Suamiku Anak Buangan Kaya Raya

Suamiku Anak Buangan Kaya Raya

last updateLast Updated : 2024-11-15
By:  NoorayaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
439views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Rani mau tidak mau harus kembali bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta membiayai pengobatan suaminya. Keadaan sulit itu diperparah dengan datangnya sosok orang ketiga dan sang ibu yang terus mendesaknya untuk bercerai. Namun, sekuat tenaga Rani berusaha untuk mempertahankan pernikahannya.

View More

Chapter 1

Rutinitas Pagi

“Ibu pikir, diajak pindah ke Jakarta itu karena di sini sudah punya rumah gedongan, tahunya cuma rumah kecil di gang kampung kayak gini.” Sama seperti pagi sebelumnya, omelan pagi ini datang dari ibuku yang baru keluar dari kamarnya. “Mana listrik gampang mati, gak ada AC, kalau musim hujan banjir.”

“Ibu!” tegurku, “sudah seminggu, loh, Ibu ngomel gini terus, gak capek apa? Masih untung Mas Arya bisa kasih kita tempat tinggal layak, terlebih lagi ini bukan kontrakan tapi rumah kita sendiri, harusnya Ibu itu bersyukur!”

“Idih, layak apanya kalau setiap musim hujan kebanjiran. Bersyukur-bersyukur, apanya yang mau disyukuri?”

Panas, aku tidak tahan lagi. “Bersyukur karena sudah kami ajak tinggal bersama di Jakarta, jadinya Ibu gak harus jadi gembel di Yogja.”

“Eh-eh-eh, kamu ini kasar ya, sama ibu. Kenapa? Gak ikhlas kamu ajak ibu ke sini? Diungkit terus."

“Ibu juga itu mulu yang diungkit-ungkit.”

Aku sudah muak mendengar ocehan ibu yang sama dan terus diulang setiap harinya. Bukan salahku jika dia harus tinggal di rumah sederhana seperti ini bersama aku dan keluargaku. Semua ini salah ibuku sendiri.

Sebelum Ibu datang, kehidupanku bersama suami dan juga anakku berlangsung cukup damai dan bahagia. Namun, tiba-tiba kami mendengar kabar bahwa rumah dan tanah peninggalan bapak di Yogjakarta disita oleh bank.

Semua bermula dari ibu yang terlalu tamak dan mata duitan, sampai ia berani menggadai sertifikat rumah dan tanah demi arisan bodong. Suamiku yang tidak tega dan tidak enak jika ibu harus menumpang tinggal di rumah saudara akhirnya mengajak ibu tinggal di Jakarta.

Pada saat itu ibu langsung mengiyakan karena gengsinya yang terlalu tinggi. Dia takut harga dirinya diinjak oleh adik-adiknya jika terus menumpang ataupun harus mengontrak rumah.

Ingin sekali aku berteriak menyebutkan fakta tersebut di depan ibu. Namun, untungnya aku masih punya adab. Terlebih lagi, suamiku melarangku untuk membahas hal ini di depan ibu.

Kata suamiku, takut ibu sakit hati, sedih, dan merasa bersalah. Padahal, kalau aku boleh bilang, ibu itu seperti tidak ada rasa bersalahnya.

Sungguh, kalau dipikir-pikir, suamiku ke ibu itu tidak ada kurangnya. Namun, entah kenapa ibuku seperti sangat membencinya.

“Coba saja, Ran, kamu itu dulu nikah sama anaknya pak Kades, pasti gak akan seperti ini kita sekarang.”

“Bu, tolong jangan itu lagi!”

“Loh, benar, ‘kan? Anaknya pak Kades itu kaya, tanahnya di mana-mana, dia pejabat pajak juga.”

“Dia sudah punya istri.”

“Ya, gak apa-apa, memangnya kenapa? yang penting kita gak melarat seperti sekarang.”

Sudah cukup, aku sudah tidak bisa sabar lagi. “Bu, stop!” Pada akhirnya nada tinggiku keluar. “Rani itu sudah sangat bahagia dengan pernikahan Rani, punya suami seperti Mas Arya yang sayang dan bertanggung jawab sama anak istri itu sudah sangat cukup, Rani gak perlu orang lain.”

Aku banting pisau dan sawi yang awalnya ingin kupotong. Kutinggalkan dapur dan berjalan ke depan, menuju teras rumah untuk menghirup udara segar.

Baru satu langkah kakiku meninggalkan dapur, aku dikejutkan oleh sosok Mas Arya yang sedang berdiri di dekat pintu dapur. “Astaga! Mas Arya!”

Mas Arya tersenyum padaku. “Maaf! Mas ngagetin, ya?”

“M-Mas, kok, masih di sini? Bukannya tadi sudah berangkat?” tanyaku gugup.

Sepertinya Mas Arya sudah mendengar semuanya. Pertengkaranku dengan ibu, terlebih kata-kata kasar ibu yang ditujukan kepadanya.

“Mas lupa bawa bekal dari kamu, maaf, ya!” kata Mas Arya.

Sungguh, orang selembut mas Arya, bagaimana bisa ibuku tidak menyukainya. “Iya, Mas gak perlu minta maaf! Sebentar, biar Rani saja yang ambilkan bekalnya.”

Tidak akan kubiarkan Mas Arya bertemu langsung dengan ibu. Aku tidak mau pagi Mas Arya diisi oleh muka masam ibu.

Setelah beberapa saat, kuberikan kotak bekal yang biasa dibawa Mas Arya ke kantor. “Ini, Mas.”

“Iya, terima kasih, ya, Sayang!”

CUP!

Kecupan kedua di keningku pagi ini kudapat dari Mas Arya. Sudah Tujuh tahun kami menikah dan kebiasaan seperti itu selalu kami lakukan setiap harinya, tapi tidak sedikit pun aku merasa bosan. Justru, yang kurasakan setiap harinya adalah perasaan cinta yang terus bertambah.

“Hati-hati, Mas!”

“Iya, kamu juga jangan terlalu stress! Yang sabar. Lusa kita jalan-jalan bertiga.”

Mas Arya memang selalu tahu apa yang aku butuhkan. Dia selalu bisa mengembalikan mood bahagia dan membuatku tersenyum lagi. Aku sungguh beruntung menikah dengan Mas Arya.

Dulu, banyak orang yang menentang hubunganku dengan Mas Arya karena latar belakangnya yang tidak jelas. Sebab, Mas Arya berasal dari panti asuhan dan tidak diketahui siapa orang tuanya.

Orang-orang bilang aku akan menyesal suatu hari nanti. Namun, nyatanya yang kurasakan saat ini berbanding terbalik dengan prediksi mereka.

Aku sama sekali tidak merasakan penyesalan apapun. Aku justru bersyukur karena sudah mempertahankan Mas Arya. Aku sangat bahagia menjadi istri Mas Arya.

Sudah sekitar 30 menit setelah Mas Arya pergi. Ponselku tiba-tiba berdering dan menampakkan nama ‘Suamiku’ di layarnya.

Perasaanku sedikit tidak enak. Tidak biasanya Mas Arya menelepon saat tiba di tempat kerja. Biasanya dia hanya akan mengirim pesan saja.

“Iya Mas, kenapa? Ada yang ketinggalan lagi?” tanyaku setelah menerima panggilan telepon tersebut.

“Maaf, benar ini dengan istri yang punya nomor ini?”

Aku kaget karena bukan suara Mas Arya yang menjawab. “Hallo, ini siapa, ya? Suami saya mana?”

“Itu, maaf sebelumnya! Suami Ibu mengalami kecelakaan dan saat ini masih dalam perjalanan ke rumah sakit, suami sama anak Ibu tidak sadarkan diri.”

“Ha?”

Lemas, aku langsung mendudukkan diri di tepi tempat tidur.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
16 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status