Share

Bab 18

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 22:01:29

Perbuatan kami semalam membuat Mas Edgar tertidur pulas di kamarku hingga menjelang pagi.

Pelan-pelan Mas Edgar menuruni kasur tanpa tahu kalau sebenarnya aku sudah bangun. Ku tatap punggungnya yang semakin lama semakin hilang di balik pintu.

Pada saat itulah aku baru tersadar ada sesuatu dalam hatiku yang merekah soal pria itu. Tadi malam aku menyerahkan keperawanan--yang tadinya aku sendiri tidak menyangka. Akhirnya, kami menggenapi hubungan suami-istri seutuhnya.

Setelahnya, aku turun dari ranjang dengan perasaan ngilu di bagian selangkangan. Ku tatap darah keperawanan yang ada di atas sprei lalu berdiri mematung di depan meja rias. Penampilanku begitu berantakan, pipiku memerah dan mataku seperti berkabut.

Sekelebat ingatan soal malam panas tadi malam membuatku meneteskan air mata. Entah apa yang sebenarnya ku rasakan. Mungkin karena menyadari kalau aku telah kehilangan mahkota kesucian yang selama ini ku jaga.

Aku berusaha untuk tidak menyesalinya, hanya mer
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 22

    Suara itu berasal dari seorang wanita yang mengenakan atasan blus hitam dengan hiasan pita warna putih imut yang menjuntai dan celana panjang high waist berwarna putih. Wanita itu terlihat sangat modis, bertubuh tinggi, langsing, kulitnya putih dan tampak bersinar karena mulusnya.Astaga, aku yang merupakan seorang perempuan saja mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu itu. Apalagi seorang pria?Mas Edgar melangkah mendekatinya, lalu mereka cipika-cipiki sejenak. Aku mengerutkan dahi, merasa ada yang janggal dengan sikap Mas Edgar. Biasanya, dia tidak se-ramah itu dengan orang lain meskipun dengan rekan bisnisnya sendiri."Kabarku baik, Naomi," jawab Mas Edgar setelah cipika-cipiki tadi. "Gimana kabarmu dan Tante Felisha?""Kabarku dan Mami baik. Berkatmu, Mami jadi bisa jalan dengan lancar sekarang.""Oh ya? Aku turut senang mendengarnya. Sampaikan salamku nanti pada Tante Felisha," jawab Mas Edgar yang dijawab Naomi dengan anggukan kepala."Duduk dulu,

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 21

    "Mereka semua dari Jakarta?""Sebagian ya, sebagiannya lagi dari anak perusahaan. Ada yang dari Surabaya, Jogja dan juga Bandung. Aku akan memperkenalkanmu pada mereka di acara makan malam itu, Nara."Aku tertegun. Memang saat resepsi tiga bulan yang lalu, aku hanya dikenalkan oleh keluarga, kerabat dan juga rekan kerja Mas Edgar secara sekilas. Wajar saja kalau mereka ingin memperkenalkanku secara pribadi di acara makan malam itu. Sebagai pemilik saham terbesar, Mas Edgar merasa perlu mengenalkanku pada mereka. "Terus apa yang harus aku lakukan, Mas?""Jadi Nyonya rumah yang baik."Hmm... emosiku hampir memuncak saat mendengar ucapan Mas Edgar barusan. Pasti yang dia maksud menjadi Nyonya rumah yang baik itu ada kriteria yang sudah dia tentukan sendiri tanpa perlu berdiskusi denganku."Yang pertama, kamu harus pergi ke butik langganan. Belilah gaun yang modelnya sederhana tapi nampak berkelas," ujarnya lagi.Jadi itukah pandangan Mas Edgar soal jadi Nyo

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 20

    "Masih dikit. Capek ya?" tanyaku sambil menengadahkan kepala, menatap matanya. "Kalau capek, berhenti aja."Mas Edgar mengiyakan. Tubuhnya mulai merenggang, menjauh dari tubuhku sambil berkata, "Baiknya kamu minum obat aja, Nara. Jangan buang-buang obat lagi. Dah sana cepat tidur."Karena tahu dia bermaksud hendak pergi, gegas aku menangkap tangannya dan kugenggam telapak tangannya kuat-kuat."Aku pasti akan sembuh kalau Mas peluk aku sampai pagi," kataku dengan suara manja. "Jangan pergi ya, Mas...""Tapi bukannya kalau ada aku di sini malah ganggu kamu?""Enggak kok. Biasanya kalau aku lagi sakit, Ibu bakalan tidur di sampingku sampai aku tidur," jawabku.Dengan tanpa daya, Mas Edgar mendekatkan kembali tubuhnya ke tubuhku dan mulai memelukku lagi. Pelukannya segera kubalas. Kembali aku menyurukkan kepala ke dalam pelukannya."Mmmh... nyaman," gumamku sambil memejamkan mata. "Selamat tidur, Mas."Kurasakan tubuh Mas Edgar menegang. Mungin belum terb

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 19

    Beberapa hari ini aku mengalami sakit kepala seperti berputar-putar dan juga sulit tidur. Rasa pusingnya sampai membuatku muntah karena mual yang amat sangat. Akhirnya kemarin aku minta diantar Pak Tono ke salah satu rumah sakit untuk periksa dengan dokter spesialis ahli syaraf."Secara umum, saya tidak menemukan kelainan apapun pada Ibu," kata Dokter saraf kemarin sewaktu aku sudah diperiksa. "Tapi kalau memang ingin diperiksa lebih jauh, Ibu bisa periksa ke dokter mata dan dokter THT. Selain itu juga bisa periksa darah di laboratorium. Bagaimana? Kalau setuju akan saya buat surat pengantarnya."Aku setuju. Setelah itu aku langsung memeriksakan diri ke Dokter THT dan juga Dokter mata di rumah sakit yang sama. Hasilnya bagus, begitupun dengan hasil tes darah yang juga sudah keluar hasilnya."Sepertinya Anda terlalu berlebihan dalam memikirkan suatu masalah, entah apapun itu yang mengganggu batin Anda," begitu kesimpulan dokter yang memeriksa.Aku tertegun. Rupan

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 18

    Perbuatan kami semalam membuat Mas Edgar tertidur pulas di kamarku hingga menjelang pagi.Pelan-pelan Mas Edgar menuruni kasur tanpa tahu kalau sebenarnya aku sudah bangun. Ku tatap punggungnya yang semakin lama semakin hilang di balik pintu.Pada saat itulah aku baru tersadar ada sesuatu dalam hatiku yang merekah soal pria itu. Tadi malam aku menyerahkan keperawanan--yang tadinya aku sendiri tidak menyangka. Akhirnya, kami menggenapi hubungan suami-istri seutuhnya.Setelahnya, aku turun dari ranjang dengan perasaan ngilu di bagian selangkangan. Ku tatap darah keperawanan yang ada di atas sprei lalu berdiri mematung di depan meja rias. Penampilanku begitu berantakan, pipiku memerah dan mataku seperti berkabut.Sekelebat ingatan soal malam panas tadi malam membuatku meneteskan air mata. Entah apa yang sebenarnya ku rasakan. Mungkin karena menyadari kalau aku telah kehilangan mahkota kesucian yang selama ini ku jaga.Aku berusaha untuk tidak menyesalinya, hanya mer

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 17

    Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."Sekarang dugaanmu itu lucu, Mas.""Jadi gak benar ya?""Ya enggaklah. Sifatku ini emang gak mau kalah, tapi cuma sekedar buat menunjukkan kalau aku ini juga punya otak yang bisa bekerja."Kali ini giliran Mas Edgar yang tertawa."Kok ketawa?" tanyaku."Gak boleh? Katamu aku bisa ngelakuin apa aja di rumahku sendiri. Mau aku tidur di atas genteng atau tertawa terbahak-bahak, ini kan di rumahku sendiri," jawabnya sambil tertawa. "Jadi aku mau nunggu di sini sampai Daniel masuk ke kamar juga gak akan ada yang melarang, Kan?"Merasa capek berdebat. Aku pun menggeser tubuhku agar Mas Edgar bisa berbaring di sampingku. "Ya udah cepat berbaring sini."Setelahnya, aku mencari remot untuk mematikan lampu utama dan digantikan dengan lampu tidur.Mas Edgar terlihat sudah berbaring di sampingku. Keheningan pun terjadi. Lidahku terasa kelu. Hanya ada suara musik dari ruang tengah yang terdengar."Musik DJ y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status