Share

Bab 4. Bangkit

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2025-04-19 19:04:33

“Kamu harus lupakan semua itu, Dion. Tidak ada gunanya terus-menerus memikirkan pengkhianatan Rania dan selingkuhannya. Mereka sudah tidak ada dalam hidupmu,” kata Elmer dengan nada tegas. "Ini saatnya kamu fokus pada dirimu sendiri."

Dion hanya mengangguk pelan. “Aku tidak tahu, Pa. Rasanya sulit. Semua ini terlalu cepat, terlalu berat untuk diterima."

Elmer menatapnya dalam, lalu memanggil pelayan yang berdiri di dekat pintu. "Tolong bersihkan luka-luka di wajah Dion, dan bantu dia mandi serta berganti pakaian."

Pelayan itu mengangguk dan mendekati Dion dengan tenang. "Tuan Dion, silakan ikut kami. Kita akan membersihkan luka-luka Anda."

Dion berdiri perlahan, merasa langkahnya berat, tetapi tahu dia tidak punya pilihan lain. Saat dia berjalan menuju kamar mandi, Elmer memperhatikan dengan tatapan penuh harap, berharap putranya bisa segera bangkit dari semua ini.

Di kamar mandi, pelayan membersihkan luka-luka di wajah Dion dengan hati-hati. Saat air menyentuh kulitnya, Dion merasakan perih yang menusuk.

Setelah bersih dan berpakaian rapi, Dion kembali menemui papanya di ruang keluarga. Elmer duduk di kursi besar dekat jendela, menatap keluar sejenak sebelum menoleh saat Dion masuk.

"Bagaimana rasanya?" tanya Elmer, matanya menelisik Dion dengan seksama.

"Sedikit lebih baik," jawab Dion singkat, duduk di kursi yang berhadapan dengan Elmer.

Elmer menghela napas panjang sebelum berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Dengar, Nak. Aku tahu ini berat, tapi hidup harus terus berjalan. Kamu tidak bisa selamanya terpuruk seperti ini."

Dion menunduk, menghindari tatapan papanya. "Aku tahu, Pa. Tapi bagaimana aku bisa melupakan semua ini?"

“Mulai sekarang, fokuslah pada masa depanmu. Kamu harus kembali ke perusahaan. Sudah waktunya kamu mengambil peran yang seharusnya. Aku ingin kamu menjadi CEO. Ini adalah waktumu untuk bangkit dan menunjukkan bahwa kamu bisa lebih baik dari mereka."

Dion terkejut mendengar itu. "CEO? Aku tidak tahu, Pa. Setelah semua yang terjadi, aku tidak yakin apakah aku siap."

Elmer tersenyum kecil, mencoba menenangkan keraguan putranya. “Kamu lebih dari siap, Dion. Kamu pasti belajar dari kesalahanmu, dan ini adalah kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Bekerja akan mengalihkan pikiranmu, memberimu tujuan baru. Perusahaan membutuhkanmu, dan aku percaya kamu bisa melakukannya.”

Dion terdiam sejenak, memikirkan kata-kata papanya. Mungkin inilah yang dia butuhkan, sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari rasa sakit dan mulai membangun kembali hidupnya.

“Baiklah, Pa. Aku akan melakukannya,” jawab Dion akhirnya, suaranya penuh tekad. "Aku akan kembali dan menjalankan perusahaan."

Elmer tersenyum lebar, bangga melihat semangat di mata putranya kembali menyala. “Itu baru anakku. Kita mulai dari sini, Dion. Masa lalu biarkan berlalu. Sekarang waktunya untuk bergerak maju. Kamu tahu ..? Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan kita telah berkembang pesat. Sekarang kita punya banyak anak cabang, bahkan lebih dari yang pernah papa bayangkan sebelumnya. Papa yakin perusahaan bisa semakin maju kalau kamu yang pegang."

Dion menatap papanya dengan perhatian, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengarnya.

"Dan bukan hanya di sini," lanjut Elmer, "perusahaan kita sudah menyentuh banyak pasar di Asia. Sekarang, tantangan berikutnya adalah Eropa." Matanya menyipit menyiratkan banyak tekad, lalu ia menatap Dion dalam-dalam. "Papa ingin kamu yang mengembangkan perusahaan ke arah itu. Kita butuh pemimpin baru, yang segar, dan papa yakin kamu adalah orang yang tepat untuk tugas ini."

Dion terlihat ragu sejenak, tetapi ia tahu papanya tidak berbicara asal.

"Tapi, Pa … apakah aku benar-benar mampu? Aku sudah lama nggak memegang perusahaan, entah aku masih ingat atau tidak."

Elmer tersenyum lembut, lalu meletakkan tangannya di pundak Dion. "Papa tahu kemampuanmu, Nak. Kamu pintar, selalu punya cara untuk memecahkan masalah. Dulu, pikiranmu mungkin masih labil, dan ya, aku mengerti kamu terhasut oleh cinta. Tapi itu sudah berlalu. Yang penting adalah sekarang kamu sudah sadar, kamu telah kembali."

Dion merasakan kehangatan dari kata-kata papanya. Ada sesuatu dalam cara papanya berbicara yang menguatkannya, seolah ia masih dipercaya terlepas dari semua kesalahan yang pernah ia buat.

"Aku bersyukur kamu kembali," lanjut Elmer dengan suara lebih dalam. "Meskipun caranya tidak mudah, dengan semua luka dan pengkhianatan yang harus kamu lalui, itu yang membuatmu lebih kuat. Semua yang terjadi pada dirimu hanyalah pelajaran yang akan membuatmu siap untuk tantangan yang lebih besar."

Dion mengangguk perlahan, merasakan semangat di dalam dirinya mulai bangkit kembali. "Jadi, papa benar-benar yakin aku bisa mengembangkan perusahaan ini ke Eropa?"

"Bukan hanya yakin, papa tahu kamu bisa melakukannya."

Elmer tersenyum lebar, kemudian kembali membuka suara sebelum putranya sempat menjawab. "Dion, dengar baik-baik. Balas dendam yang terbaik bukanlah dengan menyakiti orang lain seperti mereka menyakitimu. Tidak. Balas dendam yang terbaik adalah dengan membuat dirimu jauh lebih baik. Suatu hari nanti, saat kamu berhadapan dengan Rania lagi, biarkan dia melihat apa yang sudah dia lewatkan. Biarkan dia menyesal karena telah membuangmu."

Dion menunduk, memikirkan kata-kata papanya. Sakit hati yang dia rasakan masih amat sangat terasa, tetapi nasihat itu membuatnya perlahan berpikir logis.

"Bangkitlah, Nak," lanjut Elmer. "Kamu punya segalanya untuk menjadi pria yang sukses dan dihormati. Jangan biarkan masa lalu terus membebanimu. Fokuslah pada apa yang bisa kamu capai ke depan. Perusahaan ini butuh kamu."

Dion mengangguk, meski dalam hatinya masih ada keraguan yang tersisa.

Elmer melihat keraguan itu dan menepuk bahu putranya dengan penuh perhatian. "Dan siapa tahu," lanjutnya, "suatu saat nanti, mungkin kamu akan membuka hatimu lagi. Kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik, yang benar-benar menghargai dan mencintaimu. Jangan tutup pintu untuk cinta, Dion. Itu bagian dari hidup. Tapi untuk sekarang, yang terpenting adalah fokus memperbaiki diri."

Dion tersenyum tipis, merasakan sedikit beban terangkat dari pundaknya. "Aku akan mencoba, Pa," katanya pelan. "Aku akan mencoba bangkit dan menjadi lebih baik."

Elmer mengangguk, puas dengan jawaban putranya. "Itu yang aku ingin dengar. Mulai sekarang, kita akan bekerja bersama. Kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini. Dan ingat, Nak, ketika kamu sudah jauh lebih baik, dunia ini akan melihatmu berbeda, dan Rania … dia pasti akan menyesali apa yang telah dia lepaskan."

Elmer memasang senyum hangat di bibirnya, tetapi di dalam hati masih berisik sekali, seakan belum terima dengan kemalangan yang menimpa putranya.

"Jangan, Nak. Jangan mengotori tanganmu dengan membalas kejahatan yang dilakukan Rania dan selingkuhannya, itu akan membuatmu tidak ada bedanya dengan mereka berdua. Biarkan Papa yang balas, biarkan Papa yang membuatnya merasakan sakit hati lebih dari apa yang kamu rasakan hari ini!" batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 59

    Beberapa hari berlalu, matahari sudah tinggi ketika Dion memutuskan untuk menyembunyikan semua pembaruan dari Adrian pagi ini. File bernama Final Weapon itu belum dirilis sepenuhnya, hanya bocoran kecil yang langsung diturunkan lewat jalur hukum. Tapi satu hal yang membuat Dion resah adalah, folder tambahan yang ditemukan Adrian, bertuliskan 'LYRAxJEREMY_SECRET.'“Jangan kasih tahu Clara dulu,” ujar Dion kepada Adrian lewat sambungan terenkripsi. “Aku harus pastikan isinya valid.”Namun takdir tak pernah mau diajak kompromi. Hari itu, Clara diam-diam membuka laptop Dion yang tertinggal di meja kerja. Rasa gelisah tak membiarkannya tinggal diam. Dan begitu ia melihat folder yang sama, jantungnya langsung mencelos."Skandal Lyra dan Lucas – Eksklusif dari Rania X? File apa ini judulnya kayak gini?!" gumamnya.Dengan tangan gemetar, Clara mengklik file itu. Video muncul, editan kasar, dengan rekaman lama yang dimanipulasi sedemikian rupa. Terlihat sosok perempuan mirip Lyra, sang Mama

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 58

    Beberapa Jam Setelahnya | Markas Cyber AdrianLayar-layar berkedip. Satu notifikasi darurat muncul di server utama Adrian.[ALERT: NEW MASSIVE UPLOAD DETECTED - FROM UNREGISTERED SOURCE]Adrian mengetik cepat, matanya membelalak. "Shit. Dia udah nyebarin. Final Weapon udah rilis!"Dion yang baru saja sampai lagi di ruangan itu langsung menoleh. “Apaan maksudnya?”Adrian menampilkan tampilan layar“Gila. Ini ... deepfake. Tapi bukan cuma itu. Mereka gabungin footage lama Clara, yang dulu pernah curhat via Zoom ke sahabatnya waktu dia ditinggal pacar pertamanya terus diganti background, ganti angle, ganti lighting. Dibik

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 57

    Malam Harinya | Markas Tim Cyber AdrianGedung itu tampak seperti kantor pengacakan data biasa dari luar. Tidak ada plang nama. Tidak ada papan perusahaan. Hanya sebuah gedung berlantai tiga dengan warna abu-abu pudar di pinggiran kota. Tapi di dalamnya, layar-layar monitor menyala terang dengan tampilan kode, grafik jaringan, dan puluhan jendela sistem.Pria berkacamata, rambut cepak acak-acakan, dan hoodie hitam itu menyambut Dion dengan cepat.“Kamu telat tiga puluh dua menit. Udah aku dekripsi setengah. Tapi ini ... gila, sih, Bro.”Dion duduk di kursi putar dengan cemas. “Langsung aja, jangan bertele-tele. Tunjukin!”Adrian membuka folder khusus, dan menekan enter. Sebuah jendela video muncul. Gambar pertama menampilkan Clara sedang bicara dengan seorang pria di restoran, mengenakan blouse biru laut dan riasan tipis.Dion langsung mengerutkan dahi. “Itu ... bulan lalu kayaknya. Dia ketemu klien.”“Lihat ini,” kata Adrian, lalu maju timeline-nya.Tiba-tiba audio dipotong dan dig

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 56

    KEESOKAN PAGINYA.Masih dengan wajah penuh kemarahan, Dion mengacak rambutnya sekali lagi. Ia meneguk air putih dari botol yang ada di meja, mencoba menenangkan diri meski dadanya terus naik turun. Sekuat tenaga ia menahan untuk tidak membanting sesuatu lagi.Ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari Clara."Cla—""Aku udah tenang," sahut cepat Clara, suaranya masih terdengar dingin. "Dan aku nggak sebodoh netizen yang langsung percaya video tiga menit dan siluet buram. Tapi Mas Dion, ini udah kelewatan. Gimana bisa kamu nggak sadar dia nyiapin semua ini?""Dia licik, Cla. Aku pun baru tahu. Aku bahkan nggak ingat ada momen itu difilmkan. Waktu itu ... aku benar-benar buta, aku percaya sama dia sepenuhnya. Sekarang aku ngerti, ternyata dari awal dia pelan-pelan nyusun bom waktu buat ngancurin semuanya."Clara menghela napas panjang. “Mas, aku tahu kamu dulu punya masa lalu, dan aku juga tahu kamu pernah sangat mencintai dia. Tapi sekarang? Dia udah mainin nama aku, harga diri aku, bah

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 55

    KEESOKAN HARINYA Dikediamannya, Rania menyeduh kopi sambil mengaktifkan notifikasi akun Instagram HotFeed.ID. Begitu layar menyala, senyumnya langsung melebar. Video dan artikel yang ia rekam bersama Lisa sudah naik sejak pukul enam pagi tadi. Dalam waktu kurang dari dua jam, unggahan itu sudah disukai lebih dari 240 ribu orang dan komentar membanjiri kolom postingan."Aku nggak nyangka secepat ini viralnya," gumamnya sambil meneguk kopi.Ia menggulir layar, menikmati tiap komentar seolah sedang menyaksikan pentas drama yang ia ciptakan sendiri.[@HotFeed.ID"AKU MASIH DICINTAI, TAPI DIBOHONGI"Eksklusif: Istri Pertama CEO Inisial D.E, Buka Suara, Menangis Ceritakan Kisah Cinta Rahasia di Balik Layar.Dalam video berdurasi 3 menit ini, R*, mantan istri sah dari D.E, menangis sambil menceritakan bahwa pria yang kini tengah dekat dengan pewaris brand fashion ternama, C.J., masih kerap datang ke rumahnya, tidur bersama, bahkan menjanjikan akan memperbaiki hubungan.“Aku pikir kami akan

  • Suami yang Kukira Miskin Ternyata Pewaris Rahasia   Bab 54

    [Mas Dion, aku jatuh di kamar mandi. Kepalaku kebentur. Aku sendiri di rumah. Tolong datang ke sini, Mas, aku nggak kuat berdiri.]Dion mengerjap. Pesan itu terpampang jelas. Tangannya sempat ingin membalas, tapi ia urung. Dahi Dion berkerut menahan kesalDion menurunkan ponselnya perlahan, tetapi panggilan dari Rania menyala terang di layar.Rania – Calling…Ia mendesah pelan, mencoba mengabaikan. Suara dari podium masih ramai. Pak Togar tengah menjelaskan strategi ekspansi digital di kawasan perumahan baru yang dirancang terintegrasi dengan konsep smart city."Drama apalagi ini?" batinnya. Mata Dion kembali memandangi ruangan rapat yang tengah serius mendengarkan presentasi keuangan.Ia menaruh ponsel di atas meja. Namun belum lima menit, ponsel itu kembali bergetar.Rania – Calling…Dion menekan tombol Reject.Lima menit kemudian, ponselnya kembali bergetar. Matanya melirik sekilas, lantas membuang pandangan saat nama mantan istrinya lagi yang muncul di layar.Rania – Calling…Ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status