Melihat ke dalam, tampak bungkusan tadi bergabung bersama tumpukan sampah yang lain. Bagus dengan sengaja mengambil bungkusan itu dan membuka ikatannya. Dibersihkan sedikit permukaan plastik itu. Kepala menunduk, mendekatkan indra penciuman ke makanan tersebut. “Tidak ada bau apa pun. Malah sepertinya masih segar. Ini belum basi,” ucap Bagus. Di dalam plastik tersebut, ada nasi, suiran ayam, dan juga kuah kangkung. Bagus mengelap tangan kanannya dengan baju yang dia pakai, kemudian mengambil satu suap lalu memasukkannya ke dalam mulut. Mengunyahnya perlahan sampai makanan tersebut benar-benar masuk ke dalam perutnya. “Ini juga masih enak.” Bagus tampak semringah. Bagai mendapatkan rezeki nomplok, nyatanya hanya sedikit nasi sisa saja. Bagus tidak tahu kenapa orang tadi membuangnya. Mungkin nasi yang tidak habis dimakan. Bagus pun tak ragu menyantapnya. Selagi itu masih bisa dia makan, setidaknya bisa mengganjal perut saat ini. Bagus tidak mau menjadi orang yang suka meminta-minta
Bagus mengangguk. Apa pun pekerjaan yang diberikan kepadanya, Bagus merasa sangat bersyukur sebab dia sangat membutuhkannya. Terlebih bisa bekerja di perusahaan bonafit adalah suatu kehormatan bagi Bagus. “Mari ikut saya ke sebelah sana!” Khalif kembali mengajak Bagus berkeliling sampai Tuan Sean memintanya untuk mengantarkan Bagus ke ruangan. Sementara itu, di sebuah ruangan yang cukup luas, Sean baru saja menyelesaikan meeting. Lelaki paruh baya itu sekarang duduk di kursinya dengan raut wajah penuh emosi. Menatap kedua orang lelaki di hadapannya. “Apa hak kalian mengusir tamu saya?” tanya Sean. Kedua rahangnya mengeras. Dua orang lelaki hanya bisa menunduk pasrah. Salah satu dari mereka, angkat bicara. “Maafkan kami, Tuan. Kami tidak percaya jika lelaki itu adalah benar tamu Tuan.” Mereka adalah dua orang security yang sudah mengusir Bagus kala itu. Security senior berusaha menjelaskan, sementara sang junior hanya diam. Sean menegakkan tubuhnya. “Memang benar orang ter
“Memangnya kau tahu apa? Kau sudah merasa benar dalam bekerja. Apa kau sudah lebih baik dari dia hingga menghina seenaknya? Justru saya yang sedang memberikan kamu peringatan untuk tidak lagi mengulangi kesalahanmu. Biar kamu tahu rasanya berada di bawah, saya turunkan jabatan kamu menjadi office boy.Saya sendiri juga akan menyelidiki anak itu. Tak perlu kau memberi saran. Saya lebih percaya kepadanya. Saya juga mau melihat proses kerjanya dulu di sini. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mempertahankan atau memberhentikan. Saya berlakukan itu untuk kamu juga, Julio!” Sean membalas perkataan Julio. Membuat Julio sendiri, mati kutu. Tubuh gemetar dan keringat sudah bercucuran deras. Julio sudah paham apa yang dimaksud Sean pada akhir kalimatnya. Dia akan terus menjadi seorang office boy. Jika masih membuat ulah, bisa terancam akan dipecat. “Tapi, apakah ada kemungkinan saya naik jabatan lagi, Pak? Meski bukan seorang HRD, misal seorang supervisor atau yang lain?” tanya Julio penuh
Pemuda itu tampak terkejut. Bayangkan saja, apa yang akan Bagus dapat, bisa mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat menjadi lebih baik. Tentu saja ini kabar bahagia, rezeki yang tidak disangka-sangka. “Terima kasih banyak, Pak," ucap Bagus. Tak hentinya dia mengucapkan syukur. Sean juga senang sebab dia bisa membalas kebaikan sang penyelamatnya. “Oh, ya. Ini adalah JVS Group Company. Saya adalah CEO di perusahaan ini. JVS Group Company sendiri, bergerak di bagian pengolahan minuman kemasan. Ini adalah perusahaan anak cabang, sama seperti Glorius Group Company. Kita menjalin kerja sama dengan perusahaan itu dan perusahaan lainnya. Perusahaan pusat adalah YG Union,” jelas Sean. “Glorious Company Group?” tanya Bagus. Dia tampak berpikir, merasa tidak asing dengan nama itu. “Ya, kenapa? Apakah kamu tahu?” Sean bertanya. Bagus menggeleng. “Tidak, kok, Pak. Saya tidak tahu,” jawab Bagus. Sean tersenyum manis. “Baiklah. Mulai besok kamu sudah mulai bekerja di sini. Datanglah t
Bagus menganggap bahwa ini adalah jebakan untuknya. Kesimpulan yang dia punya adalah Hanna meminta Sean, CEO di JVS Group Company untuk bekerja di sana sebagai HRD agar Bagus terikat di perusahaan tersebut sehingga Hanna menjadi lebih sering bertemu dengan Bagus karena dia adalah CEO Glorious Group Company dan berusaha untuk membujuk menikah kontrak dengannya. Jika tidak mau maka akan terancam dipecat.Bagus berpikir bahwa Hanna dan Sean menjalin kerja sama. Sean pura-pura kecopetan. Sebenarnya Sean dan bisa saja beserta anak buahnya, sudah sering memantau Bagus dan berpura-pura sebagai sosok yang kecopetan di depannya. Bisa saja tanpa sepengetahuan Bagus, wanita tersebut diam-diam masih suka menguntitnya.Bisa saja ini semua hanyalah rekayasa mereka. Sebagai orang kaya, tentu mudah sekali bagi mereka untuk melakukan segala cara. Terutama terhadap orang miskin seperti Bagus. Bagus tak terima jika dirinya dijebak seperti ini. Mereka benar-ben
"Bu, saya tidak ada niat untuk mencari masalah. Ini salah paham. Tidak perlu seperti itu!""Maaf, Pak. Tapi sikap Bapak tadi sudah membuat kericuhan, ini rumah sakit, Pak. Harap tenang dan jaga emosi," balas seorang wanita yang lain.Terdengar derap langkah cepat seirama. Dua orang satpam datang ke bagian administrasi. Salah seorang satpam yang bertubuh kekar, bertanya ke salah satu pekerja."Apa yang terjadi di sini?" Sebagai seorang satpam, mereka wajib menjaga keamanan di rumah sakit."Usir Bapak ini. Beliau sudah membuat keributaan yang bisa mengganggu kenyamanan yang lain!" Bicara salah seorang sambil menunjuk Bagus.Bagus menggeleng cepat dan mengibas-ngibaskan kedua tangannya. "Tidak, Pak. Saya bisa jelaskan. Ini bukan seperti yang kalian kira," kata Bagus.Namun, kedua satpam itu tidak mau menerima bantahan apa pun. "Sekarang Bapak keluar dari sini!"
"Lebih baik aku panggilkan dokter untuk memastikannya." Tyas pun bertolak dari sana dan segera menemui dokter yang biasa menangani sang ayah.Cukup kesusahan dia mencari sebab sejak tadi batang hidung dokter tersebut belum menampakkan dirinya. Di rumah sakit yang begitu luas, Tyas sampai harus keliling mencari dokter itu. Tyas merasa kelelahan.Langkah Tyas terhenti ketika dia berhasil menemukan dokter yang dia cari. Namun, dokter tersebut tampak sedang berbicara dengan seorang wanita di depan pintu. Merasa tidak sopan jika langsung menghampiri atau menguping pembicaraan mereka, Tyas memilih menunggu dan duduk di salah satu kursi panjang. Sambil sesekali melirik ke arah dokter tersebut.Begitu dokter lelaki tersebut sudah selesai dari urusannya, Tyas pun bangkit sebelum dokter tersebut pergi."Permisi, Dok," sapa Tyas.Dokter itu menoleh ke arah Tyas. Dia juga mengenal Tyas dan p
Mendengar ancaman dari Asep, Tyas tak boleh hanya meratapi ketakutan. Dia harus berpikir segala macam cara untuk membuat Asep kesulitan masuk. Tyas pun bergerak mendorong kursi sebanyak dua buah dan menumpuknya di belakang pintu. Sekuat tenaga dia juga mendorong buffet. Tyas lantas bergerak ke dapur, mencari sesuatu. Netranya tertuju kepada dua buah benda, yaitu palu dan pisau.Dengan penuh keberanian meski ada rasa gemetar, Tyas menggenggam erat dua benda tersebut. Dia pun berjalan kembali ke tempat semula. Siap siaga menghadapi Asep dengan dua senjata di tangannya."Oke kalau kamu nggak ada respons. Aku dobrak ini, ya. Satu … dua … tiga …." Asep mengambil aba-aba untuk mendobrak pintu.Saat Asep mencoba mendobrak pintu itu, tiba-tiba dia meringis karena kakinya yang terasa sakit."Ahh, kenapa kaki aku ini? Pintu dari papan lapuk begini, kok, susah didobrak," gerutu Asep. Dia pu