Share

80. Datang Bareng

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2025-12-23 23:44:50

Bibirnya terasa nyeri meski tidak berdarah. Ucapan Hanan mengejutkan hingga tanpa sadar, Alingga menggigit bibir kuat-kuat.

“Apa Paman Julin dengan sopirnya, Mas?” tanya Alingga. Entah apa maksud dia bertanya. Mungkin ingin sopir kembali untuk menjemputnya juga…?

“Iya kayaknya, dia naik mobil di halaman yang dikemudikan orang lain,” ucap Hanan yang sudah bersiap untuk makan. Menatap gadis yang dulu banyak senyum, kini terlihat lebih pendiam meski juga semakin tampak menarik.

Alingga terdiam, tidak berbuat apa-apa. Tetapi terlihat sibuk mengoleskan saus pedas di atas fillet ikan. Sudah tipis teroles pun masih juga terus usaha diratakan lagi.

“Kamu tidak mengambil nasi?” tanya Hanan lembut dan nadanya perlahan. .

Memperhatikan piring Alingga yang belum diisi apa-apa selain ikan bersaus saja. Juga merasa sikap calon istri tidak seperti dulu yang perhatian dan sigap. Kini membiarkan Hanan mengambil apapun sendiri ke piringnya.

“Aku ambilkan nasi ya, Ling. Kamu jangan sam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   82. Istri tak Bermakna

    Alingga sempat pening saat kembali memilih baju mana yang aman. Kali ini bukan saja duduk bersebelahan seperti di meja makan bersama Hanan, tetapi jalan-jalan yang banyak gerak dan pasti tak luput dari kelalaian. Alingga ingin memastikan baju yang dipakai terjamin aman dan nyaman. “Kamu cantik sekali, Ling.” Tatapan Bu Riana takjub memandang putrinya yang terlihat tidak hanya cantik, tetapi juga anggun. “Gerah….” Alingga merespon singkat dengan ekspresi tertekan. Terpaksa menuruti ide ibunya untuk berkerudung pashmina dan hasilnya memang tampak menakjubkan. “Coba kamu pakai make up, pasti makin cantik.” Bu Riana tidak menanggapi keluhan anak gadisnya. Dia menatap wajah Alingga seolah tidak puas. “Assalamu'alaikum!” Alingga pun juga tidak ingin merespon pujian ibunya. Dia segera berlalu meski wanita itu belum sempat membalas salamnya. Hanan yang sudah menunggu di teras tidak bisa berkata-kata saat Alingga muncul. Seperti melihat gadis asing yang berdiri di hadapannya den

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   81. Tidak Gadis?

    Tidak terasa makan pagi mereka habis dalam satu jam sambil mengobrol. Pertanyaan Hanan pada Alingga semasa mereka tidak berjumpa adalah hal yang paling banyak dibahas. Hingga obrolan berakhir dengan ajakan Alingga untuk jalan-jalan di sekitar taman kota. Namun, Hanan terpaksa menolaknya. Dia beralasan masih ada urusan lanjutan dengan teman yang sedang syukuran tadi malam. Menolak keinginan Alingga untuk berkeliling di Kota Tanjung Pinang pagi ini. Tetapi, memberi janji akan datang sore hari dan membawa Alingga ke pantai guna melihat sunset lagi saat petang. Meski sedikit kecewa, demi menjaga hati, maka diiyakan saja ajakan Hanan. “Pukul empat kujemput. Dandan yang cantik.” Hanan berpesan sebelum masuk mobil. Mengamati seksama wajah Alinga yang tampak mempesona. “Siap, Mas. Tapi habis ke pantai ke mana lagi? Masak lihat sunset saja? Kemarin aku sudah kesana…,” protes Alingga. Nada bicaranya terdengar manja. Hubungannya dengan Hanan memang cukup akrab sejak dulu. Sayangnya, bel

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   80. Datang Bareng

    Bibirnya terasa nyeri meski tidak berdarah. Ucapan Hanan mengejutkan hingga tanpa sadar, Alingga menggigit bibir kuat-kuat. “Apa Paman Julin dengan sopirnya, Mas?” tanya Alingga. Entah apa maksud dia bertanya. Mungkin ingin sopir kembali untuk menjemputnya juga…? “Iya kayaknya, dia naik mobil di halaman yang dikemudikan orang lain,” ucap Hanan yang sudah bersiap untuk makan. Menatap gadis yang dulu banyak senyum, kini terlihat lebih pendiam meski juga semakin tampak menarik. Alingga terdiam, tidak berbuat apa-apa. Tetapi terlihat sibuk mengoleskan saus pedas di atas fillet ikan. Sudah tipis teroles pun masih juga terus usaha diratakan lagi. “Kamu tidak mengambil nasi?” tanya Hanan lembut dan nadanya perlahan. . Memperhatikan piring Alingga yang belum diisi apa-apa selain ikan bersaus saja. Juga merasa sikap calon istri tidak seperti dulu yang perhatian dan sigap. Kini membiarkan Hanan mengambil apapun sendiri ke piringnya. “Aku ambilkan nasi ya, Ling. Kamu jangan sam

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   79. Tidak Pamit

    Tok Tok Tok Kali ini Alingga langsung terjaga. Merasa pening sejenak sebelum menyadari sesuatu. Lelaki yang habis subuh tadi memeluknya, kini tidak ada lagi di sebelahnya. Apa sudah keluar kamar diam-diam? Pukul berapa sekarang? Alingga menyambar ponsel dan mendapati angka 07.50 di ponselnya. Oh, hari sudah siang rupanya! Tok Tok Tok Merasa tidak ada masalah pada baju, pintu kamar segera dihampiri dan dia buka. Wanita yang sempat membuatnya sedih, kesal, dan marah, tetapi kini mulai diterima kembali apa adanya, sedang berdiri di depan kamar. “Ada apa, Buk?” sapa Alingga dan lebih melebarkan lagi pintu kamar. Memasang wajah cerahya pada sang ibunda. Bu Riana tidak langsung menjawab. Tatapannya lama, ragu, seolah mencari kata yang tepat. Alingga ikut gelisah, dadanya menghangat oleh firasat. Keheningan menggantung, sebelum Bu Riana akhirnya sedikit maju dan membuka mulut. "Hanan sudah datang. Dia menunggu di meja makan. Temani makan pagi ya, sekalian kamu juga sarapan.

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   78. Kurang Usaha

    Meski sudah tahu siapa yang mengetuk pintu, rasanya tetap berdebar-debar. Bibir Alingga mengatup rapat, enggan terbuka untuk bersuara. Ada beban yang menggayut di dadanya. Lelaki di depan pintu pun sama, hanya diam menatapnya. Lampu ruang tengah hanya temaram sebab sorot lampu dari dapur saja. Wajah Zoe terlihat samar dengan mata tajam berkilatnya saja yang terukir dalam pandangan Alingga. Tatapan mereka saling mengunci dalam keremangan. “Ini pukul berapa, memangnya ada apa malam-malam mencariku?” tanya Alingga setelah berpikir jika mereka tidak bisa diam terus. . Zoe mengangkat alisnya. “Sekarang... pukul dua belas malam. Ada apa … tidak ada apa-apa tetapi aku hanya ingin menagih janji padamu, Alingga.” Zoe membuka mulutnya dengan mengeluarkan jawaban lirih. Kakinya maju satu langkah. Alingga tidak merespon apapun saat tiba-tiba Zoe mendorongnya ke dalam kamar dan menutup pintu kembali rapat-rapat. Mengikuti setiap gerak geriknya tanpa mampu melayangkan protes. "Apa yan

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   77. Lupa Waktu

    “Kapan dia akan menikahi Alingga?” tanya Zoe dengan nada datar, tetapi matanya tajam mengamati setiap reaksi di wajah Alingga dan Bu Riana. “Katanya sesegera mungkin, Mas. Setelah Lingga resmi dikenalkan pada keluarganya,” jawab Bu Riana sambil melirik putrinya penuh tanya. Alingga menunduk, sepeti sangat berat untuk tersenyum. Alingga memang diam saja, seolah kabar yang dibawa ibunya hal biasa. Padahal itu perkara kejutan yang harusnya direspon dengan ekspresi yang lebih cerah. Perempuan mana tidak bahagia … lelaki yang konon dicintai, sudah lama tidak bertemu, sekali kembali berjumpa langsung izin menikahi pada orang tua. Tetapi anak gadisnya justru terlihat hambar saja. “Ling, kamu tidak gembira?” tanya Bu Riana dengan nada hati-hati. Alingga menggigit bibirnya, menatap wajah ibunya lama. Seolah sedang mencari dan memilih kata yang paling aman untuk diucapkan. “Aku… lega, akhirnya dia menemuimu untuk benar-benar melamarku. Terima kasih restumu, Buk.” Alingga berbicara d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status