Share

Bab 5

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-24 22:42:14

"Kamu tahu laki-laki yang berada di foto ini? Atau ini kamu?" tanyaku dengan sembarangan nuduh.

"Mbak, aku bukan belain suami sendiri, tapi memang tiap kali ada Amara, aku tarik suami untuk pulang," sahut Rosa. Ternyata ia begitu yakin dengan suaminya. Lalu aku istri macam apa yang mencurigai suami sendiri?

"Jadi, laki-laki ini bukan kamu, Gilang? Atau apakah ini suamiku?" tanyaku menyelidik. Pandangan mereka tampak berbeda ketika aku menyudutkan suamiku sendiri.

"Assalamualaikum," ucap suara Mbok Yuni dengan kedua anak wanitaku pulang dari sekolah.

"Waalaikumsalam, Mbok, langsung ajak anak-anak masuk kamar ya," ucapku. Mbok Yuni baru datang tadi pagi setelah beberapa hari absen karena mudik. Ya, sebenarnya aku bukan tipe wanita yang tidak bisa mengatasi semuanya sendiri, tapi Mas Sandi yang menginginkan ada asisten rumah tangga di rumah ini, sekaligus membantu merawat anak-anak di rumah.

"Maaf ya, terganggu, kita lanjut lagi," ucapku sambil menghadapkan kedua lutut ini ke arah Rosa.

"Iya, jadi kami benar-benar nggak tahu apapun mengenai ini, Mbak. Kalau pun tahu, kami tak ingin ikut campur urusan rumah tangga orang," jawab Rosa.

"Ya sudah, nanti aku bilang sama Mas Sandi, mengenai kerjaan, semoga masih ada lowongan. Kalian udah makan belum? Sebentar lagi makan siang, tuh udah jam sebelas siang, makan yuk!" ucapku sambil menarik lengan Rosa. Kemudian secara estafet, Rosa pun menarik lengan suaminya.

Setelah beberapa menit kami makan, mereka pun pamit, aku merasa tak enak hati pada Gilang yang sempat aku tuduh menjadi pengantin yang berada di foto tadi.

"Gilang, maaf ya. Tadi nggak ada maksud nuduh," ucapku ketika ia hendak pulang.

"Ya, Mbak. Nggak apa-apa. Namanya juga sayang suami, jadi cemas suaminya diambil orang, ya kan, Mbak?" ejek Rosa.

Aku mengantarkan mereka sampai ke pekarangan rumah. Setelah itu, aku pun masuk kembali.

***

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Ketika Mas Sandi pulang, aku pun langsung memberikan kabar bahwa Gilang sedang mencari pekerjaan.

"Mas, tadi Gilang ke sini."

"Ngapain?" tanyanya sembari melepas dasi.

"Minta kerjaan," sahutku.

"Oh soal itu, ya besok akan Mas ajukan ke Pak Dimas."

Dengan enteng ia mengindahkan ucapanku. Itu artinya, pengunduran diri Gilang, sudah dibicarakan sebelumnya.

"Ya sudah, nanti aku kabari Gilang dan Rosa," imbuhku.

"Nggak usah, nanti aku aja," tepis Mas Sandi.

Aku hanya mengangguk, pura-pura mengerti dan paham saja maksud dari ucapan Mas Sandi. Padahal di sisi lain, aku amat penasaran dengan pengunduran diri Gilang, apa sengaja atau kebetulan.

***

Hari berganti hari telah berlalu, Gilang sudah keterima kerja di kantor Mas Sandi. Dengan amat mudah ia mendapatkan pekerjaan yang terbilang sekarang lumayan enak dan menyenangkan dari pekerjaan sebelumnya. Mas Sandi begitu baik dengan Gilang dan Rosa, selayaknya adik sendiri.

Hari ini pun hari mamaku datang menginap. Ini juga sempat tertunda oleh kedatangan Amara kemarin.

"Ca, Mama kok ya kesel sama kamu, kenapa sih selalu aja mengizinkan wanita yang bukan keluarga bermalam di sini?" Mama yang baru saja tiba sudah mengeluhkan apa yang sebenarnya aku pikirkan.

"Mah, aku janji nggak lagi-lagi," sahutku sambil meletakkan tas jinjing yang mama bawa ke dalam kamar.

"Lah iya toh, Ndok. Dia kan sudah bercerai dengan suaminya, masa ia kamu memudahkan janda masuk ke dalam rumah!" tentang mama. Aku agak tersedak salivaku sendiri ketika mendengar penuturan mama barusan.

"Mah, jadi Mama tahu bahwa Amara itu telah bercerai?" tanyaku menyelidik. Tas yang kuletakkan di lemari pun terjatuh karena aku benar-benar terkejut mendengar ucapan mama. Bagaimana bisa aku tak mengetahui akan hal itu, sedangkan mamaku tahu.

"Mama juga baru tahu ini, Sayang. Dari Indri, sepupunya Amara yang sekarang pacarnya Eman," terang mama. Aku pikir ia sudah tahu dari dulu tapi tidak memberikan informasi ini padaku.

Kemudian, mama izin menggeser vas bunga besar yang berada di samping lemari.

"Ini Mama geser ya, Ca. Sumpek banget lihatnya," celetuknya sambil menggeser vas bunga tersebut yang kebetulan tidak berat.

Setelah vas bunga itu dipindahkan, aku berdiri menghampiri samping lemari, kenapa kok seperti pintu kecil terbuat dari papan?

Aku mengerutkan dahi sambil menghampiri papan tersebut. Sebab, selama ini aku tak pernah menggeser vas bunga yang tadi mama geser.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Rb
knp istrinya dongo banget ya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu dipikir2, kenapa banyak suami yg selingkuh itu kesalahan istri2 yg abai dan dungu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status