Share

Di banding-bandingkan

Setelah seharian di rumah sakit. Akhirnya nyonya Amber mendesak untuk pulang, padahal Melvin dan tuan Harrison masih belum memperbolehkannya karna menurut dokter Farhat, dia harus di rawat inap di rumah sakit.

Tapi, lagi-lagi nyonya Amber memaksa. Viona yang selalu setia menemani Melvin berulang kali membujuk ibu mertuanya agar tetap di rumah sakit tapi wanita itu bersikeras.

"Mom! Kau masih belum sehat. Lebih baik jangan pulang dulu!"

"Nak! Aku baik-baik saja. Bahkan, tubuhku terasa sakit jika selalu di rumah sakit," Jawab nyonya Amber menahan kebencian berusaha memakai topeng ibu mertua yang baik di hadapan Viona dan Melvin.

Padahal, tuan Harrison tahu jika istrinya tak suka dengan Viona tapi, ntah apa rencana wanita ini?!

Melvin yang melihat keras kepala mommynya segera memandang dokter Farhat yang langsung mengerti.

"Nyonya bisa pulang sekarang!"

"Nah, aku sudah bilang bukan?! Aku baik-baik aja," Timpal nyonya Amber tapi Melvin tampak tak puas.

"Mom! Aku mohon mengertilah!"

"Tuan! Jika nyonya lebih nyaman di kediamannya maka bawalah dia pulang. Tapi, kalian harus selalu memantaunya," Ujar dokter Farhat membuat Melvin diam sejenak menatap Viona yang juga memandangnya.

Sebenarnya, Melvin sudah berjanji pada Viona jika mereka akan bulan madu di luar tapi jika begini, mana mungkin bisa?!

"Kalian harus terus ada di sampingnya. Apalagi dia bisa kambuh kapan saja, tuan!" Imbuh dokter Farhat tapi tuan Harrison tahu apa yang sekarang menganggu Melvin.

"Baiklah. Aku suaminya, akan ku pantau dia!"

"Bukan hanya kau saja, tuan! Putra kalian, dan keluarga besar juga harus selalu waspada akan kesehatan nyonya!" Jawab dokter Farhat membuat tuan Harrison membisu menatap nyonya Amber yang mulai pura-pura lemah memegangi dadanya.

"Aku baik-baik saja. Putraku baru saja menikah dan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama. Aku ingin segera menimang cucu," Kelakarnya tapi itu sebuah kepalsuan.

Viona yang mengira ini memang belas kasih mertuanya juga segan untuk beraktifitas jauh apalagi Melvin tak akan bisa tenang nanti.

"Mom! Kami akan mengurus-mu. Lagi pula sekarang Melvin sangat mengkhawatirkan mu," Ucap Viona menggenggam lembut dan tulus punggung tangan nyonya Amber yang tersenyum hangat dan penuh rasa bersalah.

"Maafkan mommy, nak! Mommy sudah merepotkan kalian!"

"Mom! Ini tak masalah. Aku akan menjagamu," Tulus Viona tersenyum manis. Melvin seketika mengusap kepala istrinya penuh kasih.

"Yang di katakan Vio benar, Mom! Sekarang kami harus mengutamakan mu."

Mendengar ucapan Melvin tentu saja ada banyak bunga yang sekarang bertabur di dada nyonya Amber. Akhirnya rencananya berhasil untuk mencegah Melvin dan Viona bulan madu ke luar negara ini.

"Lihat saja! Perlahan-lahan akan-ku pastikan kau mundur dalam pernikahan ini," Batin nyonya Amber licik tapi masih memasang topeng kebaikan itu.

Viona bangkit membantu para suster untuk berkemas dan merapikan barang-barang, sedangkan Melvin pergi menyiapkan mobil di Lobby walau para penjaga di kediaman juga ikut datang mengamankan media yang pasti hadir karna masih menguntit keluarga mereka.

Dokter Farhat saling pandang dengan nyonya Amber yang berdiri di bantu Viona dan dua suster yang ada di belakangnya. Keduanya saling memberi isyarat dari pandangan mata pertanda rencana masih berlanjut.

"Tuan Harrison! Bisa ikut saya ke ruangan untuk mengambil hasil pemeriksaan nyonya?"

"Baiklah," Jawab tuan Harrison pergi dari ruangan ini.

Karena disini hanya ada Viona dan dua Suster itu, nyonya Amber mulai melancarkan serangan.

"Vio, sayang!"

"Iya, mom!" Jawab Viona memeggangi pundak nyonya Amber.

"Sudah berapa lama kau mengenal putraku? Nak!"

"Tak begitu lama, mom! Tapi, aku yakin Melvin pria yang baik dan bertanggung jawab," Ujar Viona tanpa beban.

Nyonya Amber mengambil nafas dalam. Sepertinya akan sulit meruntuhkan kepercayaan Viona pada Melvin dan begitu juga sebaliknya.

"Yah, dia memang anak yang sangat baik dan bertanggung jawab. Aku sangat lega saat dia memilih untuk menikah karna Melvin-ku sempat terpuruk bahkan nyaris tak lagi bersemangat."

"Terpuruk?" Tanya Viona bingung. Ia mengiring pelan nyonya Amber keluar dari ruang rawat seraya berpikir soal ucapan wanita ini tadi.

"Kau tahu-kan?! Melvin sebelum menikahimu dia punya seorang kekasih."

"Tahu, mom! Namanya Hellen-kan?" Tanya Viona masih belum ngeh.

"Yah, dia wanita yang sangat cantik, cerdas dan berpendidikan tinggi! Melvin begitu mencintainya saat itu."

Tiba-tiba saja hati Viona mulai tak nyaman. Ingatan itu lepas pada malam pernikahannya kemaren dimana, beberapa tamu dan teman-teman Melvin membandingkannya dengan wanita bernama Hellen.

Sungguh, rasanya begitu sakit tapi Viona tetap memilih tersenyum karna Hellen adalah masa lalu Melvin, pikir Viona begitu.

Tapi, siapa sangka ibu mertuanya juga memuji-muji wanita itu tepat di depan wajah dan telinganya.

"Keduanya saling mencintai. Melvin sering menceritakan Hellen saat pulang ke kediaman. Setiap dia menyebut nama kekasihnya maka, aku melihat cinta yang begitu besar dimata-nya. Mereka itu..."

Nyonya Amber seketika menghentikan ucapannya saat melihat wajah Viona mulai berubah. Ada luka yang besar di sembunyikan oleh pemilik mata sendu ini.

"M..maaf, nak! Aku terlalu bersemangat sampai lupa sekarang Melvin sudah punya istri. Maafkan aku!"

Viona hanya tersenyum saja. Ia tetap melangkah ke depan walau dua Suster yang ada di belakangnya saling pandang.

Adakah seorang istri yang akan tahan mendengar kisah cinta suaminya dengan wanita lain?!

Mereka justru merasa kasihan pada Viona yang terlihat tetap tegar padahal sungguh miris batinnya sekarang.

"Maafkan mommy, nak! Hellen memang terlalu sempurna sampai mommy melupakan menantu sendiri."

"Mom! Apa dada mu masih sakit?" Tanya Viona berusaha mengalihkan topik.

Nyonya Amber tahu itu dan batinnya tersenyum penuh kemenangan.

"Jantungku memang seperti ini. Biasanya, setiap berkunjung ke kediaman Hellen selalu membawakan obat tradisional di negaranya untukku. Tapi,...ya sudahlah."

Viona-pun diam. Ia akhirnya hanya mendengar cerita nyonya Amber yang sering kali membuat hati Viona tergores tapi, mau tak mau ia harus mendengarkan kekaguman wanita ini pada Hellen sampai di lantai bawah.

Saat tiba di depan rumah sakit, ada banyak media yang berderet menyambut mereka. Para penjaga juga berjejer mengamankan agar tertib.

"Nyonya! Nyonya Harrison, kenapa kau masuk rumah sakit?"

"Sepertinya keadaanmu tak cukup baik, nyonya!"

Serbu mereka merapat dan tak khayal main dorong-dorongan. Para penjaga juga kewalahan menangani hal ini sampai Melvin datang bersama tuan Harrison yang segera menengahi.

"Mohon kalian tertib!" Tegas Melvin menjaga mommynya tetap aman. Viona yang tadi terdesak segera melepaskan peggangannya ke bahu nyonya Amber yang sudah di jaga Melvin.

Tapi, ntah memang sengaja atau bagaimana. Orang-orang yang tadi berkerumun di dekat Viona mendorong kuat gadis itu sampai jatuh dan Melvin tak menyadarinya.

"Nona!" Cemas dua Suster di belakang tadi membantu Viona yang berusaha berdiri tapi kakinya di injak-injak oleh para media yang sepertinya di suruh oleh seseorang.

"K..kakiku!" Desis Viona berusaha menghindar. Dua Suster itu menarik Viona ke belakang hingga berhasil lolos dari kerumunan di sekitar nyonya Amber.

"Nona! Kau baik-baik saja?" Tanya dua Suster itu cemas melihat betis Viona lebam biru begitu juga mata kakinya.

Apalagi, tadi Viona memakai heels yang memang tak begitu tinggi tapi jika jatuh pasti akan terkilir.

"Nona! Sepertinya salah satu kakimu terkilir!"

"Kami akan bantu membawa ke dalam."

Viona hanya diam. Matanya mulai berkaca-kaca memandang ke depan dimana Melvin dan keluarganya berfoto bersama dan yang paling menyedihkan, pria itu tak tahu jika Viona tak ada di sampingnya.

"Apa kau sebenarnya butuh aku atau tidak?!" Batin Viona terluka tapi segera ia usap air matanya yang menetes agar tak di lihat orang lain.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status