Share

Surel Jawaban

Author: Nooraya
last update Last Updated: 2024-08-29 13:56:10

Aku memberi isyarat pada ibu agar dia diam. Aku tidak enak jika Rama melihat tingkah dan mendengar omelan ibuku.

“Ibu!”

“Apa, sih?”

“Ibu masuk aja! iya, nanti Rani belikan HP baru, tapi sekarang ibu masuk dulu!”

Ibu benar-benar tidak paham dengan kode yang kuberikan. Dia masih saja mengomel tentang ponselnya yang rusak dan banyak hal lainnya.

Aku tidak bisa membuat ibu masuk ke dalam rumah. Sehingga, mau tidak mau aku yang harus membuat Rama segera pergi dari rumah kami.

“E ... Rama, terima kasih sudah mengantar dan juga mengunjungi Mas Arya!” ucapku pada Rama.

Rama yang sepertinya paham dengan maksudku lantas segera menanggapi. “Oh, iya, kalau begitu ak—”

“Siapa kamu?” tanya ibu tiba-tiba kepada Rama.

Aku, Rama, dan Mas Arya saling menatap bergantian. Tidak lama setelahnya, Rama terlihat membenarkan jas serta dasinya. Dia berdehem terlebih dahulu sebelum akhirnya memperkenalkan diri.

“Saya Rama, Ibu, kenalannya Mas Arya dan Rani,” jawab Rama.

“Kenalan?”—aku melihat ibu memperhatikan Rama dari atas sampai bawah—“kenal di mana? kamu teman teknisinya Arya?” tanya ibu dengan ketus.

“Oh, bukan, Bu, saya yang kemarin membantu Mas Arya waktu kecelakaan, terus tadi tidak sengaja bertemu Rani di kantor pas waktu wawancara kerja.”

“Kamu juga lagi wawancara kerja?” tanya ibu lagi.

Aku sungguh heran kenapa ibuku sangat usil dengan kehidupan orang lain. Padahal, kalau dia sendiri yang ditanya-tanya seperti itu juga pasti sudah marah-marah.

“Bukan, Bu, saya manager di perusahaan tempat Rani wawancara.”

Ibu terdiam setelah mendengar jawaban Rama, dan kembali bersuara beberapa saat kemudian. Kali ini nada bicara ibu sudah sangat berbeda dari sebelumnya.

“Oh ... managernya Rani, toh!”

“Bukan, Rani masih pelamar kerja di sana,” sahutku dengan mengucap tegas setiap katanya.

“Ya gak apa-apa,” ucap ibu yang lantas beralih melihat Rama, “toh, setelah ini Rani pasti akan diterima kerja, ‘kan, Nak Rama?”

Sok kenal, pakai panggilan ‘nak’ segala, batinku. Sementara itu, Rama terlihat sungkan-sungkan menjawabnya.

“E-eh, iya, Bu.”

“Tuh, ‘kan!” seru ibu. “Pokoknya, Nak Rama gak akan menyesal kalau menerima Rani bekerja di tempat Nak Rama, anak ibu ini rajin, ....”

Sumpah, aku malu kepada Rama. Aku menutup mata, menarik napas dalam-dalam, lalu ....

“Rama, maaf sekali, tapi sebaiknya kamu pergi sekarang!”

Ucapanku mungkin terdengar tidak sopan. Namun, tidak ada pilihan lain. Aku tidak mau Rama semakin banyak mendengar hal-hal yang tidak seharusnya dia dengar.

“Eh, iya Ran, aku pergi sekarang,” kata Rama. Sepertinya, dia paham dengan maksud tujuanku berkata demikian. “Ibu, saya permisi dulu!” pamitnya pada ibuku.

“Eh, Nak Rama jangan buru-buru pulang dulu!”

“Maaf, Bu! tapi saya memang sudah harus pergi karena sudah ada janji meeting.”

“Oh, ... gitu?”

“Iya, Bu, permisi!” ucap Rama, “Rani, Mas Arya, sampai ketemu lagi dan semoga cepat pulih, Mas!”

“Iya, terima kasih! terima kasih juga sudah mau mengantar Rani!” balas Mas Arya.

“Bukan apa-apa, Mas, kebetulan memang mau lewat sini juga,” sahut Rama. “Permisi, Mas, Bu, Ran!”—Rama menangkupkan kedua tangannya di depan dada sembari sedikit menundukkan kepala.

“Iya, hati-hati, Nak Rama!” balas ibu, “kapan-kapan ke sini lagi! Ajak jalan-jalan ibu juga boleh.”

“Ibu!”

“Apa sih! orang ibu cuma bercanda, iba-ibu terus kamu itu dari tadi. Emang salah kalau ibu mau diajak jalan-jalan? Ibu, ‘kan, juga butuh refreshing.”

Ibu kembali masuk ke dalam rumah dengan omelannya yang masih menggaung. Sudah tidak ada yang bisa kulakukan selain menghela napas. Aku terlampau lelah untuk berkata-kata. Energiku langsung habis setiap kali menghadapi tingkah ibu.

“Sudah-sudah, sebaiknya kamu juga masuk ke rumah, mandi, makan, lalu istirahat! tadi mas coba masak, kamu rasain, gih! Gak tahu apa masih enak kayak dulu atau gak.”

“Kamu mana pernah gagal masak, sih, Mas! cuma dikasih garam aja masakanmu udah enak.”

“Itu, sih, karena kamu yang bucin banget sama Mas, makanan kayak dikasih air laut aja masih kamu bilang enak.”

Aku dan Mas Arya sama-sama tertawa mengingat kejadian masa muda dulu. Tidak salah apa yang dikatakan Mas Arya, aku memang secinta itu padanya sampai lidahku saja buta rasa.

“Ya sudah, aku masuk dulu, ya, Mas.”

“Hem!”

Setelah wawancara pagi tadi, sore harinya aku sudah langsung mendapatkan surel jawaban. Isinya membuatku menganga terkejut, karena ternyata aku diterima bekerja di kantor ritel itu. Hanya saja, ada hal yang membuatku heran.

“Eh, kok posisinya bukan posisi yang kulamar?”

Aku yang sebelumnya melamar untuk posisi staf managemen terkejut saat tahu bahwa aku diterima sebagai asisten manager. Artinya, aku akan menjadi asisten Rama yang selaku manager.

Kuturunkan kembali pundakku dan kuhapus senyumanku. Aku bingung dengan yang terjadi sekarang. Berulang kali kubaca pesan elektronik itu, tapi tulisannya sungguh begitu dan aku sama sekali tidak salah baca.

“Bagaimana, Sayang? Sudah dapat balasan dari perusaan tempat kamu wawancara?”

Aku kaget Mas Arya tiba-tiba masuk ke kamar dan bertanya demikian. “I-iya, Mas.”

“Oh ya? Terus, apa hasilnya?”

Aku tidak mengerti kenapa rasanya begitu berat untuk mengatakannya. Aku bahkan sampai mengepalkan tangan dengan kuat hanya untuk berkata ... “Iya, aku diterima.”

“Wah! Selamat, Sayang!” ucap Mas Arya yang langsung meraih tanganku untuk digenggam. “Apa aku bilang, usia kamu itu tidak akan menutupi kualitas kamu, Ran.”

Kupaksa dua sudut bibirku untuk naik. “Iya, Mas.”

Aku tahu bahwa ada yang salah dari ini. Namun, aku bingung bagaimana harus menyikapinya.

Aku harus menanyakan kejelasannya lebih dulu. Takutnya, ini memang kesalahan teknis HRD. Tidak mungkin, bukan, Rama sengaja menempatkanku pada posisi ini? ... iya, tidak mungkin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   Kiriman Terus Datang

    Setelah mendapat pesan dari Mas Arya, kini pikiranku tidak bisa lagi fokus pada rapat. Ketika melihat foto perabotan-perabotan renovasi kamar Rico yang dikirim oleh Mas Arya, aku sadar akan sesuatu.Aku tidak bisa menjelaskan banyak hal ke Mas Arya. Hanya bisa menghindarinya untuk sementara waktu dan menjadikan rapat sebagai alasan. Setelah rapat selesai, aku menyanding Rama, mengikuti langkahnya dan berjalan disampingnya. Aku tunjukkan foto dari Mas Arya kepada Rama. “Pak, Bapak yang kirim ini ke rumah saya?”Rama melihat foto itu. “Oh, sudah datang?”Aku sontak menatap Rama. Aku tidak mengerti. “Pak ... untuk apa?”“Bukannya kamu bilang Rico menyukai itu?”“I-iya, tapi ... tapi kenapa Bapak membelikannya?” “Tentu saja sebagai hadiah dari saya untuk Rico.” Rama lantas menghentikan langkahnya dan berbalik menghhadapku. “Saya harap kamu ataupun Mas Arya gak menolaknya. Saya tulus mau kasih hadiah ke Rico. Saya mau Rico senang.”Kami saling menatap mata satu sama lain cukup lama dan

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   New Energy

    Aku berbisik di dekat telinga Mas Arya. “Bersiaplah Mas ....” Lalu, kulumat mesra cupingnya.Ah, aku bisa mendengar helaan napas Mas Arya yang begitu sexy. Aku rindu, rasanya seperti sudah cukup lama tidak mendengarnya.Aku lepas lumatanku dan menjauhkan kepalaku darinya dengan posisi masih menduduki tubuh Mas Arya yang terbaring. Kupandangi wajahnya yang ada di bawahku. “Ternyata aku kangen banget sama kamu, Mas.”“Mas juga kangen sama kamu, Ran.”Kami sama-sama tersenyum. Aku tahu kami saling menginginkan satu sama lain. Sehingga, tanpa menunda lagi akhirnya kukecup bibir Mas Arya.Tidak cukup sekali, aku mengecupnya berkali-kali hingga lambat laun kecupan itu menjadi jauh lebih panas dan berubah jadi lumatan yang penuh gairah. Tanganku pun dengan reflek menarik tangan Mas Arya, menggenggam dan menjatuhkannya di samping kanan-kiri kepalanya. Malam ini ... aku yang memegang kendali.Puas dengan saling melumat di bibir, kini aku mulai menginginkan lebih. Aku mulai bergerak di atas Mas

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   Ketahuan 🔞

    Anakku, Rico, berlari menghampiriku dan memelukku. Dia lantas bertanya, “Ibun, Ibun kenapa makan di sini?”Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya. Kulihat Mas Arya hanya diam sambil menatapku.“Ibun ....” Baru aku mau mencoba memberi alasan, Mas Arya sudah lebih dulu menyela.“Rico, katanya mau es krim, ayo kita beli! Biar ibun di sini dulu selesaikan makannya.”“Iya, Yah,” ucap Rico pada Mas Arya. Setelah itu, dia kembali menatapku dan bicara. “Ibun, Rico beli es krim sama ayah dulu, ya. Ayo, Yah!” Mas Arya mengangguk sambil tersenyum. “Ayo.” Sementara Rico sudah berlari memasuki toko, Mas Arya berkata padaku, “Kamu habiskan dulu saja makananmu, gak usah buru-buru, aku tunggu. Nanti kita pulang bareng.”“Iya, Mas,” sahutku.Mas Arya berlalu meninggalkanku, menyusul Rico masuk ke dalam toko. “Sial!” umpatku dalam batin, “kenapa harus ketahuan?”Sepanjang perjalanan pulang sampai kami tiba di rumah, Mas Arya terlihat tidak banyak bicara. Dia bahkan hanya diam ketika kami hanya be

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   Dukungan

    Sambil menikmati makan siang, Rama bercerita cukup banyak mengenai keluarganya. Hal itu membuatku tahu seperti apa posisi Rama di keluarga Saddam Rusli yang sebenarnya serta seperti apa hubungannya dengan Ashle. Mengenai status Rama di keluarga Rusli, semuanya persis seperti yang sebelumnya pernah diceritakan Amel padaku. Dan mengenai Ashle, dia adalah adik kandung Rama. Setelah meninggalkan keluarga Rusli, beberapa tahun kemudian mama Rama menikah dengan orang asing dan meninggalkan Indonesia. Dari pernikahan itulah Rama lantas memiliki Ashle sebagai adik perempuannya.Saat bercerai, kedua orang tua Rama sepakat bahwa Rama akan ikut mamanya. Meskipun papa Rama tidak setuju, tapi pada akhirnya dia membiarkan mantan istri keduanya membawa putra mereka. Barulah setelah mama Rama meninggal, Rama yang saat itu berusia belasan kembali diambil sang Papa dan dibawa pulang ke Indonesia. Keluarga besar Rusli tentu saja tidak sepenuhnya menerima kedatangan Rama. Walaupun pernikahan kedua ora

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   Ashle dan Joe

    Mobil Rama sudah kembali terparkir di depan salah satu toko penjualan milik Glow-H. Ini adalah toko kedua yang kami datangi hari ini. “Ayo!” ajak Rama untuk turun dari mobil.“Rama, ini kita masih harus pura-pura jadi suami istri seperti tadi?” tanyaku. Rama pun mengangguk. “Tidak bisa kah kita pura-pura jadi saudara saja? atau, kalau tidak, kita sebagai diri sendiri saja, sebagai teman.”“Saudara dan teman macam apa yang ke store peralatan rumah tangga seperti ini?” balas Rama bertanya, “orang justru bisa curiga kalau kita sedang menyamar, atau mungkin mereka akan berpikir kita ini dua orang yang sedang berselingkuh dan tengah merencanakan tinggal bersama.”Perkataan Rama membuatku bergidik. Kalimat itu terdengar sangat menyeramkan. Namun, apa yang dikatakan Rama memang masuk akal. Jika aku jadi pelayan tokonya, mungkin aku juga akan berpikir bahwa kami adalah pasangan. Jika bukan pasangan sah, maka artinya pasangan selingkuh.“Sudah, ayo turun!” ajak Rama lagi.Kali ini aku tidak b

  • Suamiku Anak Buangan Kaya Raya   Perasaan Aneh

    “Ibu pulang!”“Ibu!”Aku tiba di rumah dan langsung disambut oleh pelukan putra tersayangku. Sepertinya, situasi saat ini yang mengharuskanku meninggalkan rumah hampir setengah hari, sama-sama terasa asing untuk kami berdua yang biasa bersama hampir sehari penuh.Aku yang biasanya menemani Rico bermain, yang biasanya menemani dia tidur siang, dan yang biasa mengejarnya agar segera mandi sore tiba-tiba saja tidak melakukannya. Rasanya aneh, seperti aku telah kehilangan sesuatu. Mungkinkah Rico juga merasakan perasaan aneh yang sama seperti yang kurasakan?“Anak ibu sudah makan malam belum?”—aku mengangkat kantung plastik yang kubawa—“ini, ibu bawa makanan Jepang buat Rico sama ayah, buat nenek juga.”“Yeay! Makanan Jepang!” Rico berseru senang, tapi tidak lama kemudian dia tampak berpikir. “Kayak gimana itu, Bu, rasanya makanan Jepang?” tanyanya kemudian.Aku dan Mas Arya tertawa karena gemas. Hanya saja, di balik tawa itu aku merasa sedikit sedih. Rico belum pernah mencoba berbagai m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status