Share

Di tinggalkan

Ntah memang di sengaja atau lupa, Melvin meninggalkan Viona di depan rumah sakit. Karena kaki yang terkilir dan sakit itu, Viona tadi tak bisa buru-buru mendekati mobil hingga ia di tinggal pergi begitu saja.

Para media yang tadi ada di depan rumah sakit seketika memburu Viona yang berusaha menghindar tapi, tetap saja kamera itu merekam dirinya yang sedang berdiri di depan pintu rumah sakit.

"Kenapa kau di tinggalkan tuan Melvin?"

"Kasihan sekali kau nona!"

Mereka seperti terbagi menjadi dua kubu. Ada yang mengasihani Viona dan ada pula yang memanas-manasi suasana. Viona hanya diam, ia memilih untuk bungkam berusaha menutupi wajahnya yang terus di sorot kamera para media.

Dua suster yang tadi mengambil obat di dalam rumah sakit segera berlari mendekat berusaha menolong Viona yang bertubuh kecil jadi mereka mudah mendesak-desak wanita itu.

Karna melihat media semakin tak tertip, salah satu Suster itu memanggil penjaga yang semula juga ingin mengamankan tapi ntah mengapa mereka jadi diam di tempat.

"Pak! Tolong amankan dulu semua ini!!"

Dua penjaga itu hanya diam pura-pura tak mendengar. Alhasil, karna tak mau terus di rekam dan di tanyai banyak hal akhirnya Viona menyelinap diantara keramaian dan berlari ke luar gerbang rumah sakit.

Dua Suster itu berusaha menahan media agar Viona bisa lari sejauh mungkin. Sementara Viona, ia menahan sakit di kedua kakinya seraya menyusuri jalan kota Jakarta yang begitu padat apalagi cuaca tengah terik.

Air matanya yang tak bisa ia cegah keluar terus membanjiri pipinya hingga beberapa pengendara yang melihat itu sempat menyapa tapi Viona hanya menggeleng berusaha tersenyum.

Dirasa sudah menjauh dari rumah sakit itu, Viona memilih berhenti di sebuah taman yang ada tak jauh dari jalanan.

"K..kakiku!"

Viona mendesis merasakan sakit di kedua kakinya yang benar-benar nyeri saat di paksa berjalan.

Ia duduk di bangku yang ada di pohon di dalam taman yang sepi karna memang ini sudah siang. Hanya riuh kendaraan di jalanan sana yang masih terdengar hiruk.

Viona diam sejenak, di tatapnya ponsel yang sedari tadi ia pegang di tangannya  dengan nanar dan penuh kesedihan.

"Bahkan, sampai sekarang kau masih belum mencariku," Gumam Viona memejamkan matanya untuk meredam kepedihan.

Tiba-tiba saja Viona ingat ucapan nyonya Amber. Seketika dugaan yang tak pernah muncul itu tiba-tiba terlintas di benaknya.

Apa mungkin Melvin tak benar-benar mencintaiku?! Apa Hellen masih ada di hatinya?!

Batin Viona bertanya-tanya penuh rasa sakit. Tapi, sedetik kemudian ia sadar jika pemikirannya terlalu jauh.

"Tidak, mungkin dia terlalu cemas dengan ibunya hingga tak sempat memikirkan aku. Yah, pasti seperti itu," Gumam Viona mencoba berpikiran positif.

Ia  berusaha tak membuat persepsi negatif karna mereka baru menikah semalam. Tak mungkin ia membuat keributan karna hanya masalah kecil ini.

"Sebaiknya aku menelpon Melvin! Mungkin sekarang dia sudah di kediaman dan dalam perjalanan mencariku," Imbuh Viona menelpon pria itu.

Panggilan pertama tak di jawab sama sekali. Viona masih mencoba hingga panggilan ke empat barulah tersambung.

"Hallo!"

"Melvin! Kau dimana?"

"V..Viona? Sayang kau.."

Melvin seperti terkejut akan suaranya barusan.

"Melvin! Aku..."

"Astaga! Aku pikir kau tadi ada di mobil. Aku baru sadar, sayang! Maaf!"

Degg..

Seketika hati Viona terasa tercabik-cabik. Setelah sekian lama berlalu ternyata Melvin baru sadar jika ia tak ada di mobil. Apa kehadirannya memang tak sepenting itu?!

"Sayang! Maafkan aku. Aku akan menjemputmu nanti. Sekarang aku antar mommy pulang dulu, ya?"

Viona hanya diam. Di usapnya air mata itu dengan satu kalimat mengakhiri percakapan mereka.

"Viona! Sayang!"

"Yah!"

Viona langsung mematikan sambungan. Ia remas dadanya kuat-kuat berharap rasa sakit ini bisa usai dan lebih berbelas kasih padanya.

"S..sudahlah. Tak apa, kau hanya akan menunggu sebentar," Gumam Viona menyemangati dirinya sendiri. Ia menunggu seraya melihat-lihat disekitar taman yang sunyi.

Sesekali Viona melihat ponselnya berharap ada panggilan baru dari Melvin tapi nihil. Satu pesan saja dari pria itu tak masuk di notifikasi ponselnya.

Hampir satu jam Viona disini. Ia ingin memesan angkutan tapi, khawatir nanti Melvin sedang dalam perjalanan.

"Apa aku mencari angkutan umum saja?!" Tanya Viona pada dirinya sendiri. Langit yang tadinya cerah juga perlahan mendung pertanda akan turun hujan.

Menunggu sebentar lagi maka ia akan terkepung dan basah kuyup disini. Karna beberapa kali menimbang-nimbang keputusannya barulah Viona memesan angkutan untuk pulang sendiri.

"Sss..sakit!! Kenapa terasa begitu nyeri?!" Desis Viona ingin berdiri berpegangan ke ujung bangku taman.

Setelah berusaha keras, akhirnya Viona kembali memaksakan dirinya berjalan ke arah luar taman.

Gadis malang itu berdiri di tepi sana menahan debu dan asap barulah datang ojek yang ia pesan.

"Nona yang tadi pesan?" Tanya pria paruh baya yang tampak heran melihat gadis secantik Viona bisa sendirian disini.

"Pak! Bisa antar saya ke kediaman Harrison?"

"Bisa, Nona! Tapi itu kakinya.."

Viona menggeleng dengan tatapan mengisyaratkan, ia baik-baik saja. Alhasil pria itu pasrah memberikan helmnya ke tangan Viona yang juga pernah naik angkutan seperti ini.

"Nona! Kenapa sendirian? Baru pulang sekolah-ya?"

Seketika Viona tersenyum kecil. Ia sudah sering dikatai masih seperti anak SMP, SMA yang berkeliaran.

"Oh iya. Kalau baru pulang seharunya pakai seragam-kan, nona?" Tanya pria itu membiarkan Viona memegang bahunya untuk naik ke atas motor.

Viona hanya bisa duduk membujurkan kakinya. Ia berpeggangan ke bahu bapak ini karna memang masih seperti anak remaja.

"Nona cantik! Maaf  ya,  kalau saya cerewet!" Segan pria itu merasa malu.

"Tak apa, pak! Lagi pula saya lebih suka seperti itu," Jawab Viona santai.

Dari aroma harum yang tercium di tubuh Viona dan kecerahan kulit gadis ini. Tentu saja ia tampak bukan dari keluarga sembarangan.

"Nona kenapa ke kediaman Harrison?"

Viona bingung mau menjawab apa. Tentu acara pernikahannya semalam memang dikenal tapi bukan dari kalangan bawah karna mereka pasti juga sibuk tak melihat berita.

"Pak! Punya anak perempuan juga, ya?"

Viona berusaha mengalihkan topik. Dan tentu itu berhasil mengamankan suasana.

"Iya, Nona m! Masih SMA sama seperti, Nona! Tapi, nona sangat cantik, berbeda dengan anak saya!"

"Semua gadis itu cantik, pak! Lihat saja nanti kalau dia sudah bekerja. Pasti saya kalah cantik," Sopan Vania dan pria itu mangut-mangut saja.

Mereka berbincang kecil menikmati perjalanan. Viona lebih nyaman seperti ini dari pada bertemu banyak orang kelas atas tapi berpikiran sempit.

Karna terlalu asik bicara, Viona tak sadar Melvin menelepon apalagi suara riuk kendaraan yang membuatnya menuli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status