Share

Bab 20

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-06-02 22:01:12

"Masih dikit. Capek ya?" tanyaku sambil menengadahkan kepala, menatap matanya. "Kalau capek, berhenti aja."

Mas Edgar mengiyakan. Tubuhnya mulai merenggang, menjauh dari tubuhku sambil berkata, "Baiknya kamu minum obat aja, Nara. Jangan buang-buang obat lagi. Dah sana cepat tidur."

Karena tahu dia bermaksud hendak pergi, gegas aku menangkap tangannya dan kugenggam telapak tangannya kuat-kuat.

"Aku pasti akan sembuh kalau Mas peluk aku sampai pagi," kataku dengan suara manja. "Jangan pergi ya, Mas..."

"Tapi bukannya kalau ada aku di sini malah ganggu kamu?"

"Enggak kok. Biasanya kalau aku lagi sakit, Ibu bakalan tidur di sampingku sampai aku tidur," jawabku.

Dengan tanpa daya, Mas Edgar mendekatkan kembali tubuhnya ke tubuhku dan mulai memelukku lagi. Pelukannya segera kubalas. Kembali aku menyurukkan kepala ke dalam pelukannya.

"Mmmh... nyaman," gumamku sambil memejamkan mata. "Selamat tidur, Mas."

Kurasakan tubuh Mas Edgar menegang. Mungin belum terb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 26

    Keesokannya.Aku dan Mas Edgar sarapan dalam diam. Untungnya Daniel sedang ada di luar kota, jadi aku tak perlu akting di depannya. Bahkan aku juga tidak mengantar kepergian Mas Edgar saat berangkat kerja. Aku yakin, dia tidak akan menyukai sikapku yang abai.Tapi apa peduliku? Sikapnya tadi malam benar-benar membuatku semakin sakit hati.Malamnya, aku terkejut melihat Mas Edgar yang sudah masuk ke dalam kamar. "Kok bisa masuk? Kamarnya kan udah aku kunci," tanyaku."Ini kan rumahku. Jadi jangan heran kalau aku punya kunci cadangan." Kali ini sikapnya berbeda. Nampak lembut dan suaranya tenang."Mau apa kesini?""Aku ingin menebus perbuatanku yang kasar kemarin, Nara.""Gak perlu. Aku gak butuh hadiah apapun darimu." Sungguh aku tak ingin hadiah apapun. Sebenarnya yang kuinginkan hanyalah permintaan maaf darinya."Aku gak bawa hadiah apa-apa.""Terus?""Aku cuma mau mijit kepalamu atau badanmu yang sakit karena perbuatanku kemarin."

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 25

    Aku teringat dengan masa kecil, saat Ibu dengan giatnya mengajariku dan ketiga kakak lelakiku untuk memasak. Ibu tidak pernah memandang gender. Baginya, pria ataupun wanita harus bisa memasak karena itu merupakan basic life yang sangat berguna.Selain itu, Ibu berharap dari keempat anaknya ada yang bisa mewarisi restorannya.Dan perjuangan Ibu tidak sia-sia. Keempat anaknya bisa memasak bahkan kakakku yang nomor dua sudah berhasil membuka restoran Solo di Jawa Timur. Mungkin kelak, dia juga yang akan meneruskan restoran Ibu yang ada di Solo."Terus kamu mau masak sendiri untuk acara makan malam nanti?" Terdengar nada skeptis dari Mulut Mas Edgar."Kalau iya, Kenapa?"Kedua tangan Mas Edgar terlipat di depan dada. "Jangan ambil resiko, Nara. Aku gak pernah lihat kamu masak. Jangan sampai buat aku malu di depan tamu-tamuku nanti.""Kamu menghinaku, Mas?" "Faktanya aku gak pernah lihat kamu masak, Nara.""Gimana aku bisa masak kalau di rumah udah ada ya

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 24

    Aku melihat rambutku yang sedang kusisir melalui kaca meja rias. Memang rambutku itu nampak hitam pekat dan berkilauan. Selain selalu kusisir dengan baik, aku juga sering melakukan perawatan rambut di rumah. Mendengar pujian dari Mas Edgar, harusnya sih aku senang. Tapi karena menurutku ada nada perintah di akhir kalimat, aku malah merasa tidak suka.Ini kan rambutku, mau dipanjangin atau digundul itu kan hakku."Emang kenapa kalau di potong?" tanyaku."Aku gak suka aja ngelihat perempuan bersuami punya rambut pendek."Kalau saja dia menjawab karena aku terlihat cantik dengan rambut panjang, mungkin aku akan menuruti ucapannya. Tapi karena jawabannya terkesan kalau istri adalah milik sang suami, membuatku agak tersinggung."Tapi gimana ya... aku baru aja ada rencana buat potong rambut. Soalnya lebih praktis dan gampang buat di sisir," jawabku."Emang seberapa susahnya sih nyisir rambut panjang? Lagian kalau rambutmu panjang kan bisa dibuat macam-macam st

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 23

    Sakit kepala yang kurasakan tiba-tiba kembali datang menyerang. Lagi-lagi Mas Edgar menghendaki sesuatu yang harus aku patuhi entah aku menyukainya atau tidak.Masih mempertimbangkan rasa malu, aku pun terpaksa mengganti gaun dengan gaun pilihan dari Mas Edgar.Gaun yang dipilih oleh Mas Edgar memiliki desain sederhana dengan potongan leher agak terbuka, tapi gaunnya nampak indah menjuntai ke bawah hingga menyentuh mata kaki. Sebenarnya gaun yang dipilihnya tidak jauh berbeda dengan gaun hitam yang kupakai tadi. Hanya gaun itu memiliki lengan panjang dan tidak membuat kedua buah dadaku terlihat menonjol."Warnanya cocok buat kamu," ujar Mas Edgar setelah meneliti gaun yang aku kenakan. Gaun itu berwarna biru tua yang nampak menyatu dengan warna kulitku yang putih. "Tapi kok kayak terlalu sederhana gini ya? Gak ada sesuatu yang istimewa.""Gimana kalau dipadu dengan aksesoris ini?" sahut Naomi sambil memasang sebuah aksesoris seperti bros panjang yang dihiasi dengan b

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 22

    Suara itu berasal dari seorang wanita yang mengenakan atasan blus hitam dengan hiasan pita warna putih imut yang menjuntai dan celana panjang high waist berwarna putih. Wanita itu terlihat sangat modis, bertubuh tinggi, langsing, kulitnya putih dan tampak bersinar karena mulusnya.Astaga, aku yang merupakan seorang perempuan saja mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu itu. Apalagi seorang pria?Mas Edgar melangkah mendekatinya, lalu mereka cipika-cipiki sejenak. Aku mengerutkan dahi, merasa ada yang janggal dengan sikap Mas Edgar. Biasanya, dia tidak se-ramah itu dengan orang lain meskipun dengan rekan bisnisnya sendiri."Kabarku baik, Naomi," jawab Mas Edgar setelah cipika-cipiki tadi. "Gimana kabarmu dan Tante Felisha?""Kabarku dan Mami baik. Berkatmu, Mami jadi bisa jalan dengan lancar sekarang.""Oh ya? Aku turut senang mendengarnya. Sampaikan salamku nanti pada Tante Felisha," jawab Mas Edgar yang dijawab Naomi dengan anggukan kepala."Duduk dulu,

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 21

    "Mereka semua dari Jakarta?""Sebagian ya, sebagiannya lagi dari anak perusahaan. Ada yang dari Surabaya, Jogja dan juga Bandung. Aku akan memperkenalkanmu pada mereka di acara makan malam itu, Nara."Aku tertegun. Memang saat resepsi tiga bulan yang lalu, aku hanya dikenalkan oleh keluarga, kerabat dan juga rekan kerja Mas Edgar secara sekilas. Wajar saja kalau mereka ingin memperkenalkanku secara pribadi di acara makan malam itu. Sebagai pemilik saham terbesar, Mas Edgar merasa perlu mengenalkanku pada mereka. "Terus apa yang harus aku lakukan, Mas?""Jadi Nyonya rumah yang baik."Hmm... emosiku hampir memuncak saat mendengar ucapan Mas Edgar barusan. Pasti yang dia maksud menjadi Nyonya rumah yang baik itu ada kriteria yang sudah dia tentukan sendiri tanpa perlu berdiskusi denganku."Yang pertama, kamu harus pergi ke butik langganan. Belilah gaun yang modelnya sederhana tapi nampak berkelas," ujarnya lagi.Jadi itukah pandangan Mas Edgar soal jadi Nyo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status