Share

Janji

Author: Srirama Adafi
last update Last Updated: 2023-09-20 16:29:10

"Bagus! Tidurlah sampai pagi, Mas!" Salma tersenyum licik melihat Arka terlelap di sampingnya. "Sekali-kali aku juga ingin merasakan tidur dipeluk kamu, Mas. Menghabiskan malam bersama kamu." Salma mengelus pipi Arka dengan jemarinya. Namun, hal itu justru membuat Arka terbangun.

"Oh, Gosh! Adikku pasti udah nunggu di bawah!" Arka setengah berteriak. Ia langsung duduk dan menoleh ke arah Salma.

"Kamu kenapa enggak bangunin aku?" Arka menyalahkan Salma.

Salma yang masih dalam posisi setengah berbaring menatap Arka dengan wajah ditekuk. "Aku juga ketiduran, Mas. Aku capek."

Tanpa bicara lagi, Arka langsung memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai dan memakainya dengan cepat.

"Ambilkan hp-ku!" titah Arka sembari mengancingkan kemejanya.

Salma melilitkan selimut ke tubuhnya yang polos. Di ambilnya ponsel Arka yang ada di nakas. Tanpa kata, Salma menyerahkan ponsel itu pada sang empunya. Namun, karena Arka masih berkutat dengan pakaiannya, lelaki itu meminta Salma untuk menyalakan ponselnya.

Begitu ponsel dinyalakan, tak lama ada panggilan masuk dari Hanan. Namun, Salma reflek mengangkatnya. Kemudian ia panik sendiri. "Mas, ini ada telpon malah udah aku angkat," ucap Salma dengan panik, takut, dan merasa bersalah.

"Kenapa kamu angkat?" bentak Arka dengan suara tertahan. Ia takut kalau Nabila yang menelepon. Bisa panjang urusannya.

Arka menerima ponsel itu dan melihat siapa yang menelepon. Laki-laki itu menghembuskan napas dengan lega. Karena adiknya lah yang menelepon, bukan istrinya.

Sementara Hanan yang mendengar suara perempuan sedang bersama kakaknya, menjadi semakin yakin kalau ada yang tidak beres dengan dengan Arka. Terlebih perempuan itu dengan jelas memanggil Arka dengan panggilan Mas.

Jika kakaknya sedang meeting atau urusan kerja lainnya, tak mungkin ia bersama perempuan yang memanggilnya Mas. Entah itu atasan atau bawahan, mereka pasti akan memanggil Arka dengan sebutan Pak. Kini Hanan paham mengapa sampai Arka berbohong kepada Nabila.

"Aku enggak akan tinggal diam!" gumam Hanan dalam hati.

"Halo, Nan!" Suara Arka terdengar dari ujung ponsel Hanan.

"Kamu dimana, Mas? Aku udah nunggu dari tadi, nih!" ucap Hanan dengan menaikkan nada suaranya.

"Iya, Han. Ini, sebentar lagi aku turun. Tunggu di lobi, ya!"

Tanpa menunggu jawaban Hanan, Arka langsung memutus sambungan teleponnya, kemudian turun ke lobi.

"Jadi sekarang kamu kayak gini, Mas?" tanya Hanan saat mereka sudah di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah Arka.

"Kayak gini gimana, Han?" Arka pura-pura tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan adiknya itu. Padahal dalam hati ia khawatir juga kalau Hanan sampai menceritakan hal itu kepada Nabila.

Hanan tersenyum sinis. "Enggak nyangka aku. Mas Arka yang tadinya sama cewek aja malu. Sampai nikah aja Ibu yang nyariin dan jodohin, ternyata sekarang ...."

Arka bingung hendak menjawab apa. Ia memilih fokus menyetir tanpa menanggapi ucapan adiknya itu.

"Apa Mas Arka enggak kasihan sama Nabila?" desak Hanan karena tidak suka diabaikan oleh kakaknya.

Arka langsung menoleh begitu mendengar nama istrinya disebut. "Han, jangan bawa-bawa Nabila. Dia enggak tahu apa-apa."

"Makanya, Mas. Gimana coba reaksi Nabila kalau sampai tahu Mas Arka sebajingan ini?" Sengaja Hanan menggunakan kata yang kasar agar kakaknya sadar.

"Ya makanya itu, dia jangan sampai tau!" Arka balik membentak adiknya. "Kamu enggak usah ngadu-ngadu sama dia! Enggak usah campuri kehidupan pribadiku!"

"Heh!" Hanan menaikkan sebelah bibirnya. "Kalau kalian bukan keluargaku, aku enggak akan ikut campur. Sayangnya kamu kakakku!"

"Enggak usah macam-macam kamu, Han!" ancam Arka.

"Kebalik! Harusnya aku yang bilang begitu!" Hanan menoleh dan menatap tajam ke arah kakaknya yang sedang menyetir. "Jangan macam-macam kamu, Mas! Karena kalau sampai kamu nyakitin Nabila, aku enggak akan tinggal diam!"

Arka kemudian menurunkan sedikit egonya. Ia tidak mau bersitegang dengan adiknya saat mereka baru bertemu lagi setelah sekian lama. "Ayolah, Han. Kita sama-sama laki-laki. Enggak munafik kalau ada cewek cantik yang deketin. Kamu kalau udah di posisiku, juga pasti bakal kayak aku sekarang."

Hanan mendengkus. "Kamu pikir semua laki-laki kayak kamu, Mas?"

"Kamu cuma belum ngerasain aja ada di posisiku, Han." Arka masih berusaha membela diri. "Coba bayangin aja! Di kantor aku ketemu cewek yang semuanya itu cantik, seksi, dan wangi, Han. Bahkan pakaian mereka begitu menggoda hasrat lelaki. Sementara begitu pulang, apa yang aku lihat?"

Hanan memang terakhir bertemu Nabila sekitar tiga tahun yang lalu. Bahkan saat ini menginjak tahun keempat karena pandemi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini dan juga kesibukannya sebagai fotografer. Jadi, di kepalanya Nabila adalah gadis selalu tampil rapi meski sederhana.

"Kamu udah lama, kan, enggak ketemu Nabila?" tanya Arka lagi.

Hanan mengangguk.

"Kamu lihat sendiri lah nanti. Kayak gimana dia sekarang."

Dua kakak beradik itu akhirnya sama-sama terdiam sampai tiba di rumah Arka.

Nabila yang sejak tadi sangat tidak tenang karena Arka tidak menjawab panggilan teleponnya sama sekali, bergegas keluar rumah begitu terdengar deru mobil memasuki halaman rumahnya. Wanita berusia 30 tahun itu bernapas lega saat melihat Arka turun dari mobil bersama Hanan.

Nabila tersenyum lebar melihat kedatangan suami dan adik iparnya. Ia berdiri di teras rumah menunggu dua laki-laki itu berjalan mendekat.

Sementara Hanan yang baru turun dari mobil tertegun sejenak. Ia mengerti apa yang dimaksud Arka tadi. Sungguh, Hanan sangat tidak menyangka kalau perempuan yang sedang berdiri di teras itu adalah Nabila. Badannya kurus, wajahnya pucat dan kusam. Nabila bahkan mengenakan daster yang warnanya sudah pudar. Bahkan motifnya sudah tidak simetris lagi. Sepertinya daster itu tadinya sobek dan ia jahit berkali-kali.

"Astaga, Nabila! Kenapa penampilanmu beda sekali dengan Mas Arka?" Hanan membatin sembari memandangi Arka yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya. Hanan tahu betul kalau kemeja, celana, dan sepatu yang dikenakan Arka harganya cukup mahal.

"Aku harus tahu apa yang terjadi. Kalau memang Mas Arka yang semena-mena sama Nabila, aku enggak akan tinggal diam! Aku janji, Na, aku akan buat kamu cantik lagi! Kita lihat, gimana Mas Arka nanti!" tekad Hanan dalam hati.

Hanan kemudian menyusul langkah Arka, setelah cukup dekat dengan Arka, ia setengah berbisik, "Mas yakin udah enggak tertarik sama Nabila? Gimana kalau ada pria lain yang suka sama dia?"

Langkah Arka terhenti kemudian menoleh ke arah Hanan. "Ngaco aja kamu! Mana ada yang mau sama perempuan dekil seperti itu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Fakta yang Terungkap

    Pak Handoko dan Bu Wardani langsung membawa Nabila ke rumah sakit. Kondisi Nabila demam tinggi dan tidak sadarkan diri membuat sepasang suami istri itu panik. Beberapa tetangga yang pagi itu kebetulan lewat depan rumah Pak Handoko pun ikut membantu menaikkan Nabila ke mobil. Hingga kabar tentang kondisi Nabila menyebar ke penjuru kampung.Tiba di rumah sakit, Nabila langsung dibawa ke IGD. Serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi Nabila. Beberapa saat setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter menyatakan kalau kondisi Nabila koma."Apa? Koma, Dok? Gimana bisa? Semalam putri saya baik-baik saja?" protes Bu Wardani yang sangat takut mendengar apa yang menimpa Nabila.Begitu juga Pak Handoko. Ia sangat takut putri semata wayangnya kenapa-kenapa. "Betul, Dok. Semalam kami masih makan malam bersama. Masih ngobrol-ngobrol seperti biasa.""Dari hasil pemeriksaan, pasien sepertinya mengalami stress berat, sehingga memicu hipertensi dan kejang arteri koroner. Mungkin kondisi pa

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Malam

    "Tapi, Lis ...." Radit berusaha mencegah Lisa, tetapi Lisa langsung memotongnya."Kenapa? Kamu takut aku ganggu acara kamu sama calon istri kamu itu?" sinis Lisa. "Tenang aja, aku enggak akan ganggu, Dit. Lagian harusnya kamu bilang sama aku dari awal kalau mau bawa Manda sama pacar baru kamu. Manda perlu diberi pengertian. Aku enggak mau dia kebingungan nantinya!""Udah, Mas, enggak apa-apa." Nabila menengahi Radit dan mantan istrinya itu. Karena jika melihat karakter Lisa, Nabila paham kalau mantan istri Radit itu bukan tipe perempuan yang gampang mengalah.Radit menatap Nabila lama. Ia tidak enak pada Nabila. Karena harusnya hari ini ia habiskan waktu bersama Nabila dan Amanda, tetapi Lisa justru merecokinya.Karena tidak mau berdebat di depan Amanda dan Nabila juga menyetujui, akhirnya Radit membiarkan Lisa untuk ikut."Ya udah, ayo, berangkat!" ajak Radit.Radit hendak menuntun Amanda, tetapi Lisa tidak melepaskan tangan putrinya itu. Karena tidak mau menggandeng Amanda bersama-s

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Tidak Bersahabat

    "Terus kamu mau balikan sama dia?" tanya Nabila dengan jantung tergores luka. Nabila memang tidak mencintai Radit, tetapi saat ini mereka telah berkomitmen untuk menikah. Meski bukan pernikahan impian Nabila, tetap saja apa yang dilakukan Radit malam ini membuat Nabila terluka. Terlebih jika Radit memilih kembali kepada mantan istrinya dan membatalkan rencana pernikahan mereka, meski itu yang Nabila harapkan, tetapi tetap saja hal itu akan melukainya. Radit menatap Nabila lama. Cukup lama. Kemudian Radit menggeleng, "Enggak. Aku udah punya kamu." Radit tersenyum hangat. "Aku enggak bisa kembali sama perempuan yang sudah bermain api dengan laki-laki lain."Nabila sudah tahu kisah masa lalu Radit dari orang tuanya. Kabarnya dulu mantan istri Radit ketahuan berselingkuh. Meski hanya berselingkuh di facebook. Katanya mereka hanya chating, tidak sampai bertemu. Sayangnya, riwayat chat pasangan selingkuh itu terbaca oleh Radit dan Radit sangat marah hingga akhirnya menceraikan istrinya.D

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Bayang Masa Lalu

    "Ajak Nabila makan di luar aja, Dit!" titah Pak Handoko terhadap calon menantunya.Dengan senang hati Radit mengajak Nabila. Namun, Nabila menolak karena merasa tidak enak badan dan juga tidak ingin pergi dengan Radit. Ia cuma ingin sendiri, menuliskan semua yang sedang ia rasakan saat ini ke dalam novelnya."Kalau kamu gini terus, bisa-bisa kamu sakit, Na!" kesal Bu Wardani. Ia sebenarnya frustasi menghadapi anak dan suaminya yang sama-sama keras kepala."Nabila baik-baik aja, Bu," ucap Nabila menenangkan sang ibu. "Nabila cuma lagi enggak ingin kemana-mana.""Ya udah kalau gitu. Ayo, Dit, makan bersama!" ajak Pak Handoko.Sembari makan malam, Pak Handoko menanyakan tentang pekerjaan Radit dan segala sesuatu yang terlihat membanggakan agar Nabila semakin tertarik. Namun, karena Nabila tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Radit, semua yang di mata ayahnya tampak begitu membanggakan, di matanya terlihat biasa-biasa saja.Mungkin bagi orang lain, Radit adalah sosok yang sempurna den

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Surat

    "Lancang kamu, Han!" desis Nabila. Meski tadi ia sempat terlena, tetapi mendengar perkataan Hanan, membuat harga dirinya terluka. Nabila merasa dilecehkan."Aku tahu," jawab Hanan dengan tenang. Ia memang sengaja melakukan itu. Karena Hanan tahu, jika ia melakukan hal itu, tentu Nabila akan marah kepadanya. Hanan tidak mau merusak rencana pernikahan Nabila. Apalagi dibanding dengan dirinya, calon suami Nabila jauh lebih segala-galanya."Tapi aku enggak akan minta maaf," lanjut Hanan. "Aku cuma ingin kamu tahu kayak gimana perasaanku sama kamu."Nabila membuang muka. Ia tidak suka dengan sikap Hanan. Baru kali ini ia melihat sikap Hanan yang tidak ia sukai. Padahal sebelumnya Hanan laksana malaikat bagi dirinya."Aku enggak ingin kamu gimana-gimana walaupun sekarang kamu sudah tahu perasaanku. Lanjutkan aja rencana pernikahanmu! Aku enggak akan ganggu kamu." Tanpa berkata-kata lagi, Hanan kemudian pergi dari rumah Shela. Hanan bertekad untuk menghilang dari kehidupan Nabila. Rasanya t

  • Suami Selingkuh, Adik Ipar Ku Rengkuh   Kejelasan

    Hanan menatap Nabila dengan sorot mata terluka. Tumpukan pikiran positif yang sejak tadi ia susun di tengah berbagai prasangka yang menyerang pikirannya, runtuh seketika. Bahu Hanan terkulai lemas, kemudian bibirnya tersenyum getir. "Selamat ya, Na, semoga semuanya dilancarkan."Nabila ingin sekali membantah. Berkata kalau itu semua tidak benar. Namun, sorot mata ayahnya membuatnya menjadi pecundang. Mulutnya terkunci dan matanya berkaca-kaca, sampai akhirnya genangan itu tumpah dan Nabila membuang muka. Ia tidak ingin menjual kesedihannya."Ayo, masuk, Han!" ajak Pak Handoko dengan ramah. "Biar sekalian kenal dan ngobrol sama calon suami Nabila. Radit itu dokter, loh. Kamu bisa tanya-tanya tentang kesehatan sama dia," ucap Pak Handoko dengan bangga. Pak Handoko melakukan itu karena ingin Hanan tidak lagi mendekati Nabila. Meski sebenarnya ia suka pada Hanan, tetapi ia tidak bisa menerimanya karena Hanan adalah adik Arka dan juga anak Pak Danang. Pak Handoko sudah terlanjur kecewa pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status