SUAMI WARISAN
88 – Pamungkas
Bodoh.
Bodoh. Bodoh. Bodoh.
Narendra mengutuki dirinya sendiri karena lengah. Sedangkan Rengganis tersenyum menang. Perempuan itu mendorongnya menjauh dan memakai pakaiannya, menjaga jarak darinya.
“Cukup sampai di sini, Narendra.” ujar Rengganis. Dia menatap lelaki yang duduk di atas ranjang bersamanya dengan tegas, “kita enggak bisa selamanya begini, ya ‘kan?”
“Maksud Nyai?”
“Mahesa ada di sini sekarang. Itu berarti sesuatu bukan?” tanya Rengganis, dia menatap Narendra dan bertanya satu pertanyaan yang membuat Narendra terdiam seribu bahasa, “dia memang jodohku, ‘kan?”
Narendra memalingkan wajahnya. Rahangnya terlihat mengeras.
“Naren,” panggil Rengganis lagi, “perasaanku ini bukan bohongan, ‘kan? Perasaan ini bukan sekadar kagum atau suka saja, benar? Aku pernah bilang padamu
SUAMI WARISAN89 – Menentukan Pilihan“Nyonya, bangun, Nyonya.”Ipah menggoyang-goyangkan badan Rengganis yang baru bisa tidur menjelang subuh. Majikannya itu hanya bergumam pelan namun matanya masih terpejam.“Nyah…” panggil Ipah lagi, matanya melirik ke jendela kamar Rengganis. Di luar, dia bisa melihat dua orang lelaki sedang berdiri berhadapan, di antara mereka ada meja yang biasa Rengganis gunakan untuk bekerja.Mata Ipah memandang dua orang lelaki itu dengan waspada.“Nyonya! Bangun, ih!” akhirnya Ipah jadi panik sendiri, dia menggoyang-goyangkan lengan Rengganis lebih keras.Akhirnya Rengganis membuka matanya dan bergumam pelan, “Hmmmm…. Kenapa, Pah?”“Bangun, Nyah. Udah pada nungguin, tuh.”Rengganis mengucek matanya, “Nungguin? Siapa…?” dia menarik punggungnya dari kehangatan ranjang dan duduk.
SUAMI WARISAN90 – Jangan Jatuh CintaPonsel yang berada di tangan Rengganis tiba-tiba saja menerima sinyal dan berbunyi. Nama yang tertera di layar adalah Sarah.Rengganis buru-buru mengangkat panggilannya.Fiuh, saved by the bell!“Halo?”“Hey, I tau kemarin bilang enggak akan ganggu liburan you, but I need you now, Ganis. Can you come over the office today?”(Bisa kamu datang ke kantor hari ini?)Sarah tidak membuang waktu, dia langsung pada pokok masalah alasannya menelepon Rengganis.“Ada apa?”“It’s …. Urgent.”“Ada apa, Bos?”Terdengar helaan napas panjang kemudian suara Sarah terdengar pelan, dia menangkupkan telapak tangannya di depan speaker HP dan berbisik, “Something came up. And I need to talk to you about that.”(Sesuatu terjadi. Dan aku perlu membicarakannya denganmu.)
SUAMI WARISAN91 – Pesona MahesaPerjalanan pulang ternyata tidak menyeramkan ketika pertama kali dia datang. Berkat Rengganis yang tau jalan, Mahesa tidak tersesat lagi.“Ternyata kalau pulangnya kerasa lebih cepat, ya?” komentar Mahesa ketika akhirnya mobil keluar dari hutan dan kini menyusuri jalan desa yang cukup ramai.Rengganis mengangguk, “Kalau sudah tau jalan lebih cepat sampai.”“Ya, tapi penuh tantangan.” balas Mahesa lagi, mobil bergoyang-goyang melewati jalan berlubang, “lain kali ingatkan aku untuk pakai SUV bukannya sedan.”Rengganis tertawa, “Apa nanti bakal ada lain kali?”Mahesa terkekeh, “Honestly, I like your villa. It’s stunning. Aku jadi kepikiran untuk membangun rumah di tengah hutan. Ngomong-ngomong gimana caranya membangun rumah di sana? Bukannya ini lahan konservasi alam? Ada izin pembangunannya?”Sesunggu
SUAMI WARISAN92 – Ada Cinta“Kamu mau diantar ke mana?”Rengganis menoleh pada Mahesa yang menyetir. Mood lelaki itu terlihat naik level daripada sebelumnya, “Maksud kamu?”“Kamu mau langsung pergi ke kantor atau pulang dulu?”“Pulang?”Mahesa memandangnya seakan tumbuh tanduk di kepala Rengganis, “Sudah jelas kemarin Papa kamu kelihatan khawatir karena anaknya enggak ada kabar. Bukankah sebaiknya kamu pulang dulu ke rumah supaya keluargamu enggak khawatir?”“Oh.” Dia tidak pernah merasa perlu memberi kabar pada keluarganya. Rengganis sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berbulan-bulan sebelumnya, dan mereka tidak pernah keberatan dengan sikapnya itu.“Mau aku antar ke rumah?”“Kamu tau jalannya?”Mahesa tersenyum, “Aku punya ingatan yang bagus.”“Hm, kalau gitu &hellip
SUAMI WARISAN93 – Tambatan HatiTidak seperti biasanya Mahesa datang terlambat ke kantor.Desi, sekretarisnya bergegas menyongsongnya begitu Mahesa muncul di lorong, “Pak!” panggilnya. Perempuan yang sudah bekerja cukup lama dengan Mahesa itu heran melihat senyum lebar dan siulan nyaring dari mulut Bosnya itu.“Pak, Bapak enggak datang ke dua meeting pagi ini; breakfast meeting sama weekly meeting. Jadinya saya bilang—”“Bilang kalau saya ngilang?” tanya Mahesa sambil mengulum senyum. Ada pegas di langkahnya hingga rasanya dia sedang berjalan di atas awan.Desi tergopoh-gopoh mengikuti langkah Mahesa, hampir saja tersandung kakinya sendiri. Dia heran melihat sikap Bosnya yang terlihat riang gembira.Biasanya Mahesa tidak pernah terlambat, dia selalu menepati janji meeting yang sudah diatur oleh Desi, jikapun berhalangan hadir, Mahesa pasti mengabarkannya dan memberikan ala
SUAMI WARISAN94 – Lelaki PertamaBila kau jatuh cinta, katakanlah jangan buat sia-sia~Alunan musik band HIVI! yang diputar di radio seakan jadi theme song malam yang indah bagi Mahesa. Dia duduk di sebelah Rengganis di kursi penumpang mobil Audi yang dikendarai sopirnya. Tangan mereka saling bertautan, tidak terpisahkan semenjak keluar dari restoran.Tangan Rengganis terasa pas dalam genggamannya; lembut, hangat dan membuatnya melambung bahagia.Mahesa, lelaki metropolitan yang jarang menampakkan sisi emosionalnya kini terlihat menebar senyum kemana-mana.Kata orang, senyum mengundang senyum yang lainnya. Maka tidak heran Rengganis juga kelihatan bahagia di sebelahnya.“Pulang ke kontrakan?” tanya Mahesa ketika mobil bergerak meninggalkan pelataran hotel.Rengganis menggeleng, “Tadi sore Mama minta aku pulang ke rumah. Besok Papa ulang tahun, jadi kami mau ngadain acara kecil-kecilan.&rdq
SUAMI WARISAN95 – KasmaranPapa Rengganis sedang ngaso di teras karena di dalam terlalu panas.Ditangannya ada sebuah hihid; sebuah kipas segiempat yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya dipakai untuk mengipasi nasi yang baru saja ditanak atau mengipasi sate yang sedang dibakar. Tapi kali ini, kipas tradisional itu bergoyang-goyang pelan di tangannya.Sepoi-sepoi angin terasa lembut menerpa wajahnya. Siulan pelan terdengar di antara alunan lagu ‘Wind of Change’ favoritnya. Lagu yang diputar dari ponselnya itu menemani Papa menikmati malam di teras depan, sementara istrinya dan Maya asyik nonton sinetron di ruang tengah.Biasanya Rengganis suka duduk menemaninya dengan buku sketsa di tangannya. Walaupun anak gadisnya itu tidak banyak bicara, Papa tetap merasa senang karena ditemani. Sayangnya sudah beberapa tahun, semenjak Rengganis diterima di sebuah rumah mode terkenal, anaknya itu tidak pernah lagi men
SUAMI WARISAN96 – ArkaisSeharusnya dia tidak ceroboh.Narendra tau bahwa dia tidak seharusnya pergi mencari Siluman Air yang mencuri Merah Delima milik Rengganis tanpa persiapan.Namun, dia terbawa emosi hingga tidak berpikir dua kali.Sepeninggal Rengganis yang pulang ke Jakarta, Narendra mengantarkan Ipah ke rumah kerabatnya dengan janji akan menjemputnya jika urusannya sudah selesai.Kemudian dia langsung melompat ke dalam danau dan pergi melewati terowongan waktu, kembali pada masa di mana dia berpapasan dengan Siluman Air sialan itu.Kali ini Narendra memilih untuk mencari di sekitaran hutan dan gunung, dia tidak ingin mengambil risiko dilihat oleh orang-orang yang mengenalinya. Perasaannya mengatakan bahwa Siluman Air tidak mungkin berani masuk ke desa.Siluman itu terlalu pengecut untuk berbaur dengan manusia.Narendra berjalan menyusuri setiap jengkal hutan. Namun tidak ditemukan jejak si Si