"Astaga," keluh Lyra dalam hati.
Dia dan Jackson masih terus berusaha keras agar tampak seperti sepasang kekasih.
Hanya saja, orang-orang di sana tampak tak percaya.
Lyra berusaha tak peduli. Mengikuti langkah Jackson, dia pun melangkah pasti menuju ruang nomor 1 yang diarahkan pegawai Tante Janete.
Akan tetapi, Lyra terkejut melihat seorang wanita tua berpenampilan anggun, menatap gaun-gaun yang sudah dipesannya dengan tidak suka.
Lyra menatap Jackson--ingin mencari tahu.
Namun, calon "suaminya" itu justru melepaskan genggaman tangannya dan langsung memeluk wanita asing tadi.
"Hai, Mi! Apa kabar?" ucap Jackson akrab.
Sayangnya, Renata mengabaikan sang putra. Ia justru fokus pada gadis yang digandeng Jackson tadi..
"Jadi, ini calonmu?" tanya Renata to the point setelah Jackson melepas pelukannya.
"Ya, dia Yulyra,” ucap pria itu mengenalkan, “Sayang, ini Mamiku. Namanya Renata."
Lyra mengangguk dan tersenyum gugup, "Salam kenal Bu, saya Lyra," ujarnya maju untuk menyalami Renata.
Namun bukannya menerima, Renata malah melengos dan pergi ke sudut lain ruangan.
"Pantas kamu pesan gaun rapat seperti itu, selera kamu berubah drastis ya, Jack."
Jackson tak memperdulikan ucapan ibunya, ia menarik Lyra sebelum mencium keningnya. Tak memperdulikan keterkejutan Lyra juga, ia menyuruh karyawan butik untuk mengantar Lyra mencoba gaun.
Lalu ia menghampiri sang ibu, "Mi, aku cinta sama dia."
"Bulshit, dia kamu bayar untuk menghindari perjodohan dari Mami, kan?"
Jackson menggeleng, "Kalo hanya itu alasannya, apakah harus aku lakuin sampe sejauh ini? Aku bahkan udah daftar ke KUA."
Renata tak bisa berkata-kata.
Jackson gambaran dirinya yang tak bisa dilarang meski wanita itu menangis dan memohon.
Padahal, dulu ia juga pernah melarang anaknya itu saat ingin menikahi mantan istrinya. Saat pernikahan mereka gagal, Renata sangat sakit hati.
"Kamu gak lagi mengulang kesalahanmu yang dulu mengenai pasangan, kan?" tanyanya pada akhirnya.
"Mami khawatir, Jack."
Menyadari kekhawatiran sang ibu, Jackson merangkul wanita itu hangat, "Aku yakin dia yang paling cocok denganku, Mi. Dia kayak stabilizer buatku. Lyra sabar, baik, pekerja keras, dan dia lebih segalanya dibandingkan diriku sendiri," bohongnya.
Renata menghela napas. "Kalau gitu, semua terserah padamu."
Bersamaan dengan itu, Lyra pun keluar dengan gaun muslimah syari berwarna putih yang indah.
Bagian pinggang juga tidak terlalu kecil, sehingga tak menampakkan lekuk tubuhnya. Semuanya pas, tetapi tidak tabarruj (berlebihan/menarik terlalu banyak perhatian).
Lyra tampak malu, apalagi ketika diminta naik ke panggung bulat kecil agar sosoknya yang memakai gaun itu terlihat jelas.
Sementara itu, Jackson agak terkejut karena selama ini ia menganggap Lyra anak kecil yang kampungan. Hanya saja, kini gadis itu terlihat mungil dan manis, hingga sukses membuatnya terpesona.
Jackson dulu sempat bertanya-tanya apa yang menarik dari Lyra sampai anaknya tergila-gila padanya? Sekarang, ia rasa kini ia telah tahu jawabannya.
"Bagaimana Tuan, apakah bagus? Mbak Lyra keliatan imut dan manis," ungkap salah satu karyawan.Jackson tersadar dari lamunan. Ia mengangguk cepat. "Oke, ini bagus. Tapi, coba yang lain dulu ...."
Tak lama, Lyra pun diajak masuk ke dalam ruang ganti lagi–mencoba beberapa gaun, hingga gadis itu merasa kelelahan.
Hanya saja, Jackson justru memilih gaun yang pertama.Lyra bahkan tak bisa menahan ekspresinya yang sebal dengan apa yang dimainkan Jackson.
Namun, tindakan Lyra justru membuat Jackson malah bertingkah. Pria itu seketika memeluk Lyra sejenak setelah Lyra berganti pakaian lagi.
"Maafin aku ya, Sayang. Abisnya kamu imut pake yang pertama, aku suka."
"Hem!" jawab Lyra datar, mengikuti acting ayah mantannya itu.
Jackson tersenyum miring. "Ya udah, kamu tunggu sini, ya. Giliran aku buat fitting."
Setelahnya, pria itu masuk ke dalam ruang ganti.
Lyra pun terpaksa duduk di single sofa bersebelahan dengan Renata.
Tentu saja, wanita tua itu tak tinggal diam. Ia tiba-tiba menyindir Lyra. "Se-enggak-punyanya uang ‘kah sampe ke butik elit aja pakai pakaian buluk begitu?"
Lyra terkejut. "Maaf, Bu," ucapnya pelan.
"Jujur aja saya gak setuju kalian nikah, terutama karena kamu gak sepadan dengan kami."
Lyra memilih menunduk saja. Ia tak mau melawan wanita di hadapannya ini dan mengacaukan rencananya dengan Jackson.
Bila perjanjiannya gagal, entah apa yang pria itu dapat lakukan padanya.
Hanya saja, keterdiaman Lyra justru memancing rasa kesal wanita itu.
"Jangan kira kalian bisa menipu saya. Kamu pikir saya gak tahu bagaimana selera anak saya?" sinisnya lagi.
“Jadi, kamu lebih baik pergi sebelum saya membuatmu menyesal.”
Lyra terus saja diam meski fitting baju pengantin telah selesai karena memikirkan ucapan calon mertuanya itu.Untungnya, ia tak perlu berkomentar banyak mengenai pakaian yang dikenakan Jackson. Pria berusia 43 tahun itu masih tampak tampan dan muda di dalam semua jas yang dipilihnya. Bahkan, tak kalah dari Daniel. Kini, keduanya pun berpindah tempat–ke toko perhiasan mewah yang sudah menjadi langganan Jackson. Pria itu tak melepaskan pegangannya pada tangan Lyra yang gugup.Lagi-lagi, Lyra merasakan keduanya disambut bak Raja dan Ratu."Hai, Jack. Udah lama gak ke sini, gimana kabarnya?" sapa pemilik toko itu ramah. Namun, Lyra menyadari tatapan penasaran yang tertuju padanya."Baik, Tan. Bagaimana kabar Tante?" balas Jackson."Baik juga, kamu bawa siapa nih?" Berbeda dengan pemilik butik yang tadi dikunjungi Lyra, ia merasa wanita di hadapannya ini lebih ramah dan anggun–sikap bangsawan sejati."Ini calon istriku, Lyra. Kenalin Sayang, ini Tante Helena Clodan, istrinya pemilik tok
"Tapi, Pak ....""Kamu susah untuk nurut, ya?" kesal Jackson.Lyra menghela napas, ia berusaha agar tidak ikut terpancing emosi."Bapak dan Daniel sama, kalian memang anak dan Ayah," gerutunya pelan.“Apa?”Lyra sontak menggelengkan kepala. "Lupakan, Pak. Saya cuma ingin mengingatkan bahwa utang saya ke Bapak sudah sangat banyak, tapi Bapak malah ngasih banyak hal ke saya ," ucap Lyra tak habis pikir, “sampai kapan saya bisa melunasinya?”Jackson menaikkan alis.Ia lupa untuk menjelaskan sesuatu. Tampaknya, tak bisa ditunda lagi agar Lyra tak salah paham.“Jadi….”*****"Papa!" Jackson yang baru saja tiba di kamar miliknya, sontak memutar bola matanya mendengar suara sang anak.Ia melihat Daniel tampak tantrum."Kenapa?" tanyanya santai sambil melepas kemejanya."Kenapa Papa lakuin ini sama Daniel?!" kesalnya sambil menunjukkan foto sang ayah dan mantannya jalan berdua, "nih! Papa seriusan sama Lyra mau nikah?""Kata siapa?""Temenku liat kalian jalan berdua, terus Oma konfirmasi kala
"Itu, biar saya yang urus."Meski Jackson berjanji akan membantunya, jantung Lyra tetap berdebar kencang kala menginjakkan kaki di depan rumah orang tuanya.Belum lagi, ia melihat kedua orang tuanya juga adik-adiknya yang sedang mematung di depan rumah. Bagaimana tidak shock, mereka melihat 4 mobil mewah yang datang membawa Lyra!Priyo–ayah dari Lyra–bahkan langsung maju ke depan untuk menghampiri putrinya."Ada apa, Nak? Kenapa kamu pulang bersama mereka? Kamu kemarin bilang katanya kamu mau dilamar? Terus, kenapa kamu langsung pulang bawa rombongan?” tanya Priyo panik, “apa yang sebenarnya terjadi?""Iya, Nduk. Jujur sama kami. Apa kamu punya hutang ke mereka sampai mereka harus ngelakuin semua ini sama kamu?" tanya sang ibu menyambung dengan suara pelan.Sulastri seketika sadar kalau mereka masih di luar rumah. Ia pun langsung menarik suami dan anaknya itu."Maaf, Pak. Sebaiknya, kita masuk ke dalam rumah dulu, lalu jelaskan semuanya," tambahnya pada Jackson.Pria itu hanya bisa m
Sementara itu, Daniel memilih untuk mengunjungi kontrakan Lyra. Namun, pemilik kontrakan menatapnya bingung dan mengatakan bahwa gadis itu sudah tidak mengontrak di sana sejak tiga bulan lalu.Daniel tertegun. Seketika ia menyadari bahwa Lyra mungkin kesulitan karena harus berusaha mengumpulkan uang yang harus ia bayarkan kepada Jackson. Tidak bisa dipungkiri, kalau ia juga khawatir dan ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah urusan mereka di kantor Jackson saat itu. Daniel juga tak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Jackson tentang pernikahannya dengan mantan kekasih anaknya sendiri. “Sial,” umpatnya, lalu kembali mencari Lyra kembali.Sayangnya, ia tak berhasil. Dengan terpaksa, Daniel pun menemui Vita, sahabat Lyra yang membencinya. "Apa yang mau lo tanyain?" tanya Vita dingin. "Tentu aja tentang Lyra." "Cih, lo udah nggak berhak tanya dia sama gua," ujar Vita berdecih. "Lo tinggal jawab aja, dia tinggal di mana sekarang?" desak Daniel marah. Vita me
"Lima tahun," jawab Lyra tanpa takut."Kamu benar. Saya nggak terlalu memperhatikannya, makanya dia jadi lepas kendali seperti itu," ujar Jackson merasa bersalah.Ekspresi itu sudah cukup membuat Lyra berhenti untuk mengkritik Jackson sebagai orang tua. Ia seharusnya tahu bahwa Jackson sesibuk itu sehingga tak sempat mengasuh anaknya sendiri. Tapi, orang tua mana pun pasti tak ingin anaknya terjerumus hal yang salah.'Sayangnya, Daniel tampaknya tak mengerti,’ lirih Lyra sedikit merasa bersalah.Untungnya, kecanggungan antara keduanya berakhir kala Lyra harus mengganti baju yang cocok dari butik. Dengan cepat, penampilannya sudah berubah.Jackson pun menggandeng tangan kanannya untuk berjalan beriringan menuju ke restoran yang ada di hotel mewah itu. "Hallo, Mr. Davidson!" sapa pria bule yang cukup berumur itu dengan ramah. Jackson melepaskan pegangan tangannya dari Lyra dan memeluk sosok itu. Sementara Lyra, ia tersenyum ke arah istri dari pria gembul itu yang sudah sama-sama tu
Setelah keributan di depan apartemen reda, Daniel dipersilhkan masuk bersama Vita. Hanya saja, keduanya seperti kerbau yang cocok hidungnya. Mereka menuruti setiap yang dikatakan Jackson. Tak lama, keduanya duduk di depan pria dewasa itu yang juga duduk di sofa yang berseberangan dengannya. Mereka diam-diam memperhatikan bagaimana Jackson memangku kepala Lyra yang tertidur lelap. Sementara itu, Bi Wati menyiapkan kopi untuk ketiga orang tersebut. "Kenapa Bapak gendong teman saya?" tanya Vita pada akhirnya. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Daniel sendiri tak bisa berkata-kata saking syoknya dengan "kedekatan" sang ayah dan mantan pacarnya itu. Ia tahu benar bahwa Jackson bukanlah tipe orang yang lembut dan romantis seperti ini. "Aku nggak ngerti jalan pikiran Papa, tapi tolong jelaskan ... kenapa Papa bisa sama Lyra? Kalau Lyra salah, biarkan dia menebusnya. Jangan buat dia terkurung di dalam jebakan Papa," timpal Daniel setelah berhasil menguasai diri. "Maksudmu? Kamu men
Renata tampak masih belum setuju dengan seorang yang Jackson pilih sebagai calon istrinya. Ia memiliki banyak alasan untuk membantah poin plus Lyra yang Jackson ungkapkan. Namun, Jackson juga punya banyak kekuatan untuk tetap teguh memilih pilihannya.Saat ini, mereka saling diam membuat suasana jadi canggung. Ketika Bi Wati datang menyuguhkan satu gelas air minum lagi untuk Lyra, barulah Renata mulai berbicara lagi."Saya nggak tahu apa alasan utama kalian menikah tiba-tiba seperti ini, tapi saya harap kamu tidak mengecewakan anak saya. Mendampinginya bukan hanya dengan cinta, tapi dengan kualitas kamu sendiri."Lyra mengangguk pasrah.Di sisi lain, Jackson tahu bahwa sang Ibu tak mungkin menyerah semudah itu.Kadang, ia sendiri merasa bahwa ibunya juga rival karena ibunya sering mengajaknya berdebat atau melakukan banyak hal yang saling berlawanan."Mami tenang aja, kualitas itu akan Jackson jamin," ungkapnya mantap.Renata tidak punya kalimat lain untuk membalas. Kemudian, ia pa
Lyra menghela napas panjang setelah melewati berbagai kejadian tak menyenangkan.Untungnya, Jackson mendampinginya.Jika tidak, entah bagaimana nasib gadis itu.Hanya saja, ketika Lyra baru saja bisa merasakan ketenangan setelah beberapa hari berlalu, Vita tiba-tiba datang."Vita...?" panik Lyra saat melihat wajah sahabatnya seolah menagih penjelasan darinya."Gak perlu kaget. Beberapa hari yang lalu, Pak Jackson gendong lo waktu lo tidur. Belum lagi, Pak Jackson jelasin kalau dia udah lamaran," cecar Vita, "Seriusan, deh, Ra! Lo perlu jelasin secara jelas ke gue ...."Mendengar itu, Lyra sontak teringat cerita Jackson tentang kedatangan Daniel dan Vita.Ia menghela napas dan menatap sang sahabat. Entah mengapa, Lyra merasa berat untuk jujur padanya."Jadi...?" tegas Vita."Maafin aku ... aku nggak bermaksud begitu."Bukannya menjawab dengan jelas, Lyra justru tampak ragu.Melihat itu, Vita menghela napas panjang. Ia tidak bisa marah pada Lyra. "Gue cuma takut lo dimanfaatin sama Bok