Share

Pernikahan Kedua

last update Last Updated: 2023-05-20 13:26:37

“Baik. Seminggu lagi kita akan menikah,” pungkas Aiden menuruti permintaan Alsya.

Bagaimana perjalanan rumah tangga mereka, tidak lagi ia pikirkan. Keduanya hanya ingin menjalankan wasiat terakhir tersebut, tanpa banyak berpikir kedepannya.

Ketika membahas hal tersebut bersama keluarga pun, respon mereka tak jauh berbeda dengan Aiden sebelumnya. Namun, Alsya meminta pada Aiden untuk tidak menyinggung tentang kekasihnya, dan rencana lamaran itu.

“Karena kak Key minta Alsya dan Kak Aiden segera menikah, Bun,” jawab Alsya saat keluarganya merasa pernikahan mereka terlalu cepat.

“Baiklah, karena kalian berdua sudah setuju, dan kalian yang akan menikah. Kami semua tidak dapat berbuat banyak, selain memberi dukungan untuk kalian berdua,” putus Tirta tidak banyak bertanya.

Akhirnya orang tua Alsya dan Aiden pun menuruti keputusan mereka. Sehingga di sela-sela waktu pengajian untuk Keyra, mereka juga menyiapkan beberapa hal penting untuk pernikahan putra dan putri mereka.

*** 

“Saya terima nikah dan kawinnya Alsya Elviana Cantika binti Tirta Firmansyah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,” ucap Aiden dalam satu tarikan napas.

“Bagaimana para saksi? Sah?”

“Sah!”

Bergemurulah hati gadis yang kini memakai kebaya putih itu, ketika dirinya telah sah menjadi istri dari kakak iparnya. 

Darah Alsya terasa berdesir dan mengalir ke atas saat tangan kokoh Aiden memegang ubun-ubun kepalanya, diiringi untaian doa yang terdengar lirih di telinga.

Hatinya berkecamuk. Bahagia itu masih tertutupi rasa sedih yang kian mendalam. Masih terbersit rasa ingin di hati Alsya bila yang menjabat tangan, mengucap ijab kabul, serta membacakan doa lirih itu adalah Cakra. Sayang, semua hanya tetap akan tinggal dalam mimpi dan angan semata.

Sembari berjalannya serangkaian acara mulai dari KUA hingga keduanya memasuki mobil dan kembali ke rumah orang tua Alsya, gadis itu berusaha tetap tegar dan berulang kali menguatkan hatinya yang rapuh.

“Sya, apa kamu bahagia?” tanya Aiden menatap sosok yang selama bertahun-tahun ia anggap sebagai adik, kini telah berubah status sebagai istrinya.

Alsya yang termenung memikirkan nasib hubungannya bersama sang kekasih yang berada di luar kota, tersentak ketika Aiden menyentuh punggung tangannya.

“Kenapa, Kak? Maaf Alsya nggak fokus,” jujur Alsya tidak enak hati.

Alsya semakin gugup setelah mendengar jelas pertanyaan yang Aiden ajukan padanya. Ia mengusap tengkuknya, dengan netra bergerak gelisah.

“Nggak usah tegang gitu. Aku lihat kayaknya kamu nggak terlalu bahagia,” ungkap Aiden memahami suasana hati keduanya.

“Alsya bahagia kok,” sanggah Alsya cepat.

“Tapi sorot mata kamu mengatakan hal lain, Sya. Lagi pula aku sudah tau hati kamu diisi orang lain,” ujar Aiden terlihat tidak mempermasalahkan ketidakrelaan Alsya menikah dengan dirinya.

Akhirnya Alsya tidak lagi berusaha tegar, dan menutupi kesedihannya sejak awal.

“Untuk sekarang Alsya nggak bisa mikir bener-bener, Kak. Tapi, kali ini biarin Alsya selesaiin urusan Alsya sendiri,” pinta Alsya tidak ingin Aiden ikut campur dalam hubungan asmaranya.

“Oke, aku juga nggak akan maksa dan nuntut banyak hal sama kamu,” balas Aiden tidak berniat semakin membebani perempuan di sisinya.

Setibanya di rumah, keduanya terus bersandiwara seolah menerima satu sama lain hingga akhirnya pesta sederhana itu usai tepat sore hari.

“Kalian malam ini nginap dulu ya di kamar Alsya,” pinta Maya pada anak dan menantunya.

“Tapi Bunda.”

“Udah, nggak ada tapi-tapian. Kalian pasti capek. Jadi, lebih baik besok aja kembali ke sana,” bujuk Maya karena Aiden berniat untuk langsung membawa Alsya ke rumah pribadinya.

Alsya dan Aiden bertukar pandang, meminta satu sama lain untuk menyahuti ibunya.

“Kami nggak terlalu capek kok, Bun. Iya kan, Sya?” 

“Iya, Bun. Jadi, kami bisa langsung ke rumah Kak Aiden aja. Lagi pula ada banyak keluarga yang menginap. Kalian boleh pake kamar tidur Alsya,” timpal Alsya menyengir lebar. Berharap bundanya tidak lagi memaksa.

“Eeeh, pengantin baru kok mau langsung pergi gitu aja. Nggak papa lah bermalam di sini dulu. Lagian juga kamu bakal jarang berada di rumah ini, Sya,” serobot Liana merangkul menantu barunya.

Tak ada pilihan lain, selain mengalah dengan dua perempuan yang telah melahirkan mereka. Hingga kini keduanya menaiki anak tangga, dan pergi menuju bilik tidur Alsya.

Bibir Alsya terbuka lebar saat melihat kamar tidurnya telah disulap persis seperti kamar pernikahan pada umumnya.

“Kapan mereka ngedekornya? Bukannya aku nggak minta semua ini,” gumam Alsya memicingkan kedua matanya ke arah Aiden.

“Kenapa?” 

“Kakak ya yang minta kamar Alsya didekor begini?” tuding Alsya menuduh suaminya.

“Ya ampun, Sya. Kamu pikir aku sempet mikir ginian?” Aiden membela diri. Jangankan memikirkan pernikahan, dirinya sendiri pun tidak terurus sejak seminggu kebelakang.

“Oke.” Ekor mata Alsya masih terus mengamati seluruh sisi kamarnya. Tiba-tiba saja kedua bola matanya melotot saat menyadari ada yang hilang dari ruang pribadinya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Bertemu Calon Mertua

    Seorang pria dengan setelan serba hitam, serta topi juga masker berwarna senada, perlahan mengikuti mobil yang Cakra dan Alsya bawa, tanpa sepengetahuan mereka.Seringaian licik terbit di balik masker yang masih menutupi separuh wajahnya. Seolah mendapat kesempatan emas melihat kebersamaan sepasang kekasih itu.“Kita mau dinner di mana?” tanya Alsya dengan wajah berseri, secerah cahaya rembulan malam ini.“Ke restaurant Mediterranea. Mama sama papa minta di sana,” jawab Cakra.Rekahan senyum itu tak memudar, hingga sebuah mobil melaju kencang dari arah belakang, dan mendahului mereka.WUSSH!!Alsya berjingkat, ketika mobil di belakang mereka tiba-tiba melesat secepat kilat di sisi kanan jalan.Cakra menghela napas lega, walau tak kalah terkejutnya dengan Alsya. “Hampir aja kena,” katanya.“Iya. Tuh orang mau balapan apa gimana sih. Jalan umum dipake buat kebut-kebutan,” gerutu Alsya berdecak sebal.Setelahnya, tak lagi dua sejoli itu menjumpai mobil yang melaju kencang seperti orang ba

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Semakin Dipercepat

    CIIIIT!!!Suara decitan yang timbul dari pergesekan antara ban mobil dengan kanvas rem membuat tubuh Alsya terhuyung ke depan.Aksi rem mendadak Aiden cukup membuat gadis itu hampir jantungan. Beruntung di belakang mereka tidak banyak kendaraan, dan laju kemudi pun tidak terlalu kencang.“Kakak gila ya?!” Wajah Alsya merah padam. Kepalanya nyaris membentur dashboard jika saja saat dalam perjalanan tidak memakai seat belt.Aiden yang masih syok dalam keterkejutan mendengar ucapan Alsya, masih membeku. Tiba-tiba kepalanya tertoleh dengan kelopak mata terbuka lebar.“Mau apa ketemu mereka?” Jemari tangan Alsya terkepal sampai buku-buku tangannya memutih.Bukan meminta maaf, pria di hadapannya justru menanyakan hal tidak penting.“Ya silaturahmi lah! Memangnya mau apa lagi kalo ketemu sama orang?” tandas Alsya.Aiden berusaha untuk menenangkan diri dan rileks. Ya, apalagi yang dilakukan Alsya selain silaturahmi? Begitulah pikiran Aiden membenarkan.Menyadari jika reaksinya terlalu berleb

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Syarat Mama Safira

    Angin segar menyeruak memenuhi rongga dada Cakra. Bak kata pepatah, menyelam sambil minum air, dan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Tanpa pikir panjang Cakra langsung menyetujui syarat sang mama.“Oke. Nanti aku kabarin Alsya, untuk atur jadwal kapan bisa ketemunya sama Mama. Tapi kayaknya kapan aja sih bisa,” jawab Cakra dengan hati berbunga-bunga.[“Lusa mama sama papa berangkat sekalian bawa uangnya.”] Bersamaan dengan itu, berakhir pula perbincangan Cakra bersama mamanya.*** Sesuai syarat mama, Cakra pun menemui Alsya hari ini untuk membincangkan hal tersebut.“Tante Safira mau ketemu sama aku?” tanya Alsya menunjuk diri.Masih tidak percaya jika wanita yang selalu sibuk mengikuti kemanapun sang suami pergi, meminta syarat aneh seperti yang Cakra lontarkan.Pria di sisi Alsya mengangguk cepat. Binar di matanya memperlihatkan dengan jelas jika Alsya tidak akan menolak. Karena menurutnya tidak ada alasan untuk tidak memenuhi persyaratan menguntungkan itu.Cakra menyatukan

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Senja Penuh Air Mata

    Mengelilingi kota Jogja, dengan keindahan kota yang begitu memikat mata, Aiden hampir lupa jika sang istri sendirian di apartment terlalu lama.“Yud, gue balik dulu ya. Thanks untuk hari ini. Nanti gue pikirin lagi lokasi strategis awal untuk pembangunannya di mana,” lontar Aiden setelah mengantar temannya kembali ke rumah.Di tengah perjalanan, Aiden berniat untuk menghubungi sang istri. Bertanya apa ada sesuatu yang ingin dititip atau tidak.Sayang, saat menyalakan ponsel, ponselnya lebih dulu kehabisan baterai.“Nanti ajalah, sekalian jalan malam-malam,” ujar Aiden kembali menyimpan ponsel ke dalam saku jasnya.Usai memarkirkan mobil di area basement apartement, langkah besar Aiden mempercepat dirinya sampai di lift. Ia menekan angka 12, lantai di mana unit apartement yang dia tempati berada.Meski lelah, Aiden tetap memasang raut muka berseri, karena ada banyak hal yang akan ia ceritakan pada Alsya nanti.“Assalamualaikum Alsya,” ujar Aiden sambil menutup pintu.Alih-alih mencari

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Paket Kematian

    “Sya, aku akan bertemu dengan temanku hari ini. Jadi, kamu diam di sini dan jangan ke mana-mana. Kalau mau pergi kabarin dulu,” pamit Aiden setelah mereka sarapan bersama.“Beneran ketemu temen? Bukan untuk terlibat sama David lagi kan, Kak?” selidik Alsya.Sejak Alsya jujur tentang David pada Aiden dan Cakra. Perasaan Alsya selalu menjadi tidak tenang, dan sulit percaya pada keduanya.“Iya. Buat apa aku mau ketemu temen kerja aja mau bohong. Memangnya kamu,” sindir Aiden sambil memakai jas dan arlojinya.“Ya kan bisa aja cuma mau buat Alsya tenang jadi Kakak bohong sama aku,” protes Alsya tidak terima dengan sindiran sang suami.Sampai sekarang pun ia tidak mengatakan jika dirinya ketahuan telah memberitahu Aiden dan Cakra, maka hubungannya bersama Aiden akan terungkap.Sebelum pergi, Aiden kembali mendekati istrinya dan berdiri tepat di depan Alsya yang beranjak dari sofa.“Nggak akan ada apa-apa. Aku pastiin dia nggak akan bisa nyakitin kamu di sini,” ujar Aiden merasa jika Alsya m

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Terbongkarnya Rahasia Alsya

    Netra cokelat Alsya membeliak. Jemari tangannya terpekal, meremas baju tidur yang ia kenakan. Diteguknya salivanya dengan kasar, ketika Aiden semakin mendekat ke arahnya.“Jawab, Sya. Kenapa kamu diem aja,” desak Aiden mengguncang pelan pundak Alsya.Refleks gadis itu langsung menghempaskan tangan Aiden dengan kasar, lalu bergerak mundur beberapa langkah.“Memang jatuh di mall. Terus ketendang pas ada orang lewat. Jadinya rusak,” elak Alsya.Aiden lantas tertawa renyah mendengar jawaban istrinya. “Terus kamu nggak marah sama orang itu atau minta ganti rugi?” Alsya menggeleng pelan. “Aku nggak tau pasti orang yang nendang yang mana. Orang tadi mallnya rame,” kilah Alsya lagi.Ia terus meminta maaf dalam hati karena terpaksa berbohong. Terutama berbohong pada imamnya sendiri.‘Aih! Kenapa aku rasanya nyesel banget ya udah bohong. Bohongin perasaan sendiri aja aku bisa, masa ini susah banget,’ gerutu Alsya dalam hati.Di hadapannya, Aiden terus menelisik gerak-gerik Alsya. Masih tidak s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status