Share

Suami Penggantiku Ternyata Tuan Muda
Suami Penggantiku Ternyata Tuan Muda
Penulis: Ririichan13

Pembatalan Sepihak

"Apa?! Bagaimana bisa?!"

Tasya terperanjat kaget mendengar ucapan Pak Devan --- calon mertuanya. Bagaimana tidak, pernikahannya akan terselenggara beberapa hari lagi, akan tetapi, pada malam ini mereka membatalkannya secara sepihak.

Dan alasan pembatalan itu, sungguh membuat hati Tasya begitu sakit dan kecewa, karena tenyata, Bagas -- kekasihnya telah menghamili Keysa, yang tak lain adalah sahabat Tasya sendiri.

Pak Devan yang ditemani oleh istrinya itu nampak tertunduk dalam sambil memainkan jari jemarinya karena rasa penyesalan yang berkecamuk.

Brak!

Semua orang pun terperanjat kaget karena gebrakan itu.

"Semudah itu kalian mempermainkan keluarga saya, hah?! Kenapa kalian tega seperti ini?!" sentak Pak Ega --- orangtua Tasya yang tadi menggebrak meja tersebut lalu menunjuk wajah kedua orang yang ada didepannya.

Melihat hal itu, Tasya pun langsung buru-buru mengambil tangan sang Papa dan membelai tangan itu dengan lembut.

"Pah," lirih Tasya pelan sambil membelai tangan itu.

Perasaannya pun hancur dan juga kecewa, namun ia masih bisa mencoba mengontrol emosinya.

"Saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya juga gak menyangka bahwa akan seperti ini jadinya. Tapi, mau bagaimana lagi, Keysa saat ini sedang hamil anak Bagas, jadi gak mungkin juga kita lanjutkan pernikahan ini," ucap Pak Devan dengan penuh penyesalan.

Hening pun kembali melanda ruangan itu. Pak Ega masih berusaha mengontrol emosinya yang nampak sudah mencapai ubun-ubunnya.

"Apa kalian pikir dengan minta maaf masalah ini akan selesai? Tentu saja tidak! Mau ditaruh di mana muka saya, hah?! Apalagi undangan telah tersebar dan rancangan acara sudah di tata rapi!" sentak Pak Ega kembali dan membuat siapa saja yang berada disana nampak diam seribu bahasa.

"Brengsek! Benar-benar brengsek dia! Berani sekali dia mempermainkan perasaan putriku. Tidak ingatkah siapa dia dahulu? Kalau bukan tanpa bantuan putriku, tentu saja dia tak akan bisa sesukses sekarang," ucap Pak Ega kembali dengan kesal dan marah.

Mendengar ucapan Pak Ega yang terakhir, membuat kedua calon mertuanya itu nampak marah dan sedikit kesal.

"Maksud, Bapak apa bilang seperti itu, hah?! Harusnya bapak dan keluarga bapak itu sadar diri, cuma penjual seblak aja belagu!" sentak Bu Dhira merasa tak terima sambil mengepalkan jari jemarinya.

"Memang benar, seperti itu kenyataannya kok. Kalau bukan karena Taysa yang bantuin biaya kuliah Bagas, apa bisa Bagas sesukses dan semapan sekarang? Ibarat kacang lupa pada kulitnya kalian itu," ucap Pak Ega mencoba menahan amarahnya sambil menunjuk wajah kedua calon mertuanya.

Mendengar ucapan itu, Bu Dhira pun kembali terdiam. Pak Ega benar, memang Tasya lah yang dulu membantu Bagas bisa sesukses sekarang.

Namun, jika melihat pekerjaan Tasya saat ini, sungguh Bu Dhira akan merasa malu jika memiliki seorang menantu hanya seorang penjual seblak.

"Halah! Tentu saja bisa, Bagas itu pintar dan juga tampan. Tanpa bantuan Tasya juga harusnya dia bisa sesukses sekarang. Harusnya, kalian itu yang sadar diri. Tasya cuma pedagang seblak pinggiran, sedangkan Keysa seorang manajer perusahaan. Bagas pasti lebih cocok dengan Keysa dibanding kamu, perempuan sampah!" kecam Bu Dhira sambil menunjuk wajah Tasya.

"Ibu bilang saya apa? Sampah? Siapa yang sebenarnya sampah? saya atau anak ibu, hah?!" tanya Tasya tak terima.

Perdebatan sengit antara Bu Dhira dan Tasya pun jadi tak terelakkan lagi. Tasya benar-benar kesal dengan ucapan calon mertuanya yang selalu meremehkannya itu.

Awalnya, Tasya sendiri memang sedikit ragu untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius, namun ucapan Bagas kepadanya yang selalu meyakinkan dirinya, membuat dirinya pun luluh akan hal itu.

Namun malam ini, semua jelas, lagi dan lagi keluarga Bagas pun membuang dirinya.

"Sudah cukup! Kesabaran saya sudah habis dengan kalian berdua. Jika memang pernikahan ini tak bisa diteruskan ya sudah mau bagaimana lagi!" seru Tasya pada akhirnya sambil berurai air mata.

Tasya memilih mengalah meskipun ia terluka. Ia tak ingin kecewa lebih jauh lagi, belum jadi menantunya saja ia sudah direndahkan habis-habisan, tak terbayang sudah bagaimana nanti jika ia benar-benar jadi menantu disana.

"Tapi, Sya, bagaimana ---," ucapan Pak Ega terpotong karena Tasya melambaikan tangannya meminta berhenti.

"Pintu keluar disana, silahkan anda berdua angkat kaki dari rumah saya," ucap Tasya sedikit ketus sambil menunjuk pintu keluar.

Mendengar ucapan Tasya yang sedikit ketus membuat Pak Devan dan Bu Dhira segera bangkit dari duduknya dan hendak melangkah keluar rumah.

Namun, belum sempat keluar, langkahnya tertahan oleh ucapan seseorang yang tiba-tiba saja datang dari arah pintu masuk.

"Tidak! Pernikahan ini tak boleh sampai batal. Jika, memang Bagas tak bisa, saya bersedia menjadi pengganti Bagas!" seru lelaki itu seraya masuk kedalam rumah Tasya.

Sontak, mereka semua pun mengalihkan pandangannya pada lelaki yang berbicara itu.

Seorang lelaki bertubuh tegap nan atletis, dengan gaya rambut under cut, ia pun memiliki wajah yang sedikit tampan dengan hidungnya yang sedikit mancung seperti perosotan anak TK itu, berjalan dengan langkah gagah dan mantap menuju tempat Tasya berdiri.

"Sya," panggil lelaki itu yang kini telah berdiri di hadapan Tasya.

Tasya nampak diam membeku dan menutup mulutnya serta mengerjapkan matanya berkali-kali saat melihat lelaki yang ada di hadapannya itu.

"Ka -- kamu," ucap Tasya tergagap sambil menunjuk wajah lelaki itu.

"Iya, ini aku, Sya," ucap lelaki itu, sambil tersenyum ramah.

Pandangan lelaki itu pun beralih ke arah Pak Devan dan juga Bu Dhira yang masih diam disana lalu berjalan menghampirinya.

"Om, Tante, jika Bagas tak bisa datang, izinkan aku untuk jadi penggantinya. Tolong jadi wali aku untuk melamar Tasya pada malam ini," ucap lelaki itu dengan sedikit tenang.

Mendengar ucapan itu, seketika tubuh Tasya pun sedikit bergetar dan tak lama ia pun kembali terduduk di atas sofanya.

"Ka -- kamu, kan ...,”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status