Share

Chapter 5 - Persaingan Hebat

“Maaf sebelumnya, Mas, apa gaji Mas Dipta cukup untuk membayar tempat mewah seperti ini?”

“Jadi ini yang ingin kamu tanyakan?” Dipta hanya tersenyum kecil setelah mendengar pertanyaan Kaira.

Pria itu pun berdiri dari posisi duduknya, ia berjalan mendekati jendela apartemennya untuk melihat pemandangan di luar sana yang menampilkan gedung pencakar langit.

Dirasa cukup lama tidak dijawab, Kaira ikut berdiri dan berjalan ke arah Dipta, berdiri di belakang tubuh suaminya yang memiliki bentuk dada yang lebar serta perut rata.

“Maaf kalau pertanyaanku barusan lancang, Mas,” lirih Kaira sambil menundukkan kepalanya tidak enak, sepertinya ia sudah tidak sopan kepada Dipta.

Mendengar ucapan Kaira, membuat Dipta berputar badan menatap tubuh kecil istrinya. “Ini apartemen milik bosku dulu. Dia lagi balik ke Korea untuk sementara waktu. Dia juga yang menyuruhku untuk tinggal di sini selama dia di Korea.”

Kaira mengangguk-angguk kecil, merasa bersyukur karena suaminya memiliki mantan bos yang baik hati. Sebetulnya, Kaira ingin bertanya lebih mengenai alasan Dipta yang kini justru bekerja di perusahaan yang sama dengan mantan calon suaminya, namun, wanita itu resah jika terkesan begitu lancang kepada pria yang baru dikenalnya selama beberapa hari itu.

Entah kenapa, mengingat Bayu mejadi keresahan Kaira tersendiri. Terlebih mereka satu kantor, yang membuat Bayu bisa bersikap dan bertindak seenaknya kepada Dipta nanti.

“Kenapa kamu justru terlihat murung?” tanya Dipta terus memperhatikan ekspresi wajah Kaira yang gampang sekali berubah-ubah saat ini.

“Aku takut, Mas.”

“Takut kenapa?”

“Takut kalau Mas Bayu berbuat macam-macam sama kamu di kantor. Apalagi dia benci banget sama aku, sudah pasti dia bakalan dendam sama kamu juga nanti. Aku benar-benar sungguh minta maaf, Mas. Aku nggak tahu kalau efeknya bakalan kayak gini,” luap Kaira atas kesukarannya sejak tadi.

“Kamu gak usah khawatir, aku akan hadapi itu.”

“Tapi jabatan dia tinggi di kantor. Aku takut dia bakalan memprovokasi ke lainnya untuk menindas kamu.”

Tak pernah disangka dan duga respon yang didapatkan oleh Kaira atas kekhawatirannya ini. Dipta justru terlihat santai, yang membuat Kaira tidak habis pikir. Bahkan pria itu kini sudah mengusapi puncak kepalanya begitu lembut, yang membuat Kaira merasa deg-degan sendiri. Apalagi Dipta kembali melakukan interaksi yang cukup berani kepadanya.

“Kamu pokoknya tenang aja. Selama kamu menjadi istri aku, apapun masalahmu menjadi masalahku juga.”

***

“Kamu kerja sampai hari ini saja, Kaira. Kontrak kamu tidak bisa dilanjutkan.” Ucapan dari atasannya membuat Kaira terkejut dan kehabisan kata-kata. Seolah, inilah jawaban mengapa hatinya merasa tidak tenang selama perjalanan menuju ke kantornya hari ini.

“Tapi salah saya apa, Bu!?” tanya Kaira tidak mengerti dengan alasan yang diberikan, terlebih dirinya dipecat secara mendadak seperti ini.

Tidak bisa melawan lebih banyak lagi, kecewa dengan keputusan sepihak, Kaira memilih pergi dari tempat dirinya mencari nafkah. Kaira menatap bangunan berlantai dua itu dengan tatapan sendu, kedua bola matanya bahkan sudah digenangi oleh air yang hampir saja luruh jika wanita itu mengedip sekali saja.

“Semua ini pasti gara-gara Mas Bayu!” pekik Kaira dibarengi air matanya yang luruh membasahi pipinya yang mulus.

Wanita itu benar-benar merasa jengkel karena jalan mencari rejekinya diputus. Sebetulnya, dia sangat ingin berbuat nekat dengan mendatangi kantor di mana Bayu bekerja. Namun, di sini lain, dia khawatir jika sikapnya akan berpengaruh buruk kepada Dipta, sehingga dia tak punya pilihan lain selain pulang ke tempat ia bersinggah.

“Kaira! Kamu kenapa?”

Teriakan Dipta mengejutkan Kaira yang baru saja melangkah masuk ke apartemen suaminya. Wanita itu tak menyangka Dipta masih belum bergegas pergi, sehingga Kaira terpaksa harus menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang penuh dengan air mata.

Tersadar apa yang terjadi, Dipta pun berjalan cepat menghampiri istrinya yang masih berdiam diri di pintu masuk. Tak banyak berbicara, pria itu pun langsung merengkuh Kaira ke dalam pelukannya. Tangannya menepuk-nepuk pundak Kaira dengan perlahan.

Perlakuan Dipta membuat Kaira tak kuasa untuk menahan kembali air matanya, “Aku dipecat, Mas.”

Melihat istrinya begitu sedih, Dipta langsung menggenggam telapak tangan Kaira kuat. Namun, pria itu mencoba tetap tenang, memberikan waktu agar istrinya bisa puas menangis.

“Maafkan aku, Mas. Kalau aku dipecat seperti ini, sepertinya aku nggak bisa bayar kompensasi ke kamu karena sudah membantu masalahku ini,” rancau Kaira di sela-sela tangisnya.

“Kamu ngomong apa, sih?”

Kaira mendongakkan kepalanya, menatap Dipta yang tengah menjulang tinggi di depannya.

Saat ini Kaira benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, yang pasti dirinya seperti habis jatuh ketimpa tangga. Sudah gagal menikah karena diselingkuhi, dihina oleh mantan calon mertua, kini justru dipecat dari pekerjaan.

“Bagaimanapun aku sudah pernah janji sama diriku sendiri kalau aku bakalan bayar jasa kamu yang mau menikah denganku secara tiba-tiba, dan juga membantuku. Tapi nyatanya sekarang aku kehilangan pekerjaan.”

Merasa jika bukan pria bayaran, Dipta sedikit tersinggung dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Kaira. Kaira yang melihat Dipta diam saja justru kembali berpikir jika pria di depannya ini merasa kecewa karena ia tidak bisa menepati janji untuk membayarnya.

Kaira mencoba berdiri yang membuat posisi keduanya benar-benar sangat dekat bahkan intim. Kaira mencoba melihat raut wajah suaminya yang tengah menahan kesal.

“Kamu marah karena aku tidak bisa menepati janji untuk membayar?”

Tidak ingin lepas kendali, Dipta mencoba memalingkan wajah ke samping. Apalagi sejak tadi, Dipta, mencoba menahan diri karena embusan napas Kaira mengenai area lehernya, yang membuat gejolak pria normal terasa bangkit.

Lain hal dengan Kaira yang menganggap jika Dipta sangatlah marah, membuat hati Kaira semakin tidak enak sudah menyeret Dipta ke dalam pusaran masalah hidupnya.

“Aku minta maaf karena—“ Belum menyelesaikan kata-katanya, Kaira terkejut ketika Dipta tiba-tiba sudah mendaratkan bibirnya. Hal ini membuat Kaira terbengong, tidak bisa berpikir.

“Aku bukan pria bayaran, Kaira!” geram Dipta di sela-sela ciumannya. “Jika hari ini kamu dipecat dari pekerjaan, maka aku akan melakukan hal yang sama untuk Bayu, dia akan segera dipecat dari pekerjaannya!” janji Dipta kepada Kaira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status