sementara di tempat lain, tampak seseorang sedang berjalan mondar-mandir sambil menggenggam erat ponselnya. Sejak menerima telepon satu jam yang lalu, belum lagi terdengar kabar tentang hasilnya. Dia menggeram kesal sebelum mengempaskan kasar tubuhnya di kursi. “Sialan! Masa cari satu orang yang sedang sekarat saja tidak bisa!” Orang itu menendang meja sebelum menengadah dan menghela napas panjang. Lalu, menatap langit-langit ruangan sebelum terkejut karena mendengar ponselnya berdering. Dia langsung mengangkat panggilan setelah mengetahui nama yang tertera di layar. “Bagaimana? Kalian dapat, kan?” “Maaf, Bos. Kami kehilangan dia. Seluruh rumah sakit sudah kami cari, tapi dia

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Langkah Awal

    Eleanor langsung mengalihkan tatapan saat berserobok dengan orang itu. Wanita itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil berharap orang itu segera pergi. Harapannya terkabul karena saat menoleh, dia tak mendapati orang itu di tempat tadi. Eleanor menghela napas lega sebelum masuk ke ruangan setelah dipanggil sang perawat. Dua puluh menit berlalu, wanita itu keluar sambil tersenyum semringah. Kedua pipinya bersemu merah, langkahnya ringan saat menyusuri lorong yang menghubungkan ke ruangan Darren. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang menghadangnya. “Mau apa kamu?” tanya Eleanor sambil berusaha menahan gelebah dalam dada. Dia menelan ludah dengan susah payah sambil mengepalkan erat kedua tangannya. “Kita sudah tidak ada lagi urusan, sebaiknya kamu minggir.” Orang di depan Eleanor menyeringai sambil melayangkan tatapan menyelidik. Sementara, Eleanor memejamkan mata sejenak sambil menghela napas panjang sebelum kembali menatapnya. “Minggir sekarang ata

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Dua Garis Merah

    Eleanor sedikit tersentak begitu Hana memeluknya erat. Lalu, melerai pelukan dan memberikan tatapan penuh tanya kepada wanita itu. Namun, belum sempat bertanya, Hana melontarkan kalimat lebih dulu. “Mereka tidak melukaimu, kan, Elea? Oh, maafkan aku karena terlalu takut saat melihat mereka keluar dari mobil.” Eleanor menggeleng lemah sebelum beranjak ke sofa dan mengempaskan bobot tubuhnya. Sementara, Hana ikut duduk di sampingnya. “Syukurlah, Elea. Aku benar-benar takut mereka akan berbuat nekat. Aku sampai hampir memanggil polisi, sayangnya itu tidak terjadi.” Eleanor mengulas senyum tipis sebelum berkata. “Aku baik-baik saja, Hana. Untung saja mereka bisa aku bohongi saat tanya di mana Darren.” Wanita itu menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi, untuk sementara aku tidak bisa terang-terangan menemui Darren di rumah sakit. Terlalu riskan untuknya karena aku yakin mereka tidak akan membiarkan Darren selamat.” Hana mengernyit heran mendenga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status