Home / Romansa / Suami Penggantiku Ternyata Pewaris / Bab 7. Raka Yang Misterius

Share

Bab 7. Raka Yang Misterius

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-09-10 20:32:31

Citra baru saja memasuki rumah larut malam, mendapati suasana yang sunyi dan lampu ruang tamu yang redup. Hari ini terasa cukup panjang baginya, selain karena suasana kafe yang sibuk, dia juga masih harus meladeni Nadya yang menyebalkan.

Untungnya tak lama setelah itu, Nadya kembali ke perusahaan karena jam makan siang hampir berakhir. Membuat Citra akhirnya bisa kembali fokus bekerja.

Merasa haus karena cukup lama di perjalanan, Citra melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Namun, baru saja ia masuk ke dapur. Matanya langsung bertatapan dengan mata Raka.

“Loh, Mas belum tidur?” Citra mencoba memecah kecanggungan yang ada di antara mereka.

Bukannya menjawab pertanyaan Citra, Raka justru balik bertanya dengan nada tegas, “Kenapa pulang larut malam dan tidak ada kabar sama sekali?”

Citra menelan ludahnya gugup, mengakui bahwa dirinya memang salah karena lupa memberi kabar. Mungkin karena dirinya juga lupa jika sekarang telah memiliki seorang suami. Karena dulu, ayahnya saja bahkan tak peduli, ia mau pulang jam berapa.

“Eumm..maaf, Mas. Aku lupa bilang kalau hari ini kafe tempat kerja paruh waktuku sedang ramai.”

Alis Raka naik, namun masih menatap Citra dalam, “Kerja paruh waktu?”

Citra mengangguk, entah mengapa dirinya merasa sedang disidang oleh Raka dan itu membuatnya merasa gugup.

“Lain kali beri kabar jika akan pulang malam.”

Citra mengangguk lagi.

Raka kemudian bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar.

Citra menghembuskan nafas lega begitu dirinya sendirian di dapur. Ia meminum air dan baru menyadari ada sekotak ayam di meja makan. Melihat dari bungkusannya, sepertinya belum ada yang membukanya.

‘Apa Mas Raka beli ini buat makan malam bersama, tapi akhirnya gak jadi makan karena aku belum pulang?’ Citra mendadak merasa bersalah pada Raka.

Ia pun membuka bungkus ayam itu dan kemudian menghangatkannya. Setelah merapikan di meja makan, Citra menghampiri kamar Raka untuk memanggilnya. Namun, sebelum ia mengetuk pintu, suara Raka terdengar di telinganya.

Raka berbicara dengan suara rendah, namun beberapa kata masih terdengar jelas ditelinga Citra, karena pintu kamar Raka yang tak sepenuhnya tertutup.

“Lakukan penyamaran dan terus ikuti dia. Jangan sampai lepas,” suara Raka kemudian kembali terdengar, “Siksa mereka jika tidak mau mengaku ..."

Citra tiba-tiba merasa tubuhnya menegang. Apa maksud Raka? Siapa yang dia bicarakan?

‘Siksa?’ Suara itu terus bergaung di kepala Citra, membuat pikirannya melayang jauh.

Mungkinkah Raka adalah seorang intelijen yang sedang menyamar? Atau ... jangan-jangan dia justru seorang pembunuh bayaran? Segala kemungkinan muncul di benak Citra, mengingat betapa misteriusnya Raka selama ini. Barang-barang mewah yang ada di rumah mereka, mobil mahal, semua itu mungkin bukan berasal dari kakeknya, tapi dari pekerjaan rahasianya yang gelap.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” Suara Raka kini terdengar jelas di telinga Citra, bahkan dia sudah berdiri di hadapan Citra.

Tidak menduga akan hal itu, Citra sontak terkejut dan mundur beberapa langkah.

“Ah, I-itu, aku sudah menyiapkan makan malam. Sepertinya, Mas juga belum makan,” Citra berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah Raka.

“Kalau begitu, kita makan bersama,” setelah mengatakan itu Raka menuju dapur dengan diikuti oleh Citra.

Di meja makan, Citra berusaha makan seperti biasa, namun Raka merasa ada sesuatu yang aneh pada Citra.

Gadis itu seakan menjaga jarak darinya, dan selalu menundukan kepala saat mata mereka bertatapan. Raka menduga bahwa Citra merasa takut padanya setelah ditegur pulang larut malam tadi. Tetapi, memilih untuk tidak langsung bertanya.

Keduanya makan dengan hening, tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Hingga suara ponsel Raka memecah keheningan.

Raka mengambil ponselnya dari meja dan membaca pesan dengan serius. Rupanya pesan dari Kakek Bramantyo.

‘Bawa Citra ke rumah Kakek besok, ada urusan penting yang perlu kita bahas.’

Citra dapat melihat raut wajah Raka mendadak berubah, seakan sedang berpikir keras.

Raka tidak pernah suka jika diminta hadir ke rumah Kakeknya, sebab itu ia tidak pernah hadir dalam setiap pertemuan keluarga dan selalu berakhir dimarahi. Meski demikian, ia tetap tidak pernah datang, sehingga berakhir dengan sebutan sebagai ‘cucu terbuang.’

Namun, setelah berpikir beberapa saat, Raka akhirnya mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Citra, “Kakek meminta kita datang ke kediamannya besok. Dia bilang ada urusan penting.”

Citra menatap Raka beberapa saat, dan kembali menundukan kepalanya, “Baiklah,” jawabnya dengan suara pelan, kemudian lanjut berkata, “Tapi, aku ada kuliah besok, Mas.”

“Tidak masalah, aku akan menjemputmu, dan kita bisa datang bersama ke rumah Kakek.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Awal dari Kebahagiaan

    Awal dari Kebahagiaan"Mama, kapan adik bayinya lahir?" suara Aidan terdengar riang di ruang keluarga.Citra tersenyum, mengelus perutnya yang sudah besar. "Sebentar lagi, Sayang. Mungkin beberapa minggu lagi."Aidan mengangguk, lalu menoleh ke Raka yang sedang menyiapkan makanan ringan di dapur. "Papa, kalau adik bayi lahir, aku boleh main sama dia tiap hari?"Raka tertawa kecil, berjalan mendekati putranya. "Tentu saja, tapi kamu harus hati-hati. Adik bayi masih kecil dan butuh banyak istirahat."Citra menatap dua lelaki kesayangannya dengan perasaan penuh syukur. Setelah semua yang mereka lalui—pengkhianatan, konflik keluarga, ancaman, bahkan kehilangan—akhirnya mereka bisa sampai di titik ini. Kehidupan mereka kini jauh lebih damai.Pernikahan Sederhana NadyaDi tempat lain, Nadya berdiri di depan cermin, mengenakan kebaya putih sederhana. Matanya berbinar, campuran gugup dan bahagia."Kamu cantik sekali, Nadya," puji Citra yang berdiri di belakangnya.Nadya tersenyum malu. "Kak,

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 128 . Awal Baru

    Bab 128: Awal Baru"Nadya, aku di sini," ujar Raka lembut sambil menepuk pundak adik iparnya. Suaranya tenang, namun penuh kekhawatiran.Nadya duduk di kursi belakang mobil dengan tubuh gemetar. Ia memandang Raka dengan mata yang basah. "Terima kasih, Raka... kalau bukan karena kamu, aku mungkin..." Suaranya terputus oleh isak tangis."Sudah, jangan pikirkan itu lagi," potong Raka. "Yang penting sekarang kamu selamat. Kita akan bawa kamu pulang.""Aku nggak tahu apa aku bisa kembali," kata Nadya pelan. "Semua ini terlalu berat. Aku malu...""Nggak ada yang perlu kamu malu, Nadya," sahut Raka tegas. "Apa yang terjadi ini bukan salahmu. Kamu adalah korban."Di kursi depan, salah satu anggota tim keamanan berbalik. "Pak Raka, kita sebaiknya menuju tempat aman dulu sebelum membawa dia pulang. Gudang tadi mungkin masih diawasi anak buah Fajar."Raka mengangguk. "Benar. Kita ke tempat yang sudah disiapkan. Nadya butuh istirahat.""Aku... aku nggak ingin merepotkan," kata Nadya, suaranya ham

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 127. Misi Penyelamatan

    Bab 127: Misi Penyelamatan"Mas, aku harus ikut," tegas Citra sambil menatap suaminya. Ia berdiri dengan tangan terlipat, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.Raka menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. "Citra, ini bukan ide yang bagus. Tempat itu berbahaya, dan kamu sedang hamil. Aku nggak akan ambil risiko.""Bahaya atau tidak, Nadya tetap keluargaku!" balas Citra dengan nada penuh emosi. "Aku nggak bisa duduk diam di rumah sementara kalian di luar sana mencarinya."Raka mendekat, menggenggam kedua tangan Citra. "Aku mengerti perasaanmu, tapi pikirkan bayi kita. Kamu sendiri bilang dia adalah prioritas utama. Kalau sesuatu terjadi padamu, aku nggak akan pernah bisa memaafkan diriku."Citra menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi Mas ... aku nggak bisa tenang. Aku nggak tahu apa yang akan dilakukan Fajar pada Nadya. Aku takut dia dalam bahaya.""Itulah kenapa aku harus pergi. Bukan kamu," ujar Raka dengan lembut, mencoba menenangkan ist

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 126. Makin Memanas

    "Bu, aku ingin bicara!" suara Citra terdengar lantang dari ruang tamu, memecah keheningan malam itu.Anita, yang tengah duduk santai di sofa sambil menonton televisi, menoleh dengan ekspresi datar. "Oh, kamu akhirnya punya nyali, Citra?" balasnya sinis.Citra melangkah masuk, wajahnya tegang. Raka berdiri di belakangnya, mencoba memberi dukungan meskipun ia tahu ini bukan posisinya untuk ikut campur."Aku nggak tahan lagi dengan semua omonganmu tentang ibuku," Citra langsung memulai, tanpa basa-basi. "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, katakan sekarang, di depanku."Anita menatap Citra dengan tatapan dingin. Ia mematikan televisi dan meletakkan remote di meja. "Baiklah," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu mau tahu kebenaran, kan? Kebenaran yang selalu kamu anggap sebagai kebohongan karena kamu nggak bisa terima kenyataan?""Kebenaran apa? Bahwa kamu yang menghancurkan keluarga kami?" sergah Citra dengan nada tajam.Anita tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Kamu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   125: Perangkap yang Membelenggu

    "Fajar, aku nggak mau ikut campur urusan ini lagi," suara Nadya terdengar putus asa. Ia berdiri di sudut ruangan sempit yang mereka sewa, memeluk tubuhnya sendiri.Fajar, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan tajam, hanya mendengus sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. "Kamu pikir kamu punya pilihan, Nadya?" tanyanya dengan nada dingin.Nadya menggigit bibir, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku cuma mau hidup tenang, Fajar. Aku nggak pernah setuju untuk jadi bagian dari ini."Fajar mendekat, langkahnya pelan tapi penuh tekanan. "Dengar, Nadya. Kamu pikir aku juga mau hidup seperti ini? Kita sama-sama nggak punya pilihan. Uang dari pekerjaan ini yang bikin kita bisa bertahan. Kalau kamu nggak mau ikut, ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu nanti kelaparan."Nadya memalingkan wajahnya. "Aku lebih baik pergi daripada terus terlibat dalam ini.""Pergi ke mana? Ke adikmu, Citra?" tanya Fajar sambil terkekeh. "Kamu pikir dia bisa terima kamu begitu saja setelah semua

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 124: Ancaman yang Mengintai

    "Mas, ini tidak mungkin terjadi... Kenapa ada foto kita di rumah sakit?" Citra memandang ponselnya dengan tangan gemetar.Raka yang sedang duduk di sebelahnya segera menoleh. "Tunjukkan padaku," katanya tegas. Citra menyerahkan ponselnya, dan Raka segera membaca pesan itu.Di layar, sebuah pesan teks anonim berbunyi:"Berhenti mencari, atau kalian akan menyesal."Di bawah pesan itu ada foto Citra dan Raka di depan rumah sakit tadi siang, jelas diambil dari jarak dekat."Sialan," gumam Raka, wajahnya langsung tegang. "Ini bukan ancaman biasa. Seseorang mengikuti kita.""Apa maksudnya berhenti mencari? Apakah ini ada hubungannya dengan Nadya?" tanya Citra, suaranya terdengar cemas.Raka menatapnya tajam. "Tentu saja ini tentang Nadya. Orang yang mengancam kita pasti tahu kita sedang mencoba menemukannya.""Tapi kenapa mereka mengincar kita? Apa salah kita, Mas?" Citra mulai terisak.Raka menarik napas panjang dan meraih tangan Citra. "Dengar, ini bukan salahmu. Kita cuma mencoba membant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status