SUAMI WARISAN
67 – Air Mata Darah
Rengganis yang bugil setengah badan menghampiri Narendra, dia menunduk menatap milik Narendra dengan manik mata semerah darah. Dia berjongkok dan meraih milik Narendra, mengelusnya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya yang hangat.
“Argh!” Narendra merintih ketika dia berada dalam mulut Rengganis yang basah dan hangat. Lidah Rengganis bermain-main dengannya, menikmatinya seperti menikmati es krim, tangannya memegang erat-erat batang Narendra, membuat lelaki itu mengerang dalam.
Narendra menunduk memandang Rengganis yang sedang melakukan fellatio padanya. Sungguh pemandangan yang membangkitkan selera. Dia selalu senang memerhatikan ekspresi yang dibuat Rengganis ketika mereka bercinta. Namun, ekspresi Rengganis terlalu binal baginya.
Ini bukan Rengganis.
Narendra menarik kepala Rengganis hingga terlepas dari miliknya. Dia memberi kode agar Rengganis duduk di pangkuannya
SUAMI WARISAN68 – Kepingan Masa Lalu“Kalian enggak harus ke sini setiap hari ….” Keluh Sarah sambil melirik pada dua orang yang selalu bolak-balik masuk ke kamar rawat inapnya.Sudah tiga hari dia menginap di RS, keadaannya pun membaik, namun dua orang ini bersikukuh mengunjunginya setiap hari.Kamar rawat inapnya sekarang berubah jadi basecamp. Menyebalkan!“Why, kamu enggak suka aku ada di sini?” tanya Mahesa sambil tersenyum tipis, dia menaruh kantung plastik di atas meja, “aku bawa makanan loh.”Sarah mencebik, dia menatapi kukunya yang sudah harus dimanikur lagi, “Aku pikir Raja Iklan ini pastinya sibuk meeting sana-sini, bukannya nongkrong di Rumah Sakit.”Mahesa dan Rengganis yang sedang sibuk mengeluarkan kotak-kotak makanan saling melirik dan menahan senyuman mereka.Sementara Sarah masih menggerutu sebal, “You juga, Rengganis ….
SUAMI WARISAN69 – Menunggu Datangnya Penyesalan“Dia jadi petani di Jawa. Mengelola sawah dan punya sebelas cucu. Anak bungsunya baru saja bertunangan dengan anak Kepala Desa. Dia hidup tenang, layak dan bahagia bersama istri ketiganya. Dua istrinya tinggal di desa sebelah. Dia penganut poligami.”Rengganis melipat kedua tangannya di dada. Wajahnya terlihat serius, sementara Narendra mengepalkan tinjunya.“Sepertinya Tuan Tanuwijaya memberikan sepetak tanah sebagai hadiah ketika dia pensiun dan pulang ke kampung—”“Dia memberikan hadiah pada pemerkosa anaknya? Ha.” Gerutu Narendra yang tidak tahan lagi. Dia berkomentar sinis, manik matanya semakin menggelap.Mahesa menghela napasnya, ini juga terasa berat baginya, “Kita harus gerak cepat. Aku ingin menyelesaikan ini secepatnya. I have to fly out overseas next week.”Narendra melirik Rengganis, bertanya apa arti
SUAMI WARISAN70 – PenyangkalanSelama Narendra berada di desa, Mahesa menggantikan tugasnya menjaga Sarah yang berangsur-angsur membaik.“It’s weird, I don’t feel the urges, Sa.” ujar Sarah ketika Mahesa membantunya untuk turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi.(Ini aneh, aku enggak merasa dorongan itu, Sa.)“What urges?” tanya Mahesa sambil memegangi lengan kurus Sarah.(Dorongan macam apa?)Sarah tidak menyahut, dia berjalan perlahan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu. Di dalam kamar mandi, dia tercenung di depan cermin. Apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir membuatnya tidak habis pikir.Tak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkannya. Sarah menatap pantulan wajahnya di cermin dan terhenyak melihatnya.Dia sampai mendekat ke cermin hingga ujung hidungnya menabrak cermin dingin.Is this really me? pikirnya. Dia menangkup pipi dan
SUAMI WARISAN71 – Mawar dari Neraka“Permisi, paket untuk Pak Joko!”Agung, salah satu anak Pak Joko bergegas membukakan pintu. Seorang petugas ekspedisi berdiri di teras, dia memberi salam pada Agung dan bertanya, “Rumah Pak Joko?”“Iya.”“Ada kiriman paket dari Jakarta untuk Pak Joko.”“Oh, ya.”Petugas itu memberi kode pada temannya yang menunggu di depan rumah. Mereka meurunkan paket dari truk ekspedisi.Agung terbengong-bengong melihat dua orang itu menurunkan papan bunga ucapan, bukan hanya satu tapi lima!“Pak, maaf, ini dari mana? Kok banyak banget?” tanya Agung.“Dari Jakarta, Pak.” balas kurir, “mau ditaruh di mana?”“Oh, sebelah sini saja.” walau masih bingung, Agung terpaksa mengatur penempatan papan ucapan berukuran besar itu.Dalam sekejap, halaman rumah yang
SUAMI WARISAN72 – Karma DatangSelama hidupnya, Joko sudah biasa bergadang. Apalagi jika sedang banyak pikiran, dia bisa kuat tidak tidur dua hari dua malam.Namun, seiring dengan bertambahnya usia, kantuk selalu datang walau dia enggan memejamkan mata.Malam itu semilir angin terasa menggigit tulangnya. Persendiannya sering nyeri setiap bangun di pagi hari, maka Joko segera menutup jendela kamarnya. Tangannya terhenti ketika dia hendak menutup gorden, matanya menyipit ketika tanpa sengaja melihat seseorang di halaman.Sepertinya dia melihat ada bayangan di bawah pohon yang berada di seberang jendelanya. Joko mendekat ke jendela, namun bayangan yang dilihatnya menghilang begitu saja. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah, mata tuanya makin lama makin sering menipu dirinya.Joko mengabaikan perasaan menganggu itu dan menutup gordennya rapat-rapat. Dia berjalan menuju ranjangnya dan rebah di atas tumpukan bantal yang
SUAMI WARISAN73 – Terima KasihMereka tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama di desa yang tidak ingin mereka datangi.Maka, malam itu Sarah, Rengganis dan Narendra kembali bertolak ke Jakarta.Pagi sudah menjelang ketika mereka akhirnya tiba di Jakarta. Sopir mengantarkan Rengganis dan Narendra sampai gang kontrakan Rengganis.“You enggak ada rencana untuk pindah ke apartemen gitu?” tanya Sarah sambil melongok dari jendela Alphard. Dia setengah mencibir melihat pemandangan kawasan sederhana yang ada di depan matanya.Ugh, memalukan sekali. Masa desainer andalan rumah modenya masih tinggal di gang kecil ini?!Anak-anak sekolah bagai semut keluar dari gang, mereka berpencar ke berbagai arah. Siap memulai hari.Rengganis mendengus menahan tawanya, “Belum kebeli, Bos. Mendingan kontrak aja dulu dari pada di apartemen tapi sewa juga.”Sarah bergumam, “You can use my condo
SUAMI WARISAN 74 – Satu Bar Energi “Assalamualaikum, Neng Ganiiisss ….” Sayup-sayup terdengar suara wanita dari balik pintu. Narendra menghidu aroma Rengganis lewat di dekatnya kemudian langkah-langkah kaki menuju pintu. Dia hendak bangun, namun kesadarannya belum pulih benar. Kepalanya masih berkunang-kunang dan tubuhnya lemas. Narendra memilih untuk kembali memejamkan matanya. “Waalaikum salam. Oh, Bu Entun.” Rengganis membuka pintu untuk tetangganya. Bu Entun berdiri di teras rumah bersama dengan seorang perempuan muda, “Neng, ini loh si Nita, anak ibu yang tadi ibu ceritain.” Bu Entun tersenyum bangga sembari memamerkan anak perempuan kesayangannya. Rengganis menyunggingkan senyum sambil mengulurkan tangannya, “Rengganis.” Uluran tangannya disambut oleh Nita. Rengganis menaksir perempuan ini mungkin umurnya delapan belas tahunan. Sore itu Nita memakai hot pants dan blus ngatung hingga kulit perutnya ke
SUAMI WARISAN75 – Kembali“Semua sudah siap, Nyai?” Narendra muncul di ambang pintu kamar Rengganis, dia tersenyum ketika melihat Rengganis sudah siap dengan koper-kopernya yang berat.“Aku enggak tau apa aja yang mesti dibawa, jadi aku bawa aja semuaya.” Rengganis mengusap tetes keringat di keningnya. Pekerjaan memilah dan mengepak barang ternyata tidak mudah.Alis Narendra terangkat, “Bawa semua pakaian?” tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam kamar.Rengganis menggeleng, “Bukan pakaianku. Tapi semua contoh bahan yang aku punya dan yang aku bawa kemarin dari kantor. Dan ternyata satu koper ini isinya sampel kain semua, hahaha...!” dia menunjuk satu koper besar yang ada di lantai, kemudian tertawa, “ini pertama kalinya aku ambil cuti panjang bukan karena terpaksa. Ini pertama kalinya aku bisa ambil cuti tanpa mikirin kerjaan, tapi aku malah bersiap-siap liburan untuk dapa