Home / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 71. Satu Bunga, Dua Kumbang

Share

71. Satu Bunga, Dua Kumbang

last update Last Updated: 2025-10-26 02:30:01

Lagi-lagi Yu Zhen menggeleng. "Tidak."

"Aiya, Kak Yu Zhen ini. Kata bibi yang merawatku, orang yang jarang tersenyum itu biasanya akan terlihat cepat tua dan kulit wajahnya mudah keriput," jawab Shen Ji berkata dengan sedikit centil. "Apa Kak Yu Zhen mau cepat tua?"

"Ada hal seperti itu?" tanya Yu Zhen, alisnya berkerut.

"Ya, itu kata bibi yang merawatku," ucap Shen Ji sambil mengulurkan salah satu buah tin hutan yang cukup besar dan matang.

"Oh ya, Kak Yu Zhen makanlah juga buah tin ini. Bukankah Kak Yu Zhen harus banyak makan agar kuat dan bisa menggendongku lagi?"

"Terima kasih." Yu Zhen menerima buah jambu biji merah pemberian dari gadis itu dan segera menggigitnya tanpa ragu. Pemuda itu mengunyah rasa manis legitnya buah jambu biji merah sambil tersenyum tipis dan tanpa sadar terus menatap wajah Shen Ji dengan sorot mata penuh kelembutan.

"Kak Yu Zhen, mengapa Kakak terus melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah dengan wajahku?" bertanya Shen Ji yang ternyata menjadi cukup
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

  • Suami untuk Sang Putri   90. Pertemuan Kecil

    Yang Yueli, gadis berwajah cantik dan memiliki sikap tegas segera melakukan penghormatan. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Komandan, Zhi’an sudah membaik. Terima kasih atas perhatian Anda dan obat yang Anda kirimkan." Yang Shui mengangguk kecil, tersenyum tipis. "Baguslah. Suruh dia untuk menghadapku segera setelah dia pulih sepenuhnya." "Baik, Komandan." Yang Yueli membungkuk hormat sekali lagi, matanya yang cerdas menunjukkan rasa penasaran. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang membuat sang komandan begitu ingin bertemu Zhang Zhi’an, kekasihnya. Ketiganya terus berjalan, melewati taman maple dengan daun-daun jingga mudanya yang tampak berguguran, jatuh tumpang tindih, berserakan di atas lantai hutan. Sampah indah itu tak berdaya saat terinjak oleh sepatu-sepatu para penghuni kediaman. Ujung jubah hanfu mereka tak lagi menyapu tumpukan daun maple ketika ketiganya mulai menapaki jembatan lengkung bercat merah menyala di atas kolam teratai serta ada banya

  • Suami untuk Sang Putri   89. Mengantar Yu Zhen

    Sekarang Yu Zhen menghadap kepada Yang Shui yang berdiri tak jauh dari Qing Yuan. Pria itu tersenyum ramah penuh ketenangan. Aura wajahnya yang sejuk, membuat hati siapa pun akan merasa nyaman saat bersama dan berbicara dengan tabib muda ini.Yu Zhen melakukan salam Gongshou sebagai tanda perpisahan kepada pria yang telah merawatnya tersebut. "Tuan Yang Shui, Yu Zhen mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuan Yang Shui yang telah menyelamatkan nyawa tuan muda ini. Tanpa pertolongan dari Tuan Yang, mungkin tuan muda ini hanya tinggal nama penghias papan peringatan.""Tuan Muda Yu terlalu sungkan dan berlebihan. Itu hanya suatu kebetulan semata. Saya adalah seorang tabib yang tentunya tidak akan membiarkan siapa pun sakit di depan mata. Jadi, tolong jangan diungkit lagi hal-hal seperti itu!" ucap Yang Shui yang juga melakukan salam serupa dengan Yu Zhen."Tuan Yang selalu berkata demikian. Yu Zhen tidak tahu bagaimana cara berterima kasih pada Tuan Yang Shui yang baik dan s

  • Suami untuk Sang Putri   88. Yu Zhen Berpamitan

    Sekarang, hanya tinggal Yu Zhen seorang diri dalam kekalutan dan kesedihan. Ia sungguh tak menyangka jika segel perjodohan itu akan bereaksi saat wajah mereka berdekatan dalam jarak satu jari. Yu Zhen melihat dengan jelas segel khusus itu bersinar merah di kening Ji Mei Hua. Hal tersebut menandakan kalau gadis itu masih terjaga kesuciannya. 'Hua'er, maafkanlah aku!'Penyesalan yang begitu dalam membuat Yu Zhen berkali-kali harus mengusap wajahnya yang bersimbah air mata. Ternyata, meskipun dia adalah seorang pria pilih tanding dengan kekuatan yang cukup diperhitungkan di rimba persilatan.Namun, dia tetaplah manusia yang memiliki kerapuhan pada sisi hatinya. Bahkan, orang sekuat Yu Shan, ayahnya, masih tak bisa menahan air mata saat hatinya terasa sakit.Apakah itu menandakan jika dia termasuk lelaki cengeng?Tapi bagaimanapun juga, manusia tetaplah memiliki sisi rapuh dan sudah merupakan suatu fitrah yang tak bisa dihindari. Bagaimanapun juga, air mata juga merupakan sebuah anugr

  • Suami untuk Sang Putri   87. Menolak Menikah

    Shen Ji menatap dingin wajah Yu Zhen. "Bagaimana kalau aku menolak?" "Hua'er, aku harus tetap membawamu pulang ke Qianyang demi janjiku pada Paman Shen Ming," tegas Yu Zhen.Mendengar ini, Shen Ji bergerak ke arah Qing Yuan, memeluknya dari belakang sambil menangis. "Shifu, sekalipun dia meminta, tolong jangan berikan aku padanya! Jangan biarkan dia membawaku pergi dari sini!""Mengapa?" tanya Qing Yuan, penasaran."Pokoknya aku tidak mau!" Shen Ji terisak di punggung sang guru. "Aku masih ingat kejadian itu dan aku benar-benar tak ingin kembali ke tempat itu lagi, Shifuuu!""Baiklah. Shifu akan bicara padanya." Qing Yuan berucap dengan lembut. Ada kemenangan muncul dalam hatinya. "Kau dengar itu, Ah Zhen?" Qing Yuan menatap tajam ke wajah Yu Zhen yang sekarang bagai mati kutu di hadapan guru dan murid ini. "Dia tidak ingin "Ji'er, maaf ...." "Ji'er, maafkan aku!" ucap Yu Zhen lirih sekali, sangat lirih."Aku sudah memaafkan Kak Yu Zhen. Tetapi aku tetap tidak ingin kembali bersam

  • Suami untuk Sang Putri   86. Kembalilah Bersamaku!

    Sekali lagi, Yu Zhen menggelengkan kepalanya. Air mata mulai mengembun di sudut mata kedua pemuda itu.Qing Yuan menarik napas panjang guna meredakan emosinya, ia lalu bersedekap dan menatap Yu Zhen dengan tatapan datar. "Ah Zhen, apa kamu sudah menyadari apa yang pernah kamu lakukan padanya dahulu?" Yu Zhen mengangguk, entah mengapa hatinya sekarang merasa sangat sakit. Ia membayangkan betapa hancurnya perasaan Shen Ji saat itu hingga sampai nekad menceburkan diri ke dalam Sungai Madu Pahit yang deras dan dalam. Andai tidak ada Qing Yuan yang menolongnya, mungkin saja gadis yang dulu masih berbadan gemuk itu mungkin benar-benar sudah tiada, dan dirinya ikut menjadi salah satu penyebabnya. "Maafkan aku, Hua'er!" bisiknya, penuh penyesalan. "Sekarang aku sudah tahu rasanya jadi dirimu saat itu. Semua itu pasti sangat berat bagimu, dan ....""Dan rasanya pasti sangat sakit!" Yu Zhen melihat ke arah Shen Ji dengan mata berair. "Tapi, Hua'er, tahukah kamu kalau setelah itu aku juga mera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status