Rania semakin terpojok oleh situasi yang kian memanas, pertanyaan Pak RT membuatnya kalut. Dengan napas yang berat, dia akhirnya memutuskan untuk jujur.
"Baiklah, saya akan bilang yang sebenarnya. Mas Dion dan saya sudah berencana untuk bercerai," ucapnya, suaranya bergetar penuh penyesalan. Kata-kata itu seolah melemparkan bom di tengah kerumunan. Suasana semakin memanas, dan warga mulai melontarkan olokan. "Tak tahu diri! Wanita seperti ini layak ditinggalkan suaminya!" seorang pria berteriak dengan nada mengejek. "Memang pantas Dion pergi dari wanita tukang selingkuh seperti kamu!" tambah seorang wanita tua, wajahnya penuh kemarahan. Rania merasakan wajahnya memerah, tertegun dengan semua hinaan itu. "Saya sudah mengakui kesalahan saya! Tolong, jangan membuat semuanya semakin buruk," pinta Rania, tetapi suaranya terbenam oleh desakan emosi warga yang tidak bisa dibendung. Mendengar pengakuan Rania, beberapa warga mulai bergerak mendekatinya. "Kita tidak bisa membiarkan orang-orang seperti ini mengotori kampung kita!" seru salah satu warga. "Mari kita buat dia sadar akan perbuatannya!" Warga yang tersulut emosi mulai mengarak Rania dan Yoga, menarik mereka pergi dari tempat itu. Dia mencoba melawan dan memohon, "Tolong, saya minta maaf! Saya akan memperbaiki semuanya!" Namun, suara kerumunan lebih keras dari suaranya. "Tunggu! Ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Kami hanya berteman!" Yoga mencoba membela diri, tetapi suara tidak dianggap. "Diam! Tidak ada yang menyuruhmu untuk bicara!" seru seorang lelaki, menatap Yoga dengan sinis. Kerumunan semakin menggila, menuntut agar Rania dan Yoga diusir dari kampung mereka. Rania merasa putus asa. "Tolong, jangan lakukan ini! Saya janji akan memperbaiki kesalahan saya!" teriaknya, tetapi usaha itu sia-sia. "Tolong jangan main hakim sendiri, tolong dengarkan saya! Saya akan telepon Mas Dion, kami bercerai bukan karena saya ada hubungan sama Mas Yoga. Tapi karena kami memang sudah sepakat mengakhiri semuanya. Kalian nggak berhak ikut campur terlalu dalam, toh saya dan Mas Yoga akan segera menikah," jelas Rania panjang lebar, berharap suaranya di dengar di tengah-tengah gunjingan warga. "Mau menikah, ya, menikah saja! Tapi hukum adat tetap harus dijalankan. Kau dan laki-laki itu harus tetap diarak, Rania!" sentak salah satu warga yang membuat tubuh Rania terlonjak kaget. Akhirnya, kerumunan itu membawa Rania ke tengah kampung, di mana semua mata tertuju padanya. "Kita akan memberi pelajaran pada wanita ini!" teriak seorang warga, membuat Yoga dan Rania merasakan ketakutan yang mendalam menyelimuti diri mereka. Rania menyadari betapa jauh dia terjatuh, dan semua yang dia lakukan kini terbayar dengan penghakiman masyarakat. Dalam kerumunan itu, Yoga berdiri terasing, merasa hampa. Dalam hati, dia menyesali keputusan untuk mendekati Rania lagi. Dia awalnya hanya ingin melepaskan hasrat, menikmati momen singkat bersama wanita yang pernah membuatnya tertarik. Namun, semua itu berakhir dengan hal memalukan. "Ini bukan seperti yang aku inginkan," batinnya, menatap Rania yang terpuruk di tengah kerumunan. Sementara itu, Rania berdiri di sana, merasa seperti tak ada yang memihak padanya dan setiap bisikan yang terdengar di antara warga semakin menambah beban di pundaknya. "Wanita murahan! Tidak tahu diri!" mereka mengoloknya, menghakimi tanpa ampun. Dia tak lagi memiliki muka di hadapan orang-orang yang pernah mengenalnya sebagai istri yang baik. Kini, dia dicap sebagai wanita hina dan tukang selingkuh , dan semua harapannya untuk memperbaiki segalanya tampak musnah. "Bagaimana caranya menyelamatkan diriku? Aku takut dikucilkan." Rania berpikir, mengingat semua mimpinya hancur dalam sekejap. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia kendalikan. Bahkan jika dia ingin meminta maaf kepada Dion agar warga juga memaafkannya, semua itu tampaknya sudah terlambat. Yoga, meski tidak dihakimi sekeras Rania, tetap merasakan dampak dari perbuatannya. "Sekarang aku harus menikah siri dengan dia dan menunggu masa iddahnya selesai untuk pernikahan sah. Aaargh ..! Sialan!" makinya dalam hati, merasakan ketidakpastian mengisi hatinya. Dia merasa terjebak, tidak hanya dalam situasi ini, tetapi juga dalam keputusan yang tidak dia inginkan. Dia menghela napas panjang, menyesali semua pilihan yang membawanya ke titik ini. Semua ini berawal dari keinginan untuk bersenang-senang, dan kini berujung pada komitmen yang tidak diinginkannya. Sementara Rania terpuruk, Yoga menyadari bahwa kejadian hari ini telah mengubah hidup mereka berdua selamanya. "Satu kesalahan ini telah menghancurkan banyak hal," batinnya, merasakan betapa sulitnya untuk melanjutkan hidup di tengah stigma yang mengelilingi mereka. Kini, mereka terikat dalam cara yang tidak pernah mereka bayangkan, dan Yoga tidak tahu bagaimana mereka bisa menemukan jalan keluar dari situasi ini. *** Sementara itu, di kantor pusat perusahaan, Dion duduk di meja kerjanya, fokus memeriksa daftar karyawan di seluruh cabang. Setelah sekian lama absen, dia merasa bersemangat untuk mengawasi setiap detail perusahaan dan melakukan evaluasi langsung ke beberapa cabang. Namun, saat ia melanjutkan membaca daftar, keningnya tiba-tiba mengerut heran. "Yoga?" gumamnya pelan, sambil memfokuskan mata pada layar komputer. Ia melihat nama Yoga terdaftar sebagai salah satu manajer di salah satu cabang perusahaan. Rasa curiga mulai muncul dalam dirinya, jadi ia memutuskan untuk membuka foto Yoga yang terlampir di file tersebut. Detik berikutnya, jantung Dion seakan berhenti berdetak. "Ini … ini benar-benar dia," pikirnya, matanya tidak percaya saat melihat wajah Yoga, teman lama Rania yang kemarin menghajarnya. Kenangan akan Rania dan Yoga kembali muncul, menyelimuti pikirannya dengan perasaan campur aduk. "Bagaimana mungkin dia bisa ada di sini?" bisiknya, merasa marah dan bingung sekaligus. Dion mengingat semua yang telah terjadi, perasaan pengkhianatan yang menghantuinya. Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan emosi yang mulai menggelegak. "Dia yang selama ini berselingkuh dengan Rania?" pikirnya, otaknya bekerja keras mencerna informasi itu. "Aku harus pergi ke cabang itu!" Dia berdiri, mengumpulkan dokumen yang diperlukan dan menyiapkan diri untuk perjalanan. Dion melangkah keluar dari kantor dengan tekad yang membara. Rasa sakit hati dan kemarahan yang dia alami kemarin seakan membara dalam dirinya. Dia tahu bahwa Yoga harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi, dan dia tidak akan membiarkan pria itu terus menganggap dirinya lebih baik. "Ini saatnya untuk menunjukkan siapa aku sebenarnya," gumam Dion, menyusun rencana di dalam kepalanya. Dia akan pergi ke cabang tempat Yoga bekerja, bukan hanya untuk evaluasi, tetapi juga untuk menegaskan posisinya dan membungkam kesombongan Yoga yang sudah menghajarnya kemarin. Perjalanan menuju cabang tersebut terasa semakin mendebarkan. Setiap langkah yang diambilnya mengingatkan pada rasa sakit yang harus dia hadapi. "Yoga mungkin berpikir dia bisa dengan mudah mengambil alih hidupku, tetapi dia salah," pikirnya, menguatkan tekadnya untuk menghadapi pria itu. "Ternyata ... dia kini tak lebih dari bawahanku!"Beberapa hari berlalu, matahari sudah tinggi ketika Dion memutuskan untuk menyembunyikan semua pembaruan dari Adrian pagi ini. File bernama Final Weapon itu belum dirilis sepenuhnya, hanya bocoran kecil yang langsung diturunkan lewat jalur hukum. Tapi satu hal yang membuat Dion resah adalah, folder tambahan yang ditemukan Adrian, bertuliskan 'LYRAxJEREMY_SECRET.'“Jangan kasih tahu Clara dulu,” ujar Dion kepada Adrian lewat sambungan terenkripsi. “Aku harus pastikan isinya valid.”Namun takdir tak pernah mau diajak kompromi. Hari itu, Clara diam-diam membuka laptop Dion yang tertinggal di meja kerja. Rasa gelisah tak membiarkannya tinggal diam. Dan begitu ia melihat folder yang sama, jantungnya langsung mencelos."Skandal Lyra dan Lucas – Eksklusif dari Rania X? File apa ini judulnya kayak gini?!" gumamnya.Dengan tangan gemetar, Clara mengklik file itu. Video muncul, editan kasar, dengan rekaman lama yang dimanipulasi sedemikian rupa. Terlihat sosok perempuan mirip Lyra, sang Mama
Beberapa Jam Setelahnya | Markas Cyber AdrianLayar-layar berkedip. Satu notifikasi darurat muncul di server utama Adrian.[ALERT: NEW MASSIVE UPLOAD DETECTED - FROM UNREGISTERED SOURCE]Adrian mengetik cepat, matanya membelalak. "Shit. Dia udah nyebarin. Final Weapon udah rilis!"Dion yang baru saja sampai lagi di ruangan itu langsung menoleh. “Apaan maksudnya?”Adrian menampilkan tampilan layar“Gila. Ini ... deepfake. Tapi bukan cuma itu. Mereka gabungin footage lama Clara, yang dulu pernah curhat via Zoom ke sahabatnya waktu dia ditinggal pacar pertamanya terus diganti background, ganti angle, ganti lighting. Dibik
Malam Harinya | Markas Tim Cyber AdrianGedung itu tampak seperti kantor pengacakan data biasa dari luar. Tidak ada plang nama. Tidak ada papan perusahaan. Hanya sebuah gedung berlantai tiga dengan warna abu-abu pudar di pinggiran kota. Tapi di dalamnya, layar-layar monitor menyala terang dengan tampilan kode, grafik jaringan, dan puluhan jendela sistem.Pria berkacamata, rambut cepak acak-acakan, dan hoodie hitam itu menyambut Dion dengan cepat.“Kamu telat tiga puluh dua menit. Udah aku dekripsi setengah. Tapi ini ... gila, sih, Bro.”Dion duduk di kursi putar dengan cemas. “Langsung aja, jangan bertele-tele. Tunjukin!”Adrian membuka folder khusus, dan menekan enter. Sebuah jendela video muncul. Gambar pertama menampilkan Clara sedang bicara dengan seorang pria di restoran, mengenakan blouse biru laut dan riasan tipis.Dion langsung mengerutkan dahi. “Itu ... bulan lalu kayaknya. Dia ketemu klien.”“Lihat ini,” kata Adrian, lalu maju timeline-nya.Tiba-tiba audio dipotong dan dig
KEESOKAN PAGINYA.Masih dengan wajah penuh kemarahan, Dion mengacak rambutnya sekali lagi. Ia meneguk air putih dari botol yang ada di meja, mencoba menenangkan diri meski dadanya terus naik turun. Sekuat tenaga ia menahan untuk tidak membanting sesuatu lagi.Ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari Clara."Cla—""Aku udah tenang," sahut cepat Clara, suaranya masih terdengar dingin. "Dan aku nggak sebodoh netizen yang langsung percaya video tiga menit dan siluet buram. Tapi Mas Dion, ini udah kelewatan. Gimana bisa kamu nggak sadar dia nyiapin semua ini?""Dia licik, Cla. Aku pun baru tahu. Aku bahkan nggak ingat ada momen itu difilmkan. Waktu itu ... aku benar-benar buta, aku percaya sama dia sepenuhnya. Sekarang aku ngerti, ternyata dari awal dia pelan-pelan nyusun bom waktu buat ngancurin semuanya."Clara menghela napas panjang. “Mas, aku tahu kamu dulu punya masa lalu, dan aku juga tahu kamu pernah sangat mencintai dia. Tapi sekarang? Dia udah mainin nama aku, harga diri aku, bah
KEESOKAN HARINYA Dikediamannya, Rania menyeduh kopi sambil mengaktifkan notifikasi akun Instagram HotFeed.ID. Begitu layar menyala, senyumnya langsung melebar. Video dan artikel yang ia rekam bersama Lisa sudah naik sejak pukul enam pagi tadi. Dalam waktu kurang dari dua jam, unggahan itu sudah disukai lebih dari 240 ribu orang dan komentar membanjiri kolom postingan."Aku nggak nyangka secepat ini viralnya," gumamnya sambil meneguk kopi.Ia menggulir layar, menikmati tiap komentar seolah sedang menyaksikan pentas drama yang ia ciptakan sendiri.[@HotFeed.ID"AKU MASIH DICINTAI, TAPI DIBOHONGI"Eksklusif: Istri Pertama CEO Inisial D.E, Buka Suara, Menangis Ceritakan Kisah Cinta Rahasia di Balik Layar.Dalam video berdurasi 3 menit ini, R*, mantan istri sah dari D.E, menangis sambil menceritakan bahwa pria yang kini tengah dekat dengan pewaris brand fashion ternama, C.J., masih kerap datang ke rumahnya, tidur bersama, bahkan menjanjikan akan memperbaiki hubungan.“Aku pikir kami akan
[Mas Dion, aku jatuh di kamar mandi. Kepalaku kebentur. Aku sendiri di rumah. Tolong datang ke sini, Mas, aku nggak kuat berdiri.]Dion mengerjap. Pesan itu terpampang jelas. Tangannya sempat ingin membalas, tapi ia urung. Dahi Dion berkerut menahan kesalDion menurunkan ponselnya perlahan, tetapi panggilan dari Rania menyala terang di layar.Rania – Calling…Ia mendesah pelan, mencoba mengabaikan. Suara dari podium masih ramai. Pak Togar tengah menjelaskan strategi ekspansi digital di kawasan perumahan baru yang dirancang terintegrasi dengan konsep smart city."Drama apalagi ini?" batinnya. Mata Dion kembali memandangi ruangan rapat yang tengah serius mendengarkan presentasi keuangan.Ia menaruh ponsel di atas meja. Namun belum lima menit, ponsel itu kembali bergetar.Rania – Calling…Dion menekan tombol Reject.Lima menit kemudian, ponselnya kembali bergetar. Matanya melirik sekilas, lantas membuang pandangan saat nama mantan istrinya lagi yang muncul di layar.Rania – Calling…Ia