Share

#6. Persiapan Pernikahan

Lyra terus saja diam meski fitting baju pengantin telah selesai karena memikirkan ucapan calon mertuanya itu.

Untungnya, ia tak perlu berkomentar banyak mengenai pakaian yang dikenakan Jackson. Pria berusia 43 tahun itu masih tampak tampan dan muda di dalam semua jas yang dipilihnya. Bahkan, tak kalah dari Daniel.

Kini, keduanya pun berpindah tempat–ke toko perhiasan mewah yang sudah menjadi langganan Jackson.

Pria itu tak melepaskan pegangannya pada tangan Lyra yang gugup.

Lagi-lagi, Lyra merasakan keduanya disambut bak Raja dan Ratu.

"Hai, Jack. Udah lama gak ke sini, gimana kabarnya?" sapa pemilik toko itu ramah. Namun, Lyra menyadari tatapan penasaran yang tertuju padanya.

"Baik, Tan. Bagaimana kabar Tante?" balas Jackson.

"Baik juga, kamu bawa siapa nih?"

Berbeda dengan pemilik butik yang tadi dikunjungi Lyra, ia merasa wanita di hadapannya ini lebih ramah dan anggun–sikap bangsawan sejati.

"Ini calon istriku, Lyra. Kenalin Sayang, ini Tante Helena Clodan, istrinya pemilik toko Om Tan Clodan."

"Salam kenal Tante," ujar Lyra menyalami Helen.

Helen juga membalas senyum Lyra dengan ramah, "Salam kenal, Nak. Kamu keliatan masih muda."

Lyra tersenyum canggung, sementara Jackson berpura-pura kesal. "Sepertinya, tante menyindirku.”

Helen tertawa mendengar itu. "Haha, memang sengaja. Tapi, tenang, Jack. Makin tua, malah makin ganteng kamu."

Jackson mengangguk–mengerti maksud wanita di depannya ini.

"Jadi, apakah kalian mau memilih perhiasannya sekarang?" tanya Nyonya Helen kemudian.

"Sure!"

Tak lama, keduanya diarahkan melihat perhiasan di tempat khusus.

Tanpa sadar, Lyra mengagumi semua keindahan, kelap-kelip dan tempat mewah yang tersaji di Clodan Jawelry yang menyimpan berbagai produk perhiasan termahal di dunia.

Ia tahu CJ sudah dipegang oleh tiga generasi. Mereka telah bekerjasama dengan produk ternama dunia dan telah mendapat banyak penghargaan. Langganannya tentu bukan orang biasa, melainkan orang yang memandang bahwa uang 100 juta bukan apa-apa.

"Silahkan, Pak. Kami memiliki produk," ujar salah satu pelayan yang langsung menjelaskan dengan detail mengenai perhiasan di depannya.

Akan tetapi, Lyra tidak fokus. Ia malah menatap ke arah lain dan mengagumi satu kalung dengan desain pita kecil, imut, dan sederhana. Meski demikian, Lyra sadar bahwa barang itu tetaplah bermerek dan mewah yang harganya mungkin setara dengan ginjal yang ia punya.

"Ra!" panggil Jackson menyadarkan Lyra dari lamunan, "Kamu mau yang mana?"

Pria itu menunjuk kelima set perhiasan di atas etalase.

Lyra mengerutkan kening, bingung. "Semuanya cantik."

Andai tidak sedang di luar dan diperhatikan banyak orang, Jackson rasanya ingin memarahi Lyra yang seolah tidak memiliki selera.

"Pilih dua," tegas Jackson.

Lyra yang memahami ekspresi Jackson, sontak memilih dua set dengan merk yang berbeda.

Namun, keduanya memiliki desain paling sederhana di sana.

Meski begitu, Jackson tak masalah karena ia yakin harganya pasti cukup mahal.

Dengan cepat, pelayan sibuk mengemas perhiasaan pilihan Lyra.

Hanya saja, Jackson baru menyadari kalau gadis itu malah sibuk menatap kalung dengan hiasan sederhana.

"Cantik ya …?"

Tanpa sadar, Lyra mengangguk dengan senyuman tulus. "Lucu, desainnya bikin gemes."

Jackson terkekeh. "Bungkus ini juga," ucapnya.

Seketika gadis itu merutuk dirinya karena ketahuan pria di hadapannya menginginkan perhiasan yang pastilah mahal itu.

"Pak, saya cuma pingin lihat aja. Saya–"

"Diem. Kita tinggal pilih cincin, abis itu pulang," potong Jackson cepat.

Lagi dan lagi, Lyra hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah Jackson putuskan.

Berjalan dengan Jackson, membuat gadis itu dapat merasakan kemiripan antara ayah dan anak itu. Persis seperti Daniel yang sangat loyal pada pasangannya, Jackson juga meskipun Lyra notabene-nya hanyalah pasangan pura-pura pria itu.

Tak lama, mereka kemudian memilih cincin.

Lyra kembali menginginkan cincin sederhana terbuat dari perak dengan berlian yang ukurannya hanya satu titik.

Untungnya, Jackson tak mempermasalahkannya.

Cukup lama, acara memilih perhiasan pun akhirnya selesai.

Lyra kini merasa lelah dan lapar.

Biasanya, ia akan makan sekitar jam 11.00 - 14.00 WIB, agar bisa sampai malam.

Namun, ia tak berani mengatakannya.

Seperti tahu apa yang Lyra pikirkan, Jackson justru berhenti di depan restoran China yang cukup mewah.

Di sana, pria itu memilih tempat privat, sehingga hanya ada mereka berdua di sana.

Suasana itu membuat Lyra jadi canggung dan teringat ancaman Renata.

Jadi, tepat setelah memesan makanan, ia pun mencoba mengungkapkan kegundahan hatinya.

"Pak, aku rasa Ibunya Bapak gak suka dengan saya," ucap Lyra ragu, “Bapak yakin untuk meneruskan pernikahan ini?”

Jackson sontak melihat gadis tersebut.

"Ibu manapun bakal ragu punya menantu lusuh kayak kamu. Kalau kamu jadi sama Daniel juga, saya agak ragu untuk kasih restu."

Jleb!

Lyra hanya bisa terdiam.

Tega sekali Jackson mengatakan hal itu.

Ia menghela napas mencoba tabah. "Saya paham sih, tapi saya sedang membicarakan tentang rencana kita."

"Siapapun yang saya pilih tanpa campur tangan Ibu saya, selalu dia tolak kok. Mantan istri saya juga ditolak sama dia," ujar Jackson santai.

"Berarti kalian cerai karena Bu Renata?" tanya Lyra terkejut.

"Seperempat iya. Tapi, selebihnya karena kami udah beda jalan. Jadi kami memutuskan sendiri-sendiri, memang Daniel gak cerita tentang neneknya?"

Lyra menggeleng. "Daniel justru terlihat menyayangi Neneknya dan maaf, ia tampak kecewa pada Ibunya,” ucapnya, “Tapi kalau begini, sepertinya Bapak dan Bu Renata mencoba menutupi dari Daniel, ya?"

Jackson mengangguk. "Benar, tapi aku juga berusaha membujuknya agar tidak membenci Ibunya. Tampaknya, Daniel juga mulai akrab lagi dengan Ibunya."

"Kalian mudah sekali bercerai ...." gumam Lyra tanpa sadar.

Jackson mendengarnya dan ingin mengomeli gadis itu.

Namun belum sempat berbicara, pelayan sudah datang membawakan makanan pesanan mereka.

Mereka pun makan dengan tenang, dan pulang setelahnya.

Hanya saja, Lyra masih saja melamun–memikirkan masalah keluarga Jackson yang cukup pelik.

Tanpa sadar, arah jalan pulang yang dilalui ternyata bukan ke arah kontrakan barunya.

"Tunggu … arahnya salah, Pak!" panik Lyra.

Jackson malah mengedikkan bahu santai. "Saya gak mau ke tempat kumuh. Mulai hari ini, kamu tinggal di apartemen saya. Barang-barangmu juga udah dibawa ke sana.”

"Hah?!"

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ratna Sulthan
cerita nya bagus aq suka
goodnovel comment avatar
Wahyuni Asih
keren ceritanya
goodnovel comment avatar
Diana Navisha
ceritanya bagus jd tambah penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status