Share

Melakukan 'Itu'

last update Last Updated: 2023-05-20 13:28:31

“Kakak pikir dia laki-laki macam apa? Jangan Kakak kira Alsya pacaran sama cowok nggak bener, dan melanggar aturan di luar sana ya, Kak.”

“Satu lagi! Kita nggak akan melakukan ‘itu’ karena Alsya cuma mau serahin kesucian Alsya ke orang yang mencintai dan Alsya cintai juga. Dan orang itu bukan kakak,” beber Alsya kemudian berjalan dengan menghentakkan kakinya ke kamar mandi.

Baru bangun tidur kepalanya sudah dibuat mendidih oleh pertanyaan tidak bermutu dari suaminya.

‘Baru sehari. Gimana kalo seminggu? Sebulan? Setahun? Nggak! Kayaknya pernikahan ini nggak akan bertahan lama,’ erang Alsya sambil mengguyur kepalanya di bawah shower.

Aiden yang melihat istrinya berlalu begitu saja, hanya dapat mengelus dada dan berusaha sabar. Akan tetapi, ada hal yang tetap ia takutkan. Karena dirinya paham bagaimana jalan pikiran sesama pria.

“Iya kalau cinta dia ke kamu memang tulus, Sya. Tapi, lain halnya kalau cinta itu berubah menjadi obsesi. Dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kamu,” gumam Aiden tidak kuasa melihat Alsya yang tengah dibutakan akan cinta.

*** 

Kini pasangan pengantin baru itu tengah duduk di ruang keluarga bersama kedua orang tua mereka.

“Alsya, bunda mau tanya sesuatu sama kamu,” ujar Maya.

Pandangan anak dan ibu itu bertemu. Sorot mata bundanya seolah pedang yang siap menghunus dirinya. Namun, Alsya mencoba untuk tetap santai.

“Tanya apa, Bunda?”

“Kenapa semalam kamu tidur di kamar Keyra? Bunda sudah susah payah lho, minta orang ngedekor kamar kamu secantik mungkin,” oceh Maya.

“Aiden kan tadi sudah bilang sama Bunda, kalau itu semua karena permintaan Aiden sendiri. Aiden yang ingin kami tidur di kamar Keyra. Iya kan, Sya?” Mendelikkan mata saat Alsya hanya diam dan linglung.

Aiden menjepit ujung kaki Alsya dengan kakinya yang berada di bawah meja.

“I—iya, Bunda. Kak Aiden yang minta,” jawab Alsya tersenyum lebar. Tidak tahu apa yang terjadi.

“Di mana hati nurani kamu Aiden? Alsya sudah sah menjadi istri kamu. Tapi, kenapa kamu bawa bayang-bayang Keyra? Hati Alsya pasti terluka, Nak,” keluh Liana kecewa akan sikap Aiden yang tidak dewasa.

“Apa selama ini papa tidak mengajarkan kamu cara menghargai perempuan? Papa tau kamu belum bisa merelakan Keyra begitu saja. Tapi, paling tidak pikirkan perasaan dia sebelum bertindak Aiden,” sambut Ilham tak kalah kecewanya.

Alsya menatap bingung semua orang yang ada di ruang keluarga termasuk suaminya. Hatinya pun tidak tega melihat Aiden yang kini disudutkan oleh kedua orang tuanya.

“Maaf, Tante. Eh, Mama,” panggil Alsya masih tidak terbiasa dengan panggil mereka yang sudah berubah.

“Kak Aiden juga nanya dulu sama Alsya. Kami berdua sepakat tidur di kamar itu, agar merasakan kalau kak Key ada di sekitar kami, dan melihat dengan jelas kalau Alsya dan Kak Aiden sudah menikah. Jadi, Alsya nggak papa,” elak Alsya.

“Lagi pula Alsya nggak bisa tidur di kamar itu, karena rasanya aneh banget,” lanjutnya menatap Maya dengan rasa bersalah.

“Bukan Alsya nggak mau, Bun. Alsya cuma nggak biasa aja,” jujur Alsya.

“Ya sudah. Nanti bunda buka dekorannya. Biar kamu dan Aiden bisa tidur di sana,” pungkas Maya.

Alsya mengibaskan tangan dan menggeleng kuat. “Nggak, Bun. Hari ini Alsya nggak tidur di sini. Karena Alsya sama Kak Aiden akan langsung tinggal di rumah sendiri,” tolak Alsya.

“Sya, kamu serius?” bisik Aiden.

“Syuut! Udah, tenang aja,” balas Alsya menepuk pelan lengan suaminya.

“Alsya dan Kak Aiden nggak mungkin terus sedih sampai berlarut-larut seperti ini. Kami berdua harus mencari kesibukan dan kegiatan agar pikiran kami dapat teralihkan. Jadi, lusa Alsya udah putusin untuk balik ke luar kota. Kak Aiden juga pasti sibuk. Iya, kan Kak?” tanya Alsya tersenyum manis ke arah Aiden yang jelas tidak sependapat dengan dia.

“Sya, kita belum bahas ini,” bantah Aiden terus merendahkan suaranya.

“Ya ini kan lagi dibahas. Apa bedanya dibahas sekarang dan nanti,” sahut Alsya lugas.

“Sebentar Bun, Yah. Aiden mau bicara empat mata sama Alsya,” pamit Aiden menarik tangan istrinya dan pergi ke taman belakang rumah.

“Iiih! Apa sih, Kak? Sakit tau.” Mengusap pergelangannya yang digenggam kuat oleh Aiden.

“Kamu yang kenapa! Bukannya kamu kuliah bisa daring dulu untuk sebulan ini? Kenapa kamu tergesa-gesa gini, Sya? Apa kamu nggak mikirin gimana kesepiannya orang tua kamu dan aku kalau kita pergi jauh,” urai Aiden mencoba untuk membuka jalan pikiran wanita di hadapannya.

Alsya terkekeh mendengar perkataan suaminya. “Kita? Kakak nggak salah? Bukannya Kakak masih urus pembangunan kafe baru di daerah ini?”

“Memang betul. Tapi aku nggak akan biarin kamu pergi sendirian lagi. Karena kamu istriku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Bertemu Calon Mertua

    Seorang pria dengan setelan serba hitam, serta topi juga masker berwarna senada, perlahan mengikuti mobil yang Cakra dan Alsya bawa, tanpa sepengetahuan mereka.Seringaian licik terbit di balik masker yang masih menutupi separuh wajahnya. Seolah mendapat kesempatan emas melihat kebersamaan sepasang kekasih itu.“Kita mau dinner di mana?” tanya Alsya dengan wajah berseri, secerah cahaya rembulan malam ini.“Ke restaurant Mediterranea. Mama sama papa minta di sana,” jawab Cakra.Rekahan senyum itu tak memudar, hingga sebuah mobil melaju kencang dari arah belakang, dan mendahului mereka.WUSSH!!Alsya berjingkat, ketika mobil di belakang mereka tiba-tiba melesat secepat kilat di sisi kanan jalan.Cakra menghela napas lega, walau tak kalah terkejutnya dengan Alsya. “Hampir aja kena,” katanya.“Iya. Tuh orang mau balapan apa gimana sih. Jalan umum dipake buat kebut-kebutan,” gerutu Alsya berdecak sebal.Setelahnya, tak lagi dua sejoli itu menjumpai mobil yang melaju kencang seperti orang ba

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Semakin Dipercepat

    CIIIIT!!!Suara decitan yang timbul dari pergesekan antara ban mobil dengan kanvas rem membuat tubuh Alsya terhuyung ke depan.Aksi rem mendadak Aiden cukup membuat gadis itu hampir jantungan. Beruntung di belakang mereka tidak banyak kendaraan, dan laju kemudi pun tidak terlalu kencang.“Kakak gila ya?!” Wajah Alsya merah padam. Kepalanya nyaris membentur dashboard jika saja saat dalam perjalanan tidak memakai seat belt.Aiden yang masih syok dalam keterkejutan mendengar ucapan Alsya, masih membeku. Tiba-tiba kepalanya tertoleh dengan kelopak mata terbuka lebar.“Mau apa ketemu mereka?” Jemari tangan Alsya terkepal sampai buku-buku tangannya memutih.Bukan meminta maaf, pria di hadapannya justru menanyakan hal tidak penting.“Ya silaturahmi lah! Memangnya mau apa lagi kalo ketemu sama orang?” tandas Alsya.Aiden berusaha untuk menenangkan diri dan rileks. Ya, apalagi yang dilakukan Alsya selain silaturahmi? Begitulah pikiran Aiden membenarkan.Menyadari jika reaksinya terlalu berleb

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Syarat Mama Safira

    Angin segar menyeruak memenuhi rongga dada Cakra. Bak kata pepatah, menyelam sambil minum air, dan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Tanpa pikir panjang Cakra langsung menyetujui syarat sang mama.“Oke. Nanti aku kabarin Alsya, untuk atur jadwal kapan bisa ketemunya sama Mama. Tapi kayaknya kapan aja sih bisa,” jawab Cakra dengan hati berbunga-bunga.[“Lusa mama sama papa berangkat sekalian bawa uangnya.”] Bersamaan dengan itu, berakhir pula perbincangan Cakra bersama mamanya.*** Sesuai syarat mama, Cakra pun menemui Alsya hari ini untuk membincangkan hal tersebut.“Tante Safira mau ketemu sama aku?” tanya Alsya menunjuk diri.Masih tidak percaya jika wanita yang selalu sibuk mengikuti kemanapun sang suami pergi, meminta syarat aneh seperti yang Cakra lontarkan.Pria di sisi Alsya mengangguk cepat. Binar di matanya memperlihatkan dengan jelas jika Alsya tidak akan menolak. Karena menurutnya tidak ada alasan untuk tidak memenuhi persyaratan menguntungkan itu.Cakra menyatukan

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Senja Penuh Air Mata

    Mengelilingi kota Jogja, dengan keindahan kota yang begitu memikat mata, Aiden hampir lupa jika sang istri sendirian di apartment terlalu lama.“Yud, gue balik dulu ya. Thanks untuk hari ini. Nanti gue pikirin lagi lokasi strategis awal untuk pembangunannya di mana,” lontar Aiden setelah mengantar temannya kembali ke rumah.Di tengah perjalanan, Aiden berniat untuk menghubungi sang istri. Bertanya apa ada sesuatu yang ingin dititip atau tidak.Sayang, saat menyalakan ponsel, ponselnya lebih dulu kehabisan baterai.“Nanti ajalah, sekalian jalan malam-malam,” ujar Aiden kembali menyimpan ponsel ke dalam saku jasnya.Usai memarkirkan mobil di area basement apartement, langkah besar Aiden mempercepat dirinya sampai di lift. Ia menekan angka 12, lantai di mana unit apartement yang dia tempati berada.Meski lelah, Aiden tetap memasang raut muka berseri, karena ada banyak hal yang akan ia ceritakan pada Alsya nanti.“Assalamualaikum Alsya,” ujar Aiden sambil menutup pintu.Alih-alih mencari

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Paket Kematian

    “Sya, aku akan bertemu dengan temanku hari ini. Jadi, kamu diam di sini dan jangan ke mana-mana. Kalau mau pergi kabarin dulu,” pamit Aiden setelah mereka sarapan bersama.“Beneran ketemu temen? Bukan untuk terlibat sama David lagi kan, Kak?” selidik Alsya.Sejak Alsya jujur tentang David pada Aiden dan Cakra. Perasaan Alsya selalu menjadi tidak tenang, dan sulit percaya pada keduanya.“Iya. Buat apa aku mau ketemu temen kerja aja mau bohong. Memangnya kamu,” sindir Aiden sambil memakai jas dan arlojinya.“Ya kan bisa aja cuma mau buat Alsya tenang jadi Kakak bohong sama aku,” protes Alsya tidak terima dengan sindiran sang suami.Sampai sekarang pun ia tidak mengatakan jika dirinya ketahuan telah memberitahu Aiden dan Cakra, maka hubungannya bersama Aiden akan terungkap.Sebelum pergi, Aiden kembali mendekati istrinya dan berdiri tepat di depan Alsya yang beranjak dari sofa.“Nggak akan ada apa-apa. Aku pastiin dia nggak akan bisa nyakitin kamu di sini,” ujar Aiden merasa jika Alsya m

  • Suami Wasiat dari Kakakku   Terbongkarnya Rahasia Alsya

    Netra cokelat Alsya membeliak. Jemari tangannya terpekal, meremas baju tidur yang ia kenakan. Diteguknya salivanya dengan kasar, ketika Aiden semakin mendekat ke arahnya.“Jawab, Sya. Kenapa kamu diem aja,” desak Aiden mengguncang pelan pundak Alsya.Refleks gadis itu langsung menghempaskan tangan Aiden dengan kasar, lalu bergerak mundur beberapa langkah.“Memang jatuh di mall. Terus ketendang pas ada orang lewat. Jadinya rusak,” elak Alsya.Aiden lantas tertawa renyah mendengar jawaban istrinya. “Terus kamu nggak marah sama orang itu atau minta ganti rugi?” Alsya menggeleng pelan. “Aku nggak tau pasti orang yang nendang yang mana. Orang tadi mallnya rame,” kilah Alsya lagi.Ia terus meminta maaf dalam hati karena terpaksa berbohong. Terutama berbohong pada imamnya sendiri.‘Aih! Kenapa aku rasanya nyesel banget ya udah bohong. Bohongin perasaan sendiri aja aku bisa, masa ini susah banget,’ gerutu Alsya dalam hati.Di hadapannya, Aiden terus menelisik gerak-gerik Alsya. Masih tidak s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status