Share

Bab.3 Diusir

Author: Ice_Cupse
last update Last Updated: 2025-05-21 22:20:23

“Ini semua gara-gara kamu!” teriak Kahiyang seraya melempar bantal ke arah Benua yang sedang duduk di sofa kamarnya. Pria itu terlonjak kaget dengan Kahiyang yang tengah meluap-luap. Bantal-bantal yang ada di atas kasur dalam sekejap sudah berpindah tempat.

Kahiyang melemparkan barang-barang di kamarnya membabi buta. Benua mencoba menghentikan gadis itu dengan mengunci kedua tangannya. Jarak diantara mereka sangat tipis. Deru napas mereka pun terdengar satu sama lain. Kedua pasang manik hitam itu saling beradu, menimbulkan kecanggungan yang tiada arti.

“Lepasin!” teriak Kahiyang setelah sadar akan tipisnya jarak antara mereka. Benua buru-buru melepaskan cengkraman tangannya seraya meminta maaf atas kelancangannya.

“Kalau bukan gara-gara kamu, pernikahanku nggak akan gagal seperti ini,” gerutu Kahiyang seraya menyugar rambutnya kebelakang merasa frustasi. Kemudian berbalik, berdiri membelakangi Benua.

“Malah nyalahin aku sih!” Tidak terima disalahkan, Benua ikut berteriak membela diri. 

“Ya terus aku harus nyalahin siapa? Kalau kamu nggak tiba-tiba aja ada di kamarku, nggak akan jadi begini!” sahut Kahiyang. Berkacak pinggang di hadapan Benua.

“Kamu pikir aku mau, tetiba di kamarmu? Aku juga masih waras kali nggak sembarangan tidur sama wanita sembarangan. Aku nggak tau apapun, disini aku juga korban,” papar Benua.

“Aku nggak percaya sama kamu! Kamu pasti disuruh Swasti buat gagalin pernikahanku. Kalian sekongkol ‘kan?” tebak Kahiyang. Bukan bermaksud mendramatisir keadaan, namun jika dipikir secara logika sangat tidak mungkin kalau Benua bisa masuk ke dalam rumah tanpa diketahui orang kalau tidak ada orang dalam.

“Aku bahkan dari pagi dikurung di kamar nggak dikasih makan,” gumamnya kemudian. Mengingat kembali kejadian dari kepergoknya mereka hingga menjelang prosesi pernikahan, dirinya dikurung di kamar tamu.

Mereka berdua saling menyalahkan, tentu saja. Bagaimana tidak? Tanpa ada sesuatu yang jelas, mereka berdua terbangun di atas ranjang yang sama dan berbagi selimut. Dan yang sama dari keduanya adalah, baik Kahiyang maupun Benua tidak mengingat apapun yang terjadi.

“Alah! Nggak usah alasan. Dibayar berapa kamu sama Swasti buat fitnah aku begini?” Kahiyang kembali melontarkan tuduhan pada Benua. Yang membuat mata pria itu mendelik tak terima.

Benua berkacak pinggang tak terima. “Dibayar? Kamu pikir aku semiskin itu? Meskipun nggak banyak duit, aku juga ogah kali dibayar buat beginian. Untung nggak, rugi iya. Aku harus nikah sama orang yang nggak aku kenal!” bantah Benua.

“Kamu rugi nikah sama aku?” Mata Kahiyang ikut mendelik mendengar ucapan Benua. Egonya terusik saat pria itu melontarkan kalimat yang cukup menusuk harga dirinya.

Benua melemparkan tubuhnya di atas sofa dan menyandarkan kepalanya seraya mendengus kesal, berdalih jika dirinya tidak melakukan perbuatan itu namun diminta untuk bertanggung jawab. Dia merasa yang paling dirugikan dalam hal ini, hanya karena berada di kamar dan tidak berbusana dia dituduh melakukan tindakan tak senonoh. 

“Jadi kamu mau kita beneran…, wah, gila nih orang!” cetus Kahiyang tidak percaya. Dia mengutuk Benua dengan jari telunjuknya, dengan hastanya yang lain bertengger di pinggang.

Mendapat umpatan dari Kahiyang, Benua hanya diam tak berkomentar. Dia hanya melirik sekilas melalui ekor matanya. “Jangan-jangan kalian lagi, yang jebak aku demi keuntungan pribadi,” tuduh Benua dengan santai seakan tanpa beban.

Alis Kahiyang kembali mengernyit, merasa syok dengan tuduhan Benu. Dia mengambil keuntungan dari orang lain? Kahiyang berani bersumpah jika dirinya tidak pernah melakukan hal itu. Dia adalah orang yang lurus dan punya empati.  

Sebuah pikiran jahat tiba-tiba merayap ke dalam otaknya. Prasangka buruk menyerbu ke dalam hatinya yang tengah diliputi amarah. “Jangan-jangan tujuanmu sebenarnya salah kamar Swasti. Tapi—”

“Sembarangan!” sergah Benua. “Aku bukan orang yang suka memaksakan kehendak. Apalagi nggak ada ikatan. Aku bukan orang yang suka menanam sahamku sama sembarang orang,” lanjut Benua dengan sedikit emosi diakhir kalimat.

Dahi Kahiyang kembali mengerut, tertarik dengan pembicaraan yang awalnya menyebalkan. Kahiyang lalu mendekat dan ikut duduk di sofa dengan tatapan menelisik. “Bukannya kamu pacaran sama Swasti?”

Netra Benua membola. “Pacar Swasti? Aku?” ulang Benua seraya menunjuk dirinya sendiri. Kahiyang mengangguk membenarkan ucapannya. “Pacar darimana? Emang aku sempat tertarik sama dia, tapi dia bilang nggak tertarik pacaran dan mau fokus karir.”

“Tapi kok dia bilang kamu pacarnya? Kamu nggak lagi cuci tangan ‘kan?” tanya Kahiyang memicingkan matanya. Ucapan mereka yang berbeda membuat gadis itu merasa dipermainkan.

“Aku berani sumpah ya. Makanya aku juga bingung, aku udah bilang kalau aku juga korban disini. Aku juga dirugikan dalam hal ini asal kamu tahu!”

Kahiyang terdiam, begitu juga dengan Benua. Keduanya larut dalam pikirannya masing-masing. Mencoba menarik benang merah dari apa yang terjadi.

“Udah aku ikut jadi korban masih dituduh pula,” gerutu Benua.

***

“Bapak manggil aku?” tanya Kahiyang seraya menghampiri sang ayah yang tengah duduk di sofa single ruang tengah. Burhan tengah duduk dengan menopang dagu, seakan tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius. 

Kahiyang tidak datang sendiri, menurut asisten rumah tangganya Kahiyang diminta datang bersama Benua. Suasana rumah sudah cukup sepi. Tidak terlihat sanak kerabat yang berlalu-lalang di rumah, hanya tersisa satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya. Mungkin mereka sudah pulang, pikir Kahiyang.

“Hm, duduklah!” perintah Burhan tanpa menatap keduanya. Kahiyang merasa gelisah dengan apa yang akan dikatakan oleh Burhan. Mengingat sebelumnya, ada sedikit perdebatan antara dirinya dan sang Ibu. Swasti pasti berlebihan dalam menceritakan pada ayahnya agar lebih dramatis. Karena seperti yang dia tahu, Swasti sering melakukannya.

Jika Kahiyang merasa gugup, tapi tidak bagi Benua. Pria itu terlihat biasa saja. Dia bahkan tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Baginya, yang penting dirinya tidak merasa dirugikan.

Senda gurau terdengar dari bilik Swasti yang memang tidak jauh dari ruang keluarga. Membuatnya sedikit tertarik pada apa yang sedang terjadi di dalam. Bahkan suara Mira juga terdengar meski samar. Menurut cerita yang dia dengar dari asisten rumah tangga, Swasti dan Andra tengah mempersiapkan kepergiannya ke Jepang.

‘Itu adalah tempat yang kita pilih untuk bulan madu,’ batin Kahiyang. Dia mengambil napas berat, kemudian tersenyum kecut. Dia yang merencanakan, tapi orang lain yang menikmati jerih payahnya. Rasanya, kebahagiaan yang sudah dia impikan selama ini benar-benar sudah kandas. Kahiyang merasa kasihan pada dirinya sendiri.

“Kalian tahu kenapa Bapak panggil kalian?” tanya Burhan memulai pembicaraan. Keduanya menggelengkan kepalanya secara bersamaan setelah sempat saling bertukar pandangan. Membuat Kahiyang semakin merasa tegang. Hatinya merasa tidak tenang, seakan dia mendapatkan sebuah firasat buruk.

“Seperti yang sudah Bapak katakan sebelumnya. Kalau setelah menikah kalian harus meninggalkan rumah ini—”

“Bapak!” potong Kahiyang ketakutan. “Aku anak Bapak, bukan orang lain,” tolak Kahiyang. Tubuhnya tiba-tiba saja bergetar.

“Bapak mau, besok kalian harus segera berkemas dan meninggalkan rumah ini,” ucap Burhan tanpa ekspresi. Tatapannya lurus dan kosong. Bahkan sedikitpun dia tidak melihat ke arah putri bungsunya. Setelah mengucapkan hal itu, Burhan buru-buru bangkit dan pergi. Dia juga tidak peduli saat Kahiyang memohon dengan berlutut dibawah kakinya. Memohon agar sang ayah tidak menyuruhnya pergi.

“Pergilah sebelum aku menyeretmu keluar.” Burhan menarik kakinya dengan kasar, kemudian pergi meninggalkan Kahiyang.

“Bapak!” Bibir Kahiyang bergetar menahan sesak di dadanya. Pupilnya melebar, menajamkan indra pendengarannya. Benarkah yang baru saja dia dengar? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Tukar Tambah   Bab.7 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    “Kamu benar-benar nggak waras, Swasti. Tega kamu ya? Gimana cara kamu bertanggung jawab nantinya?”“Bertanggung jawab sama siapa?” sergah Swasti. Yang tentu saja jawaban itu membuat kening Kahiyang mengerut. “Dengar ya, Kahiyang Wijaya. Aku nggak perlu bertanggung jawab pada siapapun karena kamu yang mulai. Kamu yang lebih dulu tidur dengan pacarku. Jadi, aku pikir cukup adil aku menggantikanmu menikah dengan Andra. Dan kamu juga menikah dengan Benua.”Alis Kahiyang semakin menukik tajam mendengar penuturan Swasti. Cukup adil katanya? Bukankah dalam hal ini Kahiyang yang paling dirugikan? Pernikahannya hancur, menjadi bahan gunjingan orang dan dia sudah menghabiskan banyak uang tabungannya untuk pernikahan tersebut.“Gimana rasanya tidur dengan pacar kakakmu sendiri. Apa begitu menyenangkan?” cibir Swasti pada Kahiyang.Kahiyang terdiam, tidak merespon ucapan Swasti barang sedikitpun. Tiba-tiba dia teringat, jika Benua pernah bercerita jika hubungannya dengan Swasti hanya sebatas sal

  • Suami Tukar Tambah   Bab.6 Senang Melihatmu Menderita

    “Kalau butuh sesuatu, bisa panggil aku di kamar paling ujung,” pesan seorang wanita paruh baya pada Kahiyang seraya menunjuk salah satu kamar yang berada jauh dari kamarnya. Kamar dengan warna cat yang sama, dengan angka sebagai pembeda. Kahiyang hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian wanita itu pamit meninggalkan Kahiyang masih sibuk memindai kamar yang dia sewa.Kahiyang mengecek setiap jengkal ruangan yang hanya berukuran dua kali dua meter tersebut. Dia cukup teliti untuk memeriksa kamar sewanya, takut jika ada lubang atau sejenisnya yang kadang disalah gunakan oleh orang lain. Karena kamar itu hanya berdinding triplek yang dicat dengan warna putih.“Buat sementara, nggak papa lah sambil cari kontrakan yang nyaman,” gumam Kahiyang sembari meletakkan tasnya. Meskipun ada sedikit kekhawatiran di hatinya. Apalagi kamar mandi berada di luar yang letaknya selisih beberapa kamar dari kamarnya.Karena cukup lelah, kahiyang memutuskan untuk memikirkan hal itu nanti. Dia bisa mandi leb

  • Suami Tukar Tambah   Bab. 5 Jungkir Balik Dunia Kahiyang

    “Makasih ya, kamu udah berdamai dengan dirimu sendiri. Aku harap kedepannya kamu nggak usah lagi ngrepotin Bapak. Kasihan, udah tua bukannya punya anak berbakti. Malah bikin malu keluarga,” oceh Swasti saat Kahiyang baru selangkah keluar dari rumah.Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, serta mengulas senyum penuh kemenangan Swasti mengantar kepergian adik bungsunya.“Apa kamu senang udah menghancurkan hidupku?” tanya Kahiyang. “Sebenarnya aku salah apa sih sama kamu, Swasti? Kok kamu tega sampe fitnah aku sekejam ini?”Kahiyang bersusah payah menahan bulir-bulir yang sudah bergumul di pelupuk matanya. Tidak ingin terlihat lemah dimata saudaranya yang sudah menghancurkan impiannya.Swasti memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Kahiyang membahas perdebatan mereka semalam. Tuduhan yang sudah dibantah olehnya, nyatanya Kahiyang masih saja bersikeras menuduhnya. Membuatnya semakin geram.“Udah-udah. Nggak usah nambah masalah dengan bikin keributan lagi. Kamu itu cuma nambah beban kel

  • Suami Tukar Tambah   Bab.4 Aku Pamit

    “Lihat, inilah kesenjangan di antara kita. Aku sibuk kemas baju buat pergi liburan, tapi lihat wanita menjijikan ini. Dia mengemas pakaiannya karena diusir,” ejek Andra yang disertai dengan tawa pada Kahiyang.Pria itu berdiri diambang pintu kamar Kahiyang, untuk menghinanya setelah mendapat cerita kalau mantan calon istrinya baru saja diusir oleh ayah mertuanya. Keputusan yang cukup membuatnya merasa puas.“Sebenci itu kamu sama aku, Ndra? Sampai kamu nggak ada henti-hentinya hina aku dari tadi. Kamu bahkan nggak mau dengar penjelasanku tapi terus-terusan mengejekku,” dengus Kahiyang pada Andra.“Emang kamu wanita hina, pelacur! Buat apa aku dengerin penjelasanmu? Kamu hanya akan beralasan aja dan nyalahin Swasti,” balas Andra dengan nada sinis. Kahiyang hanya diam saja mendengar hinaan dari pria yang pernah dicintainya sepenuh hidupnya. Jika dulu kalimat pujian manis yang keluar dari mulut pria itu, tidak untuk sekarang. Kata-katanya selalu berisi cibiran dan hinaan yang ditujukan

  • Suami Tukar Tambah   Bab.3 Diusir

    “Ini semua gara-gara kamu!” teriak Kahiyang seraya melempar bantal ke arah Benua yang sedang duduk di sofa kamarnya. Pria itu terlonjak kaget dengan Kahiyang yang tengah meluap-luap. Bantal-bantal yang ada di atas kasur dalam sekejap sudah berpindah tempat.Kahiyang melemparkan barang-barang di kamarnya membabi buta. Benua mencoba menghentikan gadis itu dengan mengunci kedua tangannya. Jarak diantara mereka sangat tipis. Deru napas mereka pun terdengar satu sama lain. Kedua pasang manik hitam itu saling beradu, menimbulkan kecanggungan yang tiada arti.“Lepasin!” teriak Kahiyang setelah sadar akan tipisnya jarak antara mereka. Benua buru-buru melepaskan cengkraman tangannya seraya meminta maaf atas kelancangannya.“Kalau bukan gara-gara kamu, pernikahanku nggak akan gagal seperti ini,” gerutu Kahiyang seraya menyugar rambutnya kebelakang merasa frustasi. Kemudian berbalik, berdiri membelakangi Benua.“Malah nyalahin aku sih!” Tidak terima disalahkan, Benua ikut berteriak membela diri.

  • Suami Tukar Tambah   Bab.2 Tuduhan Menyakitkan

    “Dasar laki-laki nggak modal! Ternyata kamu adalah gelandangan. Dari mana kamu kenal gelandangan ini, Swasti?” hina Andra saat prosesi pernikahan Benua dan Kahiyang akan dilaksanakan.Benua, pria itu beralasan tidak memiliki uang. Sejak dia membuka mata, ponsel beserta dompet miliknya entah pergi kemana. Dia juga tidak bisa menghubungi siapapun.“Ah, dari seorang teman,” jawab Swasti dengan gugup. Yang dibalas oleh Benua dengan kerutan di dahinya. Benua ingin membuka mulutnya membantah ucapan Swasti, tapi tidak memiliki kesempatan karena Andra kembali mengejeknya.Andra dan Swasti sengaja curi waktu untuk menyaksikan prosesi pernikahan Kahiyang dan Benua. Tanpa mereka duga, Benua tidak memiliki apapun yang bisa dijadikan mahar, membuat Andra mengejek Benua dengan sangat puas.Kahiyang tertunduk mendengar hinaan yang diucapkan Andra padanya, setelah menatap kakak perempuannya dengan amarah. Kebaya yang dia impikan menjadi saksi janji suci pernikahannya, nyatanya dipakai oleh orang lain

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status