Share

Di tinggalkan

Penulis: Wilia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-07 13:48:38

Ntah memang di sengaja atau lupa, Melvin meninggalkan Viona di depan rumah sakit. Karena kaki yang terkilir dan sakit itu, Viona tadi tak bisa buru-buru mendekati mobil hingga ia di tinggal pergi begitu saja.

Para media yang tadi ada di depan rumah sakit seketika memburu Viona yang berusaha menghindar tapi, tetap saja kamera itu merekam dirinya yang sedang berdiri di depan pintu rumah sakit.

"Kenapa kau di tinggalkan tuan Melvin?"

"Kasihan sekali kau nona!"

Mereka seperti terbagi menjadi dua kubu. Ada yang mengasihani Viona dan ada pula yang memanas-manasi suasana. Viona hanya diam, ia memilih untuk bungkam berusaha menutupi wajahnya yang terus di sorot kamera para media.

Dua suster yang tadi mengambil obat di dalam rumah sakit segera berlari mendekat berusaha menolong Viona yang bertubuh kecil jadi mereka mudah mendesak-desak wanita itu.

Karna melihat media semakin tak tertip, salah satu Suster itu memanggil penjaga yang semula juga ingin mengamankan tapi ntah mengapa mereka jadi diam di tempat.

"Pak! Tolong amankan dulu semua ini!!"

Dua penjaga itu hanya diam pura-pura tak mendengar. Alhasil, karna tak mau terus di rekam dan di tanyai banyak hal akhirnya Viona menyelinap diantara keramaian dan berlari ke luar gerbang rumah sakit.

Dua Suster itu berusaha menahan media agar Viona bisa lari sejauh mungkin. Sementara Viona, ia menahan sakit di kedua kakinya seraya menyusuri jalan kota Jakarta yang begitu padat apalagi cuaca tengah terik.

Air matanya yang tak bisa ia cegah keluar terus membanjiri pipinya hingga beberapa pengendara yang melihat itu sempat menyapa tapi Viona hanya menggeleng berusaha tersenyum.

Dirasa sudah menjauh dari rumah sakit itu, Viona memilih berhenti di sebuah taman yang ada tak jauh dari jalanan.

"K..kakiku!"

Viona mendesis merasakan sakit di kedua kakinya yang benar-benar nyeri saat di paksa berjalan.

Ia duduk di bangku yang ada di pohon di dalam taman yang sepi karna memang ini sudah siang. Hanya riuh kendaraan di jalanan sana yang masih terdengar hiruk.

Viona diam sejenak, di tatapnya ponsel yang sedari tadi ia pegang di tangannya  dengan nanar dan penuh kesedihan.

"Bahkan, sampai sekarang kau masih belum mencariku," Gumam Viona memejamkan matanya untuk meredam kepedihan.

Tiba-tiba saja Viona ingat ucapan nyonya Amber. Seketika dugaan yang tak pernah muncul itu tiba-tiba terlintas di benaknya.

Apa mungkin Melvin tak benar-benar mencintaiku?! Apa Hellen masih ada di hatinya?!

Batin Viona bertanya-tanya penuh rasa sakit. Tapi, sedetik kemudian ia sadar jika pemikirannya terlalu jauh.

"Tidak, mungkin dia terlalu cemas dengan ibunya hingga tak sempat memikirkan aku. Yah, pasti seperti itu," Gumam Viona mencoba berpikiran positif.

Ia  berusaha tak membuat persepsi negatif karna mereka baru menikah semalam. Tak mungkin ia membuat keributan karna hanya masalah kecil ini.

"Sebaiknya aku menelpon Melvin! Mungkin sekarang dia sudah di kediaman dan dalam perjalanan mencariku," Imbuh Viona menelpon pria itu.

Panggilan pertama tak di jawab sama sekali. Viona masih mencoba hingga panggilan ke empat barulah tersambung.

"Hallo!"

"Melvin! Kau dimana?"

"V..Viona? Sayang kau.."

Melvin seperti terkejut akan suaranya barusan.

"Melvin! Aku..."

"Astaga! Aku pikir kau tadi ada di mobil. Aku baru sadar, sayang! Maaf!"

Degg..

Seketika hati Viona terasa tercabik-cabik. Setelah sekian lama berlalu ternyata Melvin baru sadar jika ia tak ada di mobil. Apa kehadirannya memang tak sepenting itu?!

"Sayang! Maafkan aku. Aku akan menjemputmu nanti. Sekarang aku antar mommy pulang dulu, ya?"

Viona hanya diam. Di usapnya air mata itu dengan satu kalimat mengakhiri percakapan mereka.

"Viona! Sayang!"

"Yah!"

Viona langsung mematikan sambungan. Ia remas dadanya kuat-kuat berharap rasa sakit ini bisa usai dan lebih berbelas kasih padanya.

"S..sudahlah. Tak apa, kau hanya akan menunggu sebentar," Gumam Viona menyemangati dirinya sendiri. Ia menunggu seraya melihat-lihat disekitar taman yang sunyi.

Sesekali Viona melihat ponselnya berharap ada panggilan baru dari Melvin tapi nihil. Satu pesan saja dari pria itu tak masuk di notifikasi ponselnya.

Hampir satu jam Viona disini. Ia ingin memesan angkutan tapi, khawatir nanti Melvin sedang dalam perjalanan.

"Apa aku mencari angkutan umum saja?!" Tanya Viona pada dirinya sendiri. Langit yang tadinya cerah juga perlahan mendung pertanda akan turun hujan.

Menunggu sebentar lagi maka ia akan terkepung dan basah kuyup disini. Karna beberapa kali menimbang-nimbang keputusannya barulah Viona memesan angkutan untuk pulang sendiri.

"Sss..sakit!! Kenapa terasa begitu nyeri?!" Desis Viona ingin berdiri berpegangan ke ujung bangku taman.

Setelah berusaha keras, akhirnya Viona kembali memaksakan dirinya berjalan ke arah luar taman.

Gadis malang itu berdiri di tepi sana menahan debu dan asap barulah datang ojek yang ia pesan.

"Nona yang tadi pesan?" Tanya pria paruh baya yang tampak heran melihat gadis secantik Viona bisa sendirian disini.

"Pak! Bisa antar saya ke kediaman Harrison?"

"Bisa, Nona! Tapi itu kakinya.."

Viona menggeleng dengan tatapan mengisyaratkan, ia baik-baik saja. Alhasil pria itu pasrah memberikan helmnya ke tangan Viona yang juga pernah naik angkutan seperti ini.

"Nona! Kenapa sendirian? Baru pulang sekolah-ya?"

Seketika Viona tersenyum kecil. Ia sudah sering dikatai masih seperti anak SMP, SMA yang berkeliaran.

"Oh iya. Kalau baru pulang seharunya pakai seragam-kan, nona?" Tanya pria itu membiarkan Viona memegang bahunya untuk naik ke atas motor.

Viona hanya bisa duduk membujurkan kakinya. Ia berpeggangan ke bahu bapak ini karna memang masih seperti anak remaja.

"Nona cantik! Maaf  ya,  kalau saya cerewet!" Segan pria itu merasa malu.

"Tak apa, pak! Lagi pula saya lebih suka seperti itu," Jawab Viona santai.

Dari aroma harum yang tercium di tubuh Viona dan kecerahan kulit gadis ini. Tentu saja ia tampak bukan dari keluarga sembarangan.

"Nona kenapa ke kediaman Harrison?"

Viona bingung mau menjawab apa. Tentu acara pernikahannya semalam memang dikenal tapi bukan dari kalangan bawah karna mereka pasti juga sibuk tak melihat berita.

"Pak! Punya anak perempuan juga, ya?"

Viona berusaha mengalihkan topik. Dan tentu itu berhasil mengamankan suasana.

"Iya, Nona m! Masih SMA sama seperti, Nona! Tapi, nona sangat cantik, berbeda dengan anak saya!"

"Semua gadis itu cantik, pak! Lihat saja nanti kalau dia sudah bekerja. Pasti saya kalah cantik," Sopan Vania dan pria itu mangut-mangut saja.

Mereka berbincang kecil menikmati perjalanan. Viona lebih nyaman seperti ini dari pada bertemu banyak orang kelas atas tapi berpikiran sempit.

Karna terlalu asik bicara, Viona tak sadar Melvin menelepon apalagi suara riuk kendaraan yang membuatnya menuli.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jengk Momy Shakira
keren kk novel nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Anak Mommy   Ternyata benar

    Tangan Viona gemetar memeggang test pack yang menampilkan dua garis merah. Viona bukanlah orang awam sampai tak tahu maksud dari tampilan benda itu sampai matanya mulai berkaca-kaca. "Kau sudah selesai?" Suara dokter Niko di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Bibir Viona bergetar hingga isak tangisnya luruh di depan kaca wastafel. Dokter Niko yang mendengar itu dari luar bergegas membuka pintu. "Viona!" Menghampiri wanita itu. Kedua tangannya memeggang bahu Viona yang bergetar sampai pupil matanya melihat dua garis test pack di tangan Viona. "A..aku..aku hamil.." Lirih Viona bergetar menatap dengan air mata wajah tenang dokter Niko. Sakit saat mendengar kabar jika wanita yang ia cintai hamil anak orang lain. Tetapi, di samping itu dokter Niko bahagia. "Yah. Kau hamil. Lalu, kenapa menangis, hm?" Mengusap pipi cubby menggemaskan Viona yang menggeleng tak tahu harus bagaimana. Antara senang dan s

  • Suamiku Anak Mommy   H..hamil?

    Viona sudah di bawa ke apartemen miliknya oleh dokter Niko. Sesampainya di sana Viona berbaring sedangkan kopernya sudah dibawa ke walkcloset oleh dokter Niko yang menata pakaian Viona di lemari karena wanita itu sedang istirahat. "Apa kepalamu masih pusing?" Tanya dokter Niko dari ruang ganti. Viona tak menjawab. Dokter Niko buru-buru menyelesaikan pekerjaannya lalu keluar. Tapi, Viona tak ada di atas ranjang dan suara muntah seseorang di kamar mandi menyita perhatian dokter Niko. "Viona!" "Hoeekmm!!" Muntah di wastafel dengan keadaan lemah.Dokter Niko segera menopang bahu Viona yang ingin tumbang hingga tubuh wanita itu bersandar padanya. Wajah Viona pucat dengan perut bergejolak dan kembali memuntahkan isi perutnya walau hanya lendir putih yang keluar. "Hoeekmm..p..pergilah. A..aku muntah," Lirih Viona berusaha mendorong bahu kokoh dokter Niko yang tak bergerak sama sekali. Tak ada rasa jijik atau muak karena perasaan cemas lebih mendominasi. "Keluarkan saja. Aku akan memij

  • Suamiku Anak Mommy   Punya kepribadian ganda

    Sudah satu minggu lamanya Melvin mendampingi nyonya Amber di kediaman Harrison. Wanita paruh baya itu tak bisa keluar dari kamarnya dan hanya berbaring di atas ranjang dengan selang infus melekat. "Mom! Apa sudah baikan?" Tanya Melvin duduk di samping ranjang seraya menyuapi nyonya Amber bubur. "Kau pasti sangat repot ya, nak?" Mulai berkaca-kaca dengan wajah pucat dibuat-buat. "Mom! Bukan seperti itu. Aku ingin mommy sehat seperti semula," Ucap Melvin menggenggam tangan nyonya Amber penuh kasih sayang. Yah, Melvin memang sangat dekat dengan nyonya Amber di banding dengan adiknya yang sampai sekarang tak pernah memberi kabar apapun. "Seandainya Vero sama sepertimu, mommy pasti akan sangat bahagia." "Vero masih kuliah di luar negeri. Dia akan pulang sebentar lagi, mom! Jangan khawatir," Jelas Melvin mengusap lembut punggung tangan wanita itu. Nyonya Amber mengangguk. Sebenarnya ia jiga berharap seperti itu tapi Vero tak pernah mau pulang sama sekali. "Mom! Istirahatlah. Aku akan

  • Suamiku Anak Mommy   Membunuhnya

    Cahaya mentari di atas sana dengan lantang mengusik sepasang manusia yang masih asik berpelukan. Viona membuka matanya perlahan terbuka dan mengernyit karena tubuhnya terasa lumayan pegal.Namun, Viona terkejut saat dada bidang dokter Niko langsung terpampang jelas di wajahnya. Benar-benar seksi dan kekar sampai wajah Viona memerah namun ia dengan cepat sadar menarik diri dari dekapan dokter Niko yang terusik akan pergerakan Viona. "Kau sudah bangun?" Serak khas bangun tidur dokter Niko mengusap wajahnya. Viona sedikit menjauh. Tampilan dokter Niko terlihat lebih tampan dengan rambut acak-acakan dan kacamata masih bertengger rapi. "Maaf. Semalam kau demam dan kedinginan. Aku tak bermaksud untuk.." "Aku tahu. Terimakasih," Sela Viona percaya pada dokter Niko karena sekarang ia memakai kemeja pantai pria itu jadi tak ada yang terbuka atau berantakan. Dokter Niko duduk. Ia lega Viona tak berburuk sangka padanya. "Jik

  • Suamiku Anak Mommy   Sangat menyiksa

    Langit sudah berubah gelap tak berujung. Taburan bintang dan rembulan abu di atas sana bersinar dan cukup memberi penerangan bagi sepasang manusia yang sedang menikmati santapan seafood di panggang di atas bara api unggun. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan team penyelamat sampai keduanya pasrah dan fokus mengisi perut. "Hati-hati. Masih panas," Ucap dokter Niko meniup-niup udang yang di tusuk dengan ranting kecil sudah matang lalu memberikannya pada Viona. "Kau juga makan. Jangan asik meniupkan makananku saja!" "Iya," Jawab dokter Niko mengambil kerang yang sudah matang dengan dedaunan basah sebagai alasnya. Dokter Niko makan tapi matanya menatap dalam dan hangat Viona yang sedang menikmati udang bakarnya. Vions makan dengan lahap walau bisa di katakan semua rasa yang ada memang begitu alami dan segar. "Kau seperti orang yang tak makan satu bulan," Kelakar dokter Niko seraya mengunyah daging kerangnya. Viona malu tapi ia tak bisa menghentikan mulutnya untuk mengu

  • Suamiku Anak Mommy   Aku harus pergi

    Langit sudah mau berubah gelap. Bayang-bayang mentari akan terbenam di ufuk barat terlihat sangat indah di pandang. Nuansa jingga pekat yang sebentar lagi akan menghitam membentang di seluruh langit pulau. Sudah lama Viona dan Niko menunggu dengan duduk di tengah-tengah tulisan yang mereka buat tadi. Wajah keduanya terlihat lelah bahkan Viona bersandar ke bahu dokter Niko yang dengan senang hati membiarkan hal itu. "Ini sudah lama. Kenapa tak ada satu-pun orang mencari kita?" Gumam Viona memandangi mentari terbenam yang mengobati rasa bosannya. "Mungkin pulau ini memang terpencil. Mereka kesusahan mencari kita." Grrr.. Suara perut Viona berbunyi hingga membuat wajah cantiknya bersemu malu. Dokter Niko tersenyum gemas kala Viona menunduk seraya memeggangi perutnya yang sudah membuat kegaduhan. "Lapar?" "I..iya," Gumam Viona mengangguk malu-malu. Dokter Niko mengusap lembut kepala Viona lalu mengedarkan pandangan ke area laut dan pesisir pulau. "Tunggu disini. Aku akan coba men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status