Share

Bab 6. Kecurigaan

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 15:30:22

Citra terbangun begitu sinar matahari masuk melalui celah jendela seakan mengingatkannya bahwa sudah saatnya memulai hari. Citra melihat jam dinding dan melangkah ke dapur untuk mulai menyiapkan sarapan.

Raka ikut terbangun begitu mendengar suara dari arah dapur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya tersadar bahwa kini dia tidak lagi tinggal sendirian di rumahnya.

Raka kemudian keluar masih mengenakan piyama, dan berjalan menuju dapur. Ketika melihat Citra yang sibuk di dapur, entah mengapa hatinya menjadi hangat. Seakan mengingatkannya pada sosok almarhum ibunya yang selalu menyiapkan sarapan.

Citra yang menyadari kehadiran Raka menoleh dan tersenyum, “Selamat pagi, Mas. Tunggu sebentar ya, aku sedang menyiapkan sarapan.”

Raka mengangguk dan berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi yang sudah ditata dengan rapi.

Raka mengangkat alis sedikit begitu melihat piring yang dibawa oleh Citra kehadapannya, "Nasi goreng?"

Citra mengangguk sambil tersenyum. "Iya, soalnya bahan makanannya hanya ada itu saja di kulkas. Sepulang kuliah nanti aku akan belanja bahan lainnya."

Raka menatap nasi goreng di hadapannya, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, dia mengambil sendok dan mulai makan.

Mereka menikmati sarapan bersama dalam keheningan.

Setelah selesai, Citra kemudian bersiap untuk berangkat kuliah. Ia mengenakan jaket dan mengambil tas-nya dengan cepat dari dalam kamar.

Ketika Citra muncul di ruang tamu, siap untuk pergi, Raka menatapnya dari balik cangkir kopi yang sedang dia pegang. "Aku akan mengantarmu ke stasiun. Lebih cepat kalau kita pakai mobil," kata Raka, menawarkan diri dengan nada yang tidak bisa ditolak.

Citra, meskipun sedikit ragu, akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau begitu."

Di perjalanan menuju stasiun, Citra duduk dengan gelisah, merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Akhirnya, rasa penasaran yang selama ini dia pendam mulai menggelayuti pikirannya.

Dia tidak bisa lagi menahannya.

"Mas Raka," panggil Citra dengan hati-hati. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

Raka melirik Citra sejenak sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke jalan. "Ada apa?"

Citra menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku penasaran ... semua barang-barang yang ada di rumah kita, termasuk mobil ini ... apakah semuanya pemberian dari Kakek Bramantyo?"

Pertanyaan itu membuat Raka terdiam. Dia tidak langsung menjawab, membuat Citra merasa tidak nyaman.

Citra mulai merasa bahwa dia telah menyinggung suaminya. Mungkin dia seharusnya tidak menanyakan hal itu.

"Tidak masalah, kalau Mas tidak ingin menjawabnya," tambah Citra dengan suara rendah, merasa bersalah telah menanyakan sesuatu yang mungkin seharusnya menjadi rahasia.

Raka tetap diam selama beberapa detik lagi, sebelum akhirnya malah berbalik bertanya, "Mengapa kamu berpikir demikian?”

Citra menatapnya dengan rasa bingung, ”Karena Mas tidak bekerja..?”

Raka berusaha menahan senyumnya melihat ekspresi wajah Citra. Hal itu membuat dirinya semakin tidak ingin menjelaskan kebenarannya pada gadis itu.

Setibanya di stasiun, Raka menghentikan mobilnya di depan pintu masuk.

Citra merasa lega ketika sadar sudah sampai, artinya ia tidak perlu berlama-lama menahan rasa canggung di dalam mobil dengan Raka, apa lagi dirinya telah salah berbicara. Padahal jelas-jelas dirinya juga yang membuat perjanjian untuk tidak mencampuri urusan masing-masing.

“Terima kasih, Mas. Hati-hati di jalan,” ucap Citra sebelum menutup pintu mobil dan berlalu masuk ke dalam stasiun.

*

Setelah jadwal bimbingan skripsinya telah selesai, Citra bergegas berangkat ke kafe tempatnya bekerja part time sebagai pelayan di sana. Sejak dulu Citra selalu merasa tertarik untuk menjadi seorang baker, sehingga diam-diam dia selalu belajar di tempat kerjanya.

Begitu sampai, kafe sudah terlihat cukup ramai. Citra segera menggunakan atribut seragamnya dan diminta untuk mengantarkan pesanan ke salah satu meja di pojok kafe.

“Silahkan, ini pesanan And–” ucapan Citra terpotong begitu matanya bertatapan dengan pelanggan yang duduk di meja, yang berbalik menatapnya dengan tatapan merendahkan.

“Wah, ternyata kamu masih bekerja di sini, ya?” ejek Nadya dengan nada meremehkan. “Menyedihkan sekali, sudah menikah dengan cucu buangan, tidak ada bulan madu, kini malah masih harus bekerja untuk membiayai hidupmu sendiri.”

Citra mencoba untuk tetap tenang, meskipun hati kecilnya merasa terganggu dengan ejekan itu. “Aku suka bekerja di sini. Lagipula, tidak ada yang salah dengan bekerja keras.”

Kafe tempatnya bekerja memang cukup dekat dengan perusahaan milik Kakek Bramantyo, hanya saja biasanya Nadya tidak pernah mau datang ke sini. Sepertinya tujuan Nadya datang saat ini, hanya kembali untuk mengejek dirinya.

Nadya melanjutkan dengan senyum mengejek, “Benar, kamu harus bekerja keras. Bagaimanapun suamimu mana mungkin bisa membiayaimu.”

Nadya menunjukan cincin yang ada di jari manisnya, sebelum lanjut berkata, “Lihat ini, Arga yang membelikannya untukku, bahkan kami sudah berencana setelah menikah nanti akan bulan madu ke Eropa dan aku tidak akan bekerja lagi. Hanya perlu mengurusi suami di rumah dan bersenang-senang.”

Citra menahan diri untuk tidak terbawa suasana. Ia tahu bahwa Nadya hanya berusaha memanas-manasi situasi.

“Aku sibuk, tidak ada waktu untuk meladeni ucapan omong kosongmu.”

Citra kemudian pergi meninggalkan Nadya, yang masih melihat kepergiannya dengan geram, “Lihat saja nanti, aku akan buat kamu tidak bisa bersikap sombong dan berbalik memohon kepadaku!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Awal dari Kebahagiaan

    Awal dari Kebahagiaan"Mama, kapan adik bayinya lahir?" suara Aidan terdengar riang di ruang keluarga.Citra tersenyum, mengelus perutnya yang sudah besar. "Sebentar lagi, Sayang. Mungkin beberapa minggu lagi."Aidan mengangguk, lalu menoleh ke Raka yang sedang menyiapkan makanan ringan di dapur. "Papa, kalau adik bayi lahir, aku boleh main sama dia tiap hari?"Raka tertawa kecil, berjalan mendekati putranya. "Tentu saja, tapi kamu harus hati-hati. Adik bayi masih kecil dan butuh banyak istirahat."Citra menatap dua lelaki kesayangannya dengan perasaan penuh syukur. Setelah semua yang mereka lalui—pengkhianatan, konflik keluarga, ancaman, bahkan kehilangan—akhirnya mereka bisa sampai di titik ini. Kehidupan mereka kini jauh lebih damai.Pernikahan Sederhana NadyaDi tempat lain, Nadya berdiri di depan cermin, mengenakan kebaya putih sederhana. Matanya berbinar, campuran gugup dan bahagia."Kamu cantik sekali, Nadya," puji Citra yang berdiri di belakangnya.Nadya tersenyum malu. "Kak,

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 128 . Awal Baru

    Bab 128: Awal Baru"Nadya, aku di sini," ujar Raka lembut sambil menepuk pundak adik iparnya. Suaranya tenang, namun penuh kekhawatiran.Nadya duduk di kursi belakang mobil dengan tubuh gemetar. Ia memandang Raka dengan mata yang basah. "Terima kasih, Raka... kalau bukan karena kamu, aku mungkin..." Suaranya terputus oleh isak tangis."Sudah, jangan pikirkan itu lagi," potong Raka. "Yang penting sekarang kamu selamat. Kita akan bawa kamu pulang.""Aku nggak tahu apa aku bisa kembali," kata Nadya pelan. "Semua ini terlalu berat. Aku malu...""Nggak ada yang perlu kamu malu, Nadya," sahut Raka tegas. "Apa yang terjadi ini bukan salahmu. Kamu adalah korban."Di kursi depan, salah satu anggota tim keamanan berbalik. "Pak Raka, kita sebaiknya menuju tempat aman dulu sebelum membawa dia pulang. Gudang tadi mungkin masih diawasi anak buah Fajar."Raka mengangguk. "Benar. Kita ke tempat yang sudah disiapkan. Nadya butuh istirahat.""Aku... aku nggak ingin merepotkan," kata Nadya, suaranya ham

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 127. Misi Penyelamatan

    Bab 127: Misi Penyelamatan"Mas, aku harus ikut," tegas Citra sambil menatap suaminya. Ia berdiri dengan tangan terlipat, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.Raka menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. "Citra, ini bukan ide yang bagus. Tempat itu berbahaya, dan kamu sedang hamil. Aku nggak akan ambil risiko.""Bahaya atau tidak, Nadya tetap keluargaku!" balas Citra dengan nada penuh emosi. "Aku nggak bisa duduk diam di rumah sementara kalian di luar sana mencarinya."Raka mendekat, menggenggam kedua tangan Citra. "Aku mengerti perasaanmu, tapi pikirkan bayi kita. Kamu sendiri bilang dia adalah prioritas utama. Kalau sesuatu terjadi padamu, aku nggak akan pernah bisa memaafkan diriku."Citra menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi Mas ... aku nggak bisa tenang. Aku nggak tahu apa yang akan dilakukan Fajar pada Nadya. Aku takut dia dalam bahaya.""Itulah kenapa aku harus pergi. Bukan kamu," ujar Raka dengan lembut, mencoba menenangkan ist

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 126. Makin Memanas

    "Bu, aku ingin bicara!" suara Citra terdengar lantang dari ruang tamu, memecah keheningan malam itu.Anita, yang tengah duduk santai di sofa sambil menonton televisi, menoleh dengan ekspresi datar. "Oh, kamu akhirnya punya nyali, Citra?" balasnya sinis.Citra melangkah masuk, wajahnya tegang. Raka berdiri di belakangnya, mencoba memberi dukungan meskipun ia tahu ini bukan posisinya untuk ikut campur."Aku nggak tahan lagi dengan semua omonganmu tentang ibuku," Citra langsung memulai, tanpa basa-basi. "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, katakan sekarang, di depanku."Anita menatap Citra dengan tatapan dingin. Ia mematikan televisi dan meletakkan remote di meja. "Baiklah," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu mau tahu kebenaran, kan? Kebenaran yang selalu kamu anggap sebagai kebohongan karena kamu nggak bisa terima kenyataan?""Kebenaran apa? Bahwa kamu yang menghancurkan keluarga kami?" sergah Citra dengan nada tajam.Anita tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Kamu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   125: Perangkap yang Membelenggu

    "Fajar, aku nggak mau ikut campur urusan ini lagi," suara Nadya terdengar putus asa. Ia berdiri di sudut ruangan sempit yang mereka sewa, memeluk tubuhnya sendiri.Fajar, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan tajam, hanya mendengus sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. "Kamu pikir kamu punya pilihan, Nadya?" tanyanya dengan nada dingin.Nadya menggigit bibir, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku cuma mau hidup tenang, Fajar. Aku nggak pernah setuju untuk jadi bagian dari ini."Fajar mendekat, langkahnya pelan tapi penuh tekanan. "Dengar, Nadya. Kamu pikir aku juga mau hidup seperti ini? Kita sama-sama nggak punya pilihan. Uang dari pekerjaan ini yang bikin kita bisa bertahan. Kalau kamu nggak mau ikut, ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu nanti kelaparan."Nadya memalingkan wajahnya. "Aku lebih baik pergi daripada terus terlibat dalam ini.""Pergi ke mana? Ke adikmu, Citra?" tanya Fajar sambil terkekeh. "Kamu pikir dia bisa terima kamu begitu saja setelah semua

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 124: Ancaman yang Mengintai

    "Mas, ini tidak mungkin terjadi... Kenapa ada foto kita di rumah sakit?" Citra memandang ponselnya dengan tangan gemetar.Raka yang sedang duduk di sebelahnya segera menoleh. "Tunjukkan padaku," katanya tegas. Citra menyerahkan ponselnya, dan Raka segera membaca pesan itu.Di layar, sebuah pesan teks anonim berbunyi:"Berhenti mencari, atau kalian akan menyesal."Di bawah pesan itu ada foto Citra dan Raka di depan rumah sakit tadi siang, jelas diambil dari jarak dekat."Sialan," gumam Raka, wajahnya langsung tegang. "Ini bukan ancaman biasa. Seseorang mengikuti kita.""Apa maksudnya berhenti mencari? Apakah ini ada hubungannya dengan Nadya?" tanya Citra, suaranya terdengar cemas.Raka menatapnya tajam. "Tentu saja ini tentang Nadya. Orang yang mengancam kita pasti tahu kita sedang mencoba menemukannya.""Tapi kenapa mereka mengincar kita? Apa salah kita, Mas?" Citra mulai terisak.Raka menarik napas panjang dan meraih tangan Citra. "Dengar, ini bukan salahmu. Kita cuma mencoba membant

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status