Home / Rumah Tangga / Suami Wasiat dari Kakakku / Akhir Penantian Keyra

Share

Akhir Penantian Keyra

last update Last Updated: 2023-05-20 13:25:52

Suara monitor yang begitu panjang, serta garis yang semula bergelombang itu perlahan membentuk garis horizontal yang semakin panjang.

“Kak Key! Bangun, Kak!” teriak Alsya semakin menjadi.

Beberapa orang berseragam biru, dan seorang pria dengan setelan jas putih pun berdesakkan masuk. Memaksa keduanya untuk menjauh.

“Kak Key, Kak,” panggil Alsya menarik lengan kemeja Aiden dengan wajah bersimbah air mata. Berkali-kali ia memanggil sang kakak yang tidak lagi kunjung membuka mata. 

Dunia terasa berhenti saat itu juga. Ketika dokter menyatakan Keyra telah dinyatakan meninggal. 

“Nggak mungkin! Kakak saya pasti cuma tidur atau pingsan aja, Dok,” bantah Alsya mendekati sosok terbaring yang tidak lagi bernyawa itu. Ditangkupnya kedua wajah sang kakak yang kini semakin pucat dan terasa semakin dingin.

“Kak Key, ayo bangun, Kak. Nggak mungkin Kakak langsung pergi setelah dengar jawaban Alsya tadi kan, Kak?” desak Alsya semakin mengguncang tubuh kakaknya.

*** 

Mendung itu terus menggantung. Seolah ikut berduka atas kepergian Keyra Laviana. Seperti dua keluarga yang kini tengah diselimuti kedukaan. Sepanjang hari hanya isak tangis, dan ucapan belasungkawa yang Alsya dengar dari orang-orang terdekat mereka. 

Prosesi pemakaman telah selesai beberapa jam lalu. Sosok gadis berkacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya, mengambil sebuah bingkai foto yang berada di atas lemari. Alsya menatap foto masa kecilnya bersama Keyra. Masih tidak menyangka jika sang kakak telah pergi untuk selamanya.

“Bunda, janji yang Alsya ucap ke kak Key, bisa dibatalin nggak?” tanya Alsya pada Maya yang menjadi sandaran kepalanya.

“Nak, ucapan kakak kamu itu adalah wasiat terakhir. Kamu juga sudah menyanggupinya. Jadi, wajib hukumnya kamu menjalani wasiat itu,” jawab Maya berusaha memberi pengertian pada putrinya.

Alsya bergeming. Meletakkan kembali bingkai foto tersebut di tempatnya.

“Ada apa?” tanya Maya menangkup kedua pipi Alsya.

“Kalau gitu, selepas tujuh hari meninggalnya Kak Key. Alsya siap untuk menikah dengan Kak Aiden.” 

Suara Alsya terdengar begitu datar. Hatinya terasa hampa dan kosong. Tak ada lagi air mata maupun emosi yang mampu ia gambarkan. Jawaban bundanya sudah lebih dari cukup, untuk dia membayangkan hari-harinya kedepan.

Netra Alsya menyapu seluruh penjuru ruangan. Mencari calon suaminya untuk membahas pernikahan. Sayangnya, batang hidung lelaki itu sama sekali tidak kelihatan. Tidak tahu di mana dia menempuhkan kesedihan.

“Tante, Kak Aiden di mana?” tanya Alsya pada Liana—Ibunda Aiden.

“Aiden di rumah dia sendiri, Sya. Ada apa?” 

“Nggak papa, Tan. Alsya pergi keluar sebentar,” pamit Alsya pada Liana.

Ia bergegas mengambil kunci mobil dan pergi menuju garasi. Dengan wajah dan mata yang masih sembab, Alsya memberanikan diri menyetir mobil seorang diri dan menemui calon suami pilihan kakaknya.

“Kak Aiden!” panggil Alsya setelah beberapa kali menekan bel dan mengucap salam. Tetapi lelaki itu tak kunjung muncul.

Tak lama kemudian, terdengar derap langkah seseorang dari dalam dan pintu di hadapan Alsya terbuka.

“Ada apa, Sya?” tanya Aiden dengan suara parau dan mata memerah.

“Alsya mau ngomongin pernikahan kita,” jujur Alsya.

Kedua alis Aiden tertarik ke dalam. Menimbulkan lipatan-lipatan kecil pada dahinya, lalu berdecak pelan. “Kamu bercanda? Kakak kamu baru dikuburkan beberapa jam lalu, dan tanahnya pun masih basah. Kamu mau bahas soal itu? Di mana pikiran kamu, Sya?” cecar Aiden.

Bola mata Alsya berputar. Tidak perlu diperjelas pun ia tahu. “Alsya minta pernikahan kita dilangsungkan setelah tujuh hari pemakaman kak Key. Kita nggak perlu adain apa-apa. Cukup nikah di KUA, dan dihadiri keluarga kita aja sebagai saksi. Alsya cuma mau tepatin janji dan penuhi wasiat kak Key.”

Karena sejatinya Alsya tidak berharap banyak dalam pernikahan mereka. Bayang-bayang pernikahan impian yang ada dalam imajinasinya pun telah pupus dan sirna.

“Bukan gitu. Oke, duduk dulu. Kita bicara baik-baik,” ajak Aiden duduk di kursi yang berada samping mereka.

“Apa nggak terlalu cepat, Sya? Kenapa tiba-tiba gini?” tanya Aiden mencoba untuk mengontrol emosi dan suasana hatinya yang kian memburuk.

Alsya mencengkeram jahitan pinggir gamis hitam yang ia kenakan. Hatinya bagai tersayat sembilu dengan masalah yang tengah ia hadapi.

“Biar sakitnya nggak berlarut-larut, Kak. Bahkan Alsya harus merelakan hati lain yang juga akan ikut terluka setelah pernikahan kita,” aku Alsya.

“Maksud kamu?”

“Sama seperti saat pernikahan kalian, begitu pula yang akan terjadi dalam pernikahan kita,” ungkap Alsya memperjelas alasannya menolak perjodohan mereka di awal.

“Kamu punya pacar?” tanya Aiden.

Kepala Alsya bergerak pelan. “Dia siap untuk melamar Alsya bulan depan. Karena itu Alsya minta pernikahan kita segera dilangsungkan, dan Alsya sendiri yang akan menyelesaikan hubungan Alsya dan dia,” urai Alsya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Bertemu Calon Mertua

    Seorang pria dengan setelan serba hitam, serta topi juga masker berwarna senada, perlahan mengikuti mobil yang Cakra dan Alsya bawa, tanpa sepengetahuan mereka.Seringaian licik terbit di balik masker yang masih menutupi separuh wajahnya. Seolah mendapat kesempatan emas melihat kebersamaan sepasang kekasih itu.“Kita mau dinner di mana?” tanya Alsya dengan wajah berseri, secerah cahaya rembulan malam ini.“Ke restaurant Mediterranea. Mama sama papa minta di sana,” jawab Cakra.Rekahan senyum itu tak memudar, hingga sebuah mobil melaju kencang dari arah belakang, dan mendahului mereka.WUSSH!!Alsya berjingkat, ketika mobil di belakang mereka tiba-tiba melesat secepat kilat di sisi kanan jalan.Cakra menghela napas lega, walau tak kalah terkejutnya dengan Alsya. “Hampir aja kena,” katanya.“Iya. Tuh orang mau balapan apa gimana sih. Jalan umum dipake buat kebut-kebutan,” gerutu Alsya berdecak sebal.Setelahnya, tak lagi dua sejoli itu menjumpai mobil yang melaju kencang seperti orang ba

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Semakin Dipercepat

    CIIIIT!!!Suara decitan yang timbul dari pergesekan antara ban mobil dengan kanvas rem membuat tubuh Alsya terhuyung ke depan.Aksi rem mendadak Aiden cukup membuat gadis itu hampir jantungan. Beruntung di belakang mereka tidak banyak kendaraan, dan laju kemudi pun tidak terlalu kencang.“Kakak gila ya?!” Wajah Alsya merah padam. Kepalanya nyaris membentur dashboard jika saja saat dalam perjalanan tidak memakai seat belt.Aiden yang masih syok dalam keterkejutan mendengar ucapan Alsya, masih membeku. Tiba-tiba kepalanya tertoleh dengan kelopak mata terbuka lebar.“Mau apa ketemu mereka?” Jemari tangan Alsya terkepal sampai buku-buku tangannya memutih.Bukan meminta maaf, pria di hadapannya justru menanyakan hal tidak penting.“Ya silaturahmi lah! Memangnya mau apa lagi kalo ketemu sama orang?” tandas Alsya.Aiden berusaha untuk menenangkan diri dan rileks. Ya, apalagi yang dilakukan Alsya selain silaturahmi? Begitulah pikiran Aiden membenarkan.Menyadari jika reaksinya terlalu berleb

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Syarat Mama Safira

    Angin segar menyeruak memenuhi rongga dada Cakra. Bak kata pepatah, menyelam sambil minum air, dan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Tanpa pikir panjang Cakra langsung menyetujui syarat sang mama.“Oke. Nanti aku kabarin Alsya, untuk atur jadwal kapan bisa ketemunya sama Mama. Tapi kayaknya kapan aja sih bisa,” jawab Cakra dengan hati berbunga-bunga.[“Lusa mama sama papa berangkat sekalian bawa uangnya.”] Bersamaan dengan itu, berakhir pula perbincangan Cakra bersama mamanya.*** Sesuai syarat mama, Cakra pun menemui Alsya hari ini untuk membincangkan hal tersebut.“Tante Safira mau ketemu sama aku?” tanya Alsya menunjuk diri.Masih tidak percaya jika wanita yang selalu sibuk mengikuti kemanapun sang suami pergi, meminta syarat aneh seperti yang Cakra lontarkan.Pria di sisi Alsya mengangguk cepat. Binar di matanya memperlihatkan dengan jelas jika Alsya tidak akan menolak. Karena menurutnya tidak ada alasan untuk tidak memenuhi persyaratan menguntungkan itu.Cakra menyatukan

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Senja Penuh Air Mata

    Mengelilingi kota Jogja, dengan keindahan kota yang begitu memikat mata, Aiden hampir lupa jika sang istri sendirian di apartment terlalu lama.“Yud, gue balik dulu ya. Thanks untuk hari ini. Nanti gue pikirin lagi lokasi strategis awal untuk pembangunannya di mana,” lontar Aiden setelah mengantar temannya kembali ke rumah.Di tengah perjalanan, Aiden berniat untuk menghubungi sang istri. Bertanya apa ada sesuatu yang ingin dititip atau tidak.Sayang, saat menyalakan ponsel, ponselnya lebih dulu kehabisan baterai.“Nanti ajalah, sekalian jalan malam-malam,” ujar Aiden kembali menyimpan ponsel ke dalam saku jasnya.Usai memarkirkan mobil di area basement apartement, langkah besar Aiden mempercepat dirinya sampai di lift. Ia menekan angka 12, lantai di mana unit apartement yang dia tempati berada.Meski lelah, Aiden tetap memasang raut muka berseri, karena ada banyak hal yang akan ia ceritakan pada Alsya nanti.“Assalamualaikum Alsya,” ujar Aiden sambil menutup pintu.Alih-alih mencari

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Paket Kematian

    “Sya, aku akan bertemu dengan temanku hari ini. Jadi, kamu diam di sini dan jangan ke mana-mana. Kalau mau pergi kabarin dulu,” pamit Aiden setelah mereka sarapan bersama.“Beneran ketemu temen? Bukan untuk terlibat sama David lagi kan, Kak?” selidik Alsya.Sejak Alsya jujur tentang David pada Aiden dan Cakra. Perasaan Alsya selalu menjadi tidak tenang, dan sulit percaya pada keduanya.“Iya. Buat apa aku mau ketemu temen kerja aja mau bohong. Memangnya kamu,” sindir Aiden sambil memakai jas dan arlojinya.“Ya kan bisa aja cuma mau buat Alsya tenang jadi Kakak bohong sama aku,” protes Alsya tidak terima dengan sindiran sang suami.Sampai sekarang pun ia tidak mengatakan jika dirinya ketahuan telah memberitahu Aiden dan Cakra, maka hubungannya bersama Aiden akan terungkap.Sebelum pergi, Aiden kembali mendekati istrinya dan berdiri tepat di depan Alsya yang beranjak dari sofa.“Nggak akan ada apa-apa. Aku pastiin dia nggak akan bisa nyakitin kamu di sini,” ujar Aiden merasa jika Alsya m

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Terbongkarnya Rahasia Alsya

    Netra cokelat Alsya membeliak. Jemari tangannya terpekal, meremas baju tidur yang ia kenakan. Diteguknya salivanya dengan kasar, ketika Aiden semakin mendekat ke arahnya.“Jawab, Sya. Kenapa kamu diem aja,” desak Aiden mengguncang pelan pundak Alsya.Refleks gadis itu langsung menghempaskan tangan Aiden dengan kasar, lalu bergerak mundur beberapa langkah.“Memang jatuh di mall. Terus ketendang pas ada orang lewat. Jadinya rusak,” elak Alsya.Aiden lantas tertawa renyah mendengar jawaban istrinya. “Terus kamu nggak marah sama orang itu atau minta ganti rugi?” Alsya menggeleng pelan. “Aku nggak tau pasti orang yang nendang yang mana. Orang tadi mallnya rame,” kilah Alsya lagi.Ia terus meminta maaf dalam hati karena terpaksa berbohong. Terutama berbohong pada imamnya sendiri.‘Aih! Kenapa aku rasanya nyesel banget ya udah bohong. Bohongin perasaan sendiri aja aku bisa, masa ini susah banget,’ gerutu Alsya dalam hati.Di hadapannya, Aiden terus menelisik gerak-gerik Alsya. Masih tidak s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status