Share

Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya
Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya
Penulis: Kharamiza

Bab 1

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-12 18:00:23

Aku menghentikan laju motor matic-ku dengan sekali rem halus, menatap lapangan parkir yang ternyata sudah penuh sesak. Mencari-cari tempat kosong hingga aku melihat satu ruang yang cukup luas.

Tanpa pikir panjang, aku mengarah ke sana dan memarkirkan motor di tempat yang menurutku cukup nyaman untuk parkir.

Helm kulepas lalu menyimpannya di spion sambil memperhatikan suasana sekitar.

Tidak lama, deru mesin mobil berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Aku mendengar suara pintu mobil dibuka sedikit kasar, disusul langkah kaki yang makin mendekat.

Begitu menoleh, seorang cowok tinggi sedang berjalan ke arahku dengan wajah merah padam.

“Heh!” bentaknya, “ini tempat parkir gue!”

“Kenapa lo parkir di situ, hah?” tanyanya penuh emosi.

Aku berbalik, menatapnya dengan tenang, sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh gertakannya dan gerak tubuh yang seolah-olah mengisyaratkan kalau ia paling berkuasa di sini.

Aku belum mengatakan apa pun ketika dia yang justru tampak sedikit tersentak begitu melihatku. “Loh? Lo Alina, ‘kan? Alina Permata Putri yang pendiam itu?”

Aku tak melakukan apa-apa, termasuk menanggapi pertanyaannya hingga pria muda itu kembali berbicara.

“Kok lo bisa di sini? Bukannya, kata anak-anak lo udah ....” Dia menatapku penuh selidik, tampak berpikir keras.

Aku hanya tersenyum tipis melihatnya berusaha memahami situasi. Sesaat kemudian, hendak pergi, tetapi dia malah mencegatku.

“Mau ke mana lo?”

“Pasar,” jawabku kesal. “Ya ke kelas, dong. Gue ke sini untuk sekolah. Masa gitu aja masih tanya?”

“Motor lo di tempat parkir mobil gue. Pindahin, gak?”

“Terus kenapa?” jawabku santai, menatapnya dari kepala sampai kaki. “Ini parkiran sekolah, bukan milik Bapak lo, ‘kan? Jadi sebagai siswa di sini, gue bebas parkir di mana aja, dong!”

Rahangnya mengeras mendengar perkataanku. Dia menatap motorku dengan tatapan seolah-olah ingin menendangnya. “Lo gak liat ini?” Dia menunjuk tanda kecil di tembok yang bertuliskan nama ‘Zavier’ membuatku langsung mengerti maksudnya.

Mataku menyipit, berusaha untuk tidak tertawa melihatnya seperti anak kecil. Memangnya dia siapa memakai papan nama untuk di parkiran? Kayak orang penting saja. Kurang kerjaan sekali hidup cowok satu ini.

“Oh, maksudnya lo parkir di sini tiap hari, terus tempat ini otomatis jadi milik lo? Lucu,” jawabku sinis, sambil melipat tangan di depan dada. “Dan, lo pikir gue bakal peduli cuma gara-gara nama lo terpampang di situ?”

Kulihat rahangnya makin mengeras, matanya menatapku dingin dan tajam seolah-olah aku baru saja menghina sesuatu yang suci.

“Heh! Jaga ucapan lo, ya! Lo bukan siswi baru di sini. Harusnya lo tau siapa gue di sekolah ini?” Nada suaranya meninggi. Tangannya ikut terkepal seakan-akan tidak percaya ada orang yang berani bicara seperti itu kepadanya, tetapi aku sama sekali tak takut.

Kali ini, aku benar-benar tertawa kecil dibuatnya. “Gak penting banget gue harus tau lo!”

“Benar-benar gak tau aturan sekolah lo! Lo akan nyesel kalau berani macam-macam sama gue,” geramnya.

Aku menaikkan satu alis, menatapnya dengan tatapan meremehkan. “Aturan lo, mungkin. Bukan aturan sekolah. Gue gak peduli juga ya, mau lo Zavier, kafir, sapi kek, terserah! Kalo lo gak suka motor gue di situ, ya lo aja yang pindah tempat sana.”

Zavier mengerang sebal, terlihat jelas dia menahan diri agar tidak berbuat lebih jauh. Dia menatapku dengan sorot mata paling tajam, tetapi aku tetap tenang. Tidak bakal mundur cuma gara-gara cowok sok penting seperti dia.

“Awas lo ya, Alina! Gue akan bikin perhitungan sama lo!” ancamnya.

Aku mengangkat bahu sebagai respons. “Uuh, takut, tapi ... boong.”

“Cewek sialan!”

Kami saling beradu pandangan sengit beberapa detik sebelum akhirnya aku berbalik, meninggalkan Zavier yang masih berdiri di parkiran, terdiam dengan emosi tertahan.

Hari pertama berada di sekolah ini sudah apes ketemu orang seperti dia. Segala parkiran dipermasalahkan, kayak tidak punya masalah hidup yang lebih penting saja.

Untungnya, aku bisa mengikuti pelajaran dengan tenang meskipun sedikit badmood karena ternyata aku satu kelas dengan si Zavier.

Konyolnya kami malah duduk bersebelahan. Dan, yang lebih konyolnya lagi ternyata dia ketua kelas di IPA 1--di mana itu kelasku juga. Namun, aku berlagak bodo amat walaupun menyadari kalau dia selalu melirikku penuh dendam.

Beberapa orang sesekali juga melihat ke arahku dengan raut bertanya-tanya, ada yang saling berbisik satu sama lain.

Aku menduga kalau mereka semua berpikir sama dengan yang Zavier pikirkan tentangku di parkiran tadi.

Mereka mengira aku Alina, padahal bukan.

Ketika jam istirahat tiba, aku yang akan mencari amunisi perut ke kantin tiba-tiba didekati oleh dua perempuan yang tentunya tidak kukenal namanya, tetapi aku sempat melihat mereka tadi di kelas.

Satunya berkacamata, rambut keriting, dan badannya cukup berisi. Terus, yang satu lagi pakai hijab, kulitnya eksotis, khas Asia banget.

“Alina, ini beneran lo, ‘kan?” Si gendut ini bertanya sambil memutar-mutar tubuhku untuk memastikan kalau aku benar-benar Alina yang dimaksud.

Rada kesal dengan sikapnya yang sok akrab, aku sontak menghempas tangannya dari tubuhku, menatap keduanya dengan sinis. “Gue gak kenal kalian. Gak usah SKSD!”

“Alina, kami sedih lo sebulan ini gak ada kabar dan tiba-tiba ada kabar kalo lo meninggal,” katanya memelas, “tapi kami senang banget kalau ternyata lo masih hidup.”

“Apaan, sih? Gak jelas banget kalian!” Aku berlalu pergi, tetapi mereka masih saja mengikuti.

“Alina, kok, lo berubah?” Wanita berhijab itu ikut bertanya, menatapku tak percaya. “Kami sahabat lo. Lo baik-baik aja, kan?”

Sahabat?

Sontak saja, aku tertawa sinis dalam diam, tak percaya dengan itu semua. Kalau benar Kak Alina punya sahabat di sini, lantas mengapa ada kasus perundungan yang membuatnya sampai meninggal?

Tanpa memedulikan mereka, aku tetap pergi. Namun, Belum juga sampai di kantin, tiba-tiba ponselku berdering.

Begitu melihat layar, aku mengurungkan niat dan berbelok arah ke sudut sekolah yang sepi untuk menjawab telepon.

Suara berat itu bertanya dari seberang. “Ada apa? Gue baru bangun, tapi liat ada telepon dari lo tadi pagi.”

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, memastikan tak ada yang mendengar pembicaraanku. “Oh, itu, gue mau minta tolong ke lo. Bantu selidiki siapa-siapa aja yang pernah terlibat dalam kasus Kak Alina, tanpa terkecuali. Gue akan balas mereka satu-satu!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 100 - Extra Part 2

    POV ZAVIERHari-hari kami sebagai mahasiswa telah dimulai. Untungnya, jam masuknya tidak kepagian seperti jam masuk saat sekolah. Hari Senin di kampus juga tidak ada upacara seperti saat sekolah, jadi kesannya lebih santai.Matahari belum sepenuhnya tinggi saat mobil Jeep milikku melaju pelan menuju Fakultas Teknik untuk mengantar Aluna lebih dulu. Ya, meskipun fakultas kami berbeda, aku selalu menyempatkan diri mengantar jemputnya.“Jangan lupa nanti makan siang, walau sibuk dengan tugas,” kataku sambil mencium keningnya pelan.Dia mengangguk sambil tersenyum, lalu membalas dengan mencium tanganku seperti para istri pada umumnya. Aku suka itu. Maksudku, aku suka apa pun tentangnya. Terkadang, meski aku yang kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tugas-tugasku tak lepas dari campur tangan Aluna. Tangannya cekatan, otaknya cukup pintar, dan ... aku yakin Tuhan memberi keindahan yang lengkap dalam dirinya. Keindahan yang patut untuk aku sy

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 99 - Extra Part 1

    Hari ini, tibalah akhirnya kami pada penghujung status sebagai anak SMA.Tiga tahun penuh drama, tangis, tawa, tugas dadakan di sela-sela masih ingin bermain, telah resmi berakhir. Rasanya absurd kalau mengingat bahwa 2 tahun lalu aku masih berada di sekolah Melbourne. Lalu, pindah ke SMA Pelita Nusantara Indonesia ketika kelas 3 karena diam-diam sibuk menyusun strategi balas dendam.Aku memaksa pulang dan meminta pindah sekolah ke Indonesia karena ingin mencari keadilan, untuk membongkar tabir rahasia di balik kematian saudara kembarku.Namun, siapa sangka ... di tengah luka dan dendam yang memenuhi ruang dalam dada, aku justru menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar balas dendam.Aku bertemu Zavier, pria yang membuat hari pertamaku sekolah di Indonesia sangat menyebalkan, tetapi sekarang justru dengan tidak terduga, dia menjadi suamiku.Meski aku hanya sekolah di sini selama kurang lebih setahun, rasanya seperti seumur hidup. Terlalu

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 98 - END

    Aku melotot, nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar dari mulut Zavier.“Bentar-bentar? Lo—lo pacaran sama Mira … biar dia gak gangguin Kak Alina?” tanyaku pelan, masih setengah syok, seperti melihat film yang penuh dengan plot twist.Zavier mengangguk pelan. “Hm. Gue hanya enggak tega liat dia diperlakukan semena-mena terus. Ya, walaupun gue terbilang ditakuti di sekolah, tetapi gue juga punya hati tidak tegaan, Lun. Gue ngerasa perlu bertanggung jawab melindungi Alina karena dia diperlakukan buruk oleh Mira gara-gara Kakak gue. Gue pikir, kalau gue deketin Mira, dia bakal sibuk ngatur hubungan kami dan lupa buat nyakitin Alina.”Aku terdiam. Mulutku terbuka, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Terlalu syok mendengar fakta itu. Belum sempat berbicara, Zavier kembali melanjutkan, “Lo mungkin berpikir itu rada tidak masuk akal, tetapi begitulah faktanya, Lun. Gue enggak punya kuasa buat nasihatin Kakak gue yang jatuh cinta sama

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 97 - Semena-mena

    Aku langsung melongo. Tiba-tiba pikiranku isinya kotor semua mendengar pertanyaan Maya yang agak gimana gitu? Untungnya, aku bisa menguasai diri dengan cepat. “Panjang apaan?” “Itu, masa depannya Zavier. Dia bilang panjang, tapi yang bisa memastikan kebenaran omongan dia cuma lo, Lun. Toh, cuma lo yang tau.”“Ih, Maya! Pembahasan lo udah ke mana-mana. Itu rahasia rumah tangga tau, tidak boleh diumbar-umbar,” celetuk Larissa. Pesona Mamah Dedeh-nya sudah keluar.“Tuh, dengerin Bu Ustazah ngomong, May,” cicit Lila sambil terkikik geli.“Jadi, waktu kalian mengaku pacaran, itu sudah nikah?” tanya Maya lagi.“Sudah. Kami ngaku pacaran biar bisa deket-deket tanpa ada yang curiga.” Zavier menjawab apa adanya.Namun, belum sempat ia berbicara lagi, aku meralat dengan tegas. “Dia doang yang mau dekat-dekat, gue tidak.”“Dih, gitu banget.” Zavier menjawil pipiku membuat teman-teman kami berteriak heboh. Astaga! Baru be

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 96 - Hot?

    Tiba di rumah, Bunda yang duduk di sofa sambil menangis ditenangkan oleh Ibu mertua beranjak begitu melihatku dan Zavier memasuki rumah. Berlari, memelukku membuatku nyaris ambruk karena terdorong ke belakang. Aku bisa rasakan, pelukannya adalah pelukan takut kehilangan. “Kamu selamat, Nak. Bunda syok banget lihat berita pesawatmu kecelakaan,” ucap Bunda di tengah isakannya. “Aku terlambat kena macet ada kecelakaan waktu ke bandara. Jadi, tidak bisa ikut penerbangan itu, Bunda,” jelasku. Bunda melepas pelukannya. Dengan mata yang masih berkaca-kaca, menangkup wajahku. “Ke depannya, kalau orang tua melarang pergi, kamu harus dengerin, ya. Biar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untung baik, Tuhan masih berpihak padamu sehingga terhindar dari marabahaya.” “Iya, Bunda. Maafkan Aluna.” “Bunda itu sangat takut kehilangan kamu, Nak. Bunda sudah pernah merasakan kehilangan anak, dan sekarang

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 95 - Dasar Mesum!

    Aku sempat tertegun dengan perbuatan Zavier. Namun, detik kemudian, aku sontak mendorong wajahnya dengan telapak tangan.“Ih, jangan genit di sini. Banyak orang,” bisikku cepat.Akan tetapi, bukannya menjauh, dia malah tetap melingkarkan kedua tangan di pinggangku, seolah dunia milik berdua, yang lain cuma ngontrak.“Ayolah, satu icip aja, Sayang,” bisiknya memohon dengan gaya manjanya yang nyebelin itu. “Kan, gue suami lo. Dosa tau nolak suami.”Aku mendecak pelan. “Enggak bisa, Zav-Zav. Ini tempat umum. Lo mau kita dihakimi massa karena dikira pasangan mesum?”Zavier cemberut, tapi tidak melepas pelukannya. “Hm, baiklah! Ke depannya, jangan main pergi lagi, ya,” katanya, kali ini menatapku serius. “Gue enggak suka lo main pergi gitu aja, mana enggak bilang-bilang dulu. Bikin panik. Itu namanya istri enggak sopan sama suami.”Aku menunduk, menyembunyikan senyum melihat raut wajahnya yang tampak sedikit kesal. Meski begitu, aku j

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status