Share

Bab 7 : Sebuah Lamaran?

Uhuk! Rasanya air minumku mengisi rongga dada hingga membuatku terbatuk-batuk. Maryam membantuku dengan menepuk-nepuk punggung.

"Ust Aisyah baik-baik saja?" tanya Pak Fawwaz.

"Gak apa-apa," jawabku sambil terbatuk.

"Hilma, itu gak sopan!" Ujar lelaki bertubuh tinggi itu kepada putrinya.

Hilma melipat kedua tangannya di dada sambil cemberut.

Makan malam itu berlanjut dengan suasana yang makin canggung. Sesekali kuperhatikan raut wajah Mas Fahim, masih seperti biasa, datar. Tuh kan, dia memang gak peduli!

****

Ponselku berdering tatkala baru selesai dari kamar mandi. Abi? Segera kuangkat telepon darinya.

Lelaki paruh baya itu mengucapkan salam, dengan suara bergetar dia memberitahukan bahwa adik perempuanku yang di pondok mengalami kecelakaan.

Lututku terasa lemas mendengarnya. Rasa trauma atas kehilangan Mas Faqih karena kecelakaan kembali menghantui pikiran.

Aku meminta izin kepada ustadz Irwan untuk pulan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status