Share

Bertemu dokter Niko

Viona hanya diam saat di periksa dokter Niko. Matanya yang sembab sudah membuktikan jika ia baru selesai menangis setelah membersihkan dirinya di kamar mandi.

Disini tak ada Melvin. Pria itu tadi di panggil nyonya Amber hingga sudah 30 menit berlalu ia masih belum datang.

Tentu saja dokter Niko yang juga teman bagi Melvin merasa canggung berdua di kamar ini dengan Viona yang tak memiliki pikiran negatif.

"Seharusnya saat terkilir tadi kau jangan paksakan berjalan. Itu makanya jadi bengkak seperti ini!" Jelas dokter Niko melihat-lihat kondisi kaki kiri Viona.

Gadis cantik itu hanya diam membiarkan dokter Niko memegang kakinya tapi masih dalam batas normal.

"Aass!!"

Viona mendesis saat dokter Niko tak sengaja memencet bagian pergelangannya yang bengkak.

"Maaf, tapi ini harus di benarkan! Apa kau bisa tahan sebentar?"

"Apa tak bisa dibiarkan saja dan sembuh sendiri?" Tanya Viona polos. Seketika dokter Niko tersenyum tipis dengan pertanyaan gadis ini.

Tapi, yang ditanyakan Viona itu bukan tertuju pada kakinya melainkan hal lain yang menyangkut perasaan.

"Nona Viona! Kau bukan penyihir yang bisa menyembuhkan diri sendiri. Tentu saja luka seperti ini harus segera di tangani jika tidak kakimu bisa diamputasi."

"Amputasi?" Syok Viona karna tadi ia hanya sedikit oleng tapi nyatanya itu beresiko.

Pria berjas putih dengan kacanata dan senyuman hangat itu seketika gemas melihat mata bulat Viona melebar. Dokter Niko memang blasteran indo Belanda hingga wajahnya tak kalah dengan Melvin. Mereka sama-sama memiliki keunggulan sendiri.

"Itu karenanya kau harus menurut. Sakit sebentar itu tak masalah dari pada kau dilema tak punya kaki selama bertahun-tahun. Mau?"

"Tidak mau!" Jawab Viona menggeleng seperti anak kecil. Dokter Niko tersenyum geli membuat pipinya terangkat manis.

"Genggam atau gigit selimutmu untuk meredam rasa sakit!"

"A..apa begitu sakit?" Tanya Viona masih ragu-ragu. Dokter Niko menggeleng, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kerjanya.

"Ini!"

Dahi Viona mengkerut melihat ada mainan bebek-bebekan karet yang biasa di pakai untuk mandi.

"Untuk apa?"

"Gigit jika terasa sakit!" Pinta dokter Niko memberikan itu ke tangan Viona yang agak ragu-ragu menerimanya.

"Kau siap?"

"Hm," Jawab Viona mengangguk masih memeggang mainan bebek itu. Dokter Niko dengan hati-hati memeggang pergelangan kaki Viona yang sudah bengkak dan membiru.

Dengan perlahan-lahan ia putar sedikit sampai Viona terperanjat segera mengigit mainan itu. Tapi, karna ditekan gigi Viona tentu bebek itu berbunyi hingga Viona menahan geli sekaligus sakit.

"Sekali lagi! Ingat, gigit yang benar agar suaranya merdu!" Kelakar dokter Niko membuat Viona tak lagi takut.

Pria berkepribadian hangat itu kembali memutar pergelangan kaki Viona dan kali ini agak kuat hingga bunyi bebek itu kembali meracau.

Antara ingin tertawa dan sakit bercampur aduk membuat Viona lupa dengan sakit di hatinya. Dokter Niko-pun tak bisa menyembunyikan kekehannya saat setiap ia memutar pergelangan kaki si mungil ini maka suara bebek terjepit itu mengocok perutnya.

Setelah beberapa lama, dokter Niko sudah berhasil melenturkan pergelangan kaki Viona yang seketika langsung tertawa kecil memeggang bebek yang sudah lecet.

"Ini...ini konyol!!" Ucap Viona masih tertawa kecil seraya mengusap sudut matanya yang berair.

Dokter Niko juga sama. Ia mengambil nafas dalam agar menyudahi kegelian ini dan barulah ia mengeluarkan salep di dalam tasnya.

"Ini! Oleskan ke pergelangan-mu agar cepat sembuh!"

"Ini sudah sembuh-kan?" Tanya Viona memutar-mutar pergelangan kakinya yang sudah tak begitu sakit.

Dokter Niko meletakan salep itu di atas nakas dekat ranjang. Ia tatap wajah cantik Viona yang tak membuat orang bosan memandangnya.

"Masih belum. Jangan dipaksakan berjalan dulu. Mengerti?"

"Mengerti," Jawab Viona dengan anggukan patuhnya. Dokter Niko tersenyum tipis. Ia menatap bebek mainan di tangan Viona yang sadar belum mengembalikannya.

"Ini! Terimakasih pak dokter!"

"Ambil saja. Lagi pula sudah ada bekas gigimu di sana," Kelakar dokter Niko membuat Viona bersemu malu.

"Nanti ku ganti. Aku.."

"Sudahlah. Ambil saja! Besok-besok kalau kau sedang sakit bisa gunakan cara yang sama," Sela dokter Niko santai.

Seketika Viona senang. Ia tak lupa berterimakasih pada dokter Niko yang begitu bersahabat dan sangat terbuka.

"Terimakasih, pak dokter!"

"Satu lagi. Jangan panggil aku pak, ok? Usiaku sama dengan suamimu itu," Jengkel dokter Niko tapi Viona bingung mau memanggil apa.

Tahu akan isi pikiran Viona, dokter Niko tentu tak segan memperkenalkan namanya. Ia dengan ringan mengulurkan tangan pada Viona.

"Niko! Panggil saja Niko!"

"Viona!" Timpalnya menyambut jabatan tangan itu tak kalah ramah. Dokter Niko hanya menggeleng saja segera mengemas barang-barangnya bersiap untuk keluar tapi, tiba-tiba Melvin baru datang.

"Sayang!"

Panggilnya pada Viona yang seketika tak lagi seceria tadi. Perubahan raut wajah Viona dapat di tangkap oleh dokter Niko yang seketika beralih menatap Melvin.

"Kau kemana saja?"

"Tadi mommy membutuhkan aku. Bagaimana dengan istriku? Kakinya.."

"Sudah selesai. Kakinya akan sembuh dalam beberapa hari," Sela dokter Niko sesekali menatap Viona yang kembali diam.

Ia pamit pergi pada Melvin yang hanya mengangguk membiarkan teman masa kecilnya itu pergi dan barulah ia mendekati Viona.

"Sayang! Bagaimana? Apa sudah lebih baik?"

"Sudah," Singkat Viona tapi tak memandang Melvin. Ia lebih tertarik pada mainan bebek yang tadi diberikan dokter Niko.

Ada seuluas senyum geli di bibirnya melihat ada bekas gigitan di benda ini. Melvin yang juga melihat itu tahu jika ini dari dokter Niko.

"Niko memang seperti itu. Dia pria yang konyol dan suka bercanda. Pasti dia memberimu ini-kan?"

"Iya," Jawab Viona mengangguk saja masih tak mau melakukan kontak mata dengan Melvin yang merasa gusar.

Ia mulai perlahan menggenggam satu tangan Viona lembut bahkan Viona bisa merasakan kesenduan pria ini.

"Kau masih marah? Sayang!"

Viona tetap diam. Matanya mulai memanas karna sekuat apapun ia menahan pasti akan tetap luruh juga.

"Maafkan aku! Aku janji aku tak akan seperti itu lagi, hm? Janji!"

"K..kau sama sekali tak mau bercerita denganku. Banyak hal yang..yang tak ku tahu darimu," Lirih Viona parau menunduk dengan air mata yang menetes.

Melvin segera memeluknya. Pria dengan bahu lebar ini mengukuhkan kepala Viona di sana.

"Aku rasa hal itu tak penting. Aku tak ingin membebanimu apalagi kita baru menikah. Aku ingin kita nikmati saja masa-masa pernikahan kita tanpa memikirkan masalah kecil seperti itu, Sayang!"

"Tapi, aku jadi istri yang konyol!! Aku tak mau di banding-bandingkan dengan Hellen mantan kekasihmu itu!!" Bantah Viona memukul halus bahu Melvin yang seketika heran.

"Siapa yang membanding-bandingkanmu dengan dia? Katakan! Aku akan memberinya pelajaran agar.."

"Mommymu!" Sela Viona membuat ucapan Melvin terhenti. Pria itu menakup kedua pipinya dalam raupan tangan besar itu.

"Mommy?"

"Hm, mommy!" Jawab Viona mengangguk. Melvin diam sejenak, ia masih belum berpikiran negatif soal ibunya.

"Sayang! Mungkin, mommy hanya teringat tentang dia saja. Jangan terlalu di pikirkan."

"Tapi.."

"Susst! Sekarang kau istirahat. Besok aku akan menemai mu full seharian, bagaimana?" Sela Melvin mengecup kilas bibir manis Viona yang seketika berbinar.

"Benar ya? Besok temani aku."

"Iya, janji!" Jawab Melvin membaringkan Viona di atas ranjang dengan hati-hati. Viona yang tak sabar menunggu momen besok hari hanya menuruti Melvin yang memaksanya tidur.

....

Vote and like sayang..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status