Jackson kembali menyeringai licik kala melihat ekspresi terkejut campur takut di wajah manis Lyra.
"Pak, bagaimana bisa Anda berubah pikiran? Ini baru 9 hari," protes Lyra sehalus mungkin, “Saya memang sudah mengumpulkan uangnya, tapi lima juta pun belum ada.”
"Dengar, Nona Lyra. Saya tahu aset apa saja yang diberikan Daniel dan apa yang dia lakukan untukmu selama lima tahun ini karena semua pengeluarannya masuk ke notifikasi akun saya," tekan Jackson,
“Uang yang kau kumpulkan itu juga dari barang yang diberi Daniel, kan?”
Ia kini berdiri dan mendengus melihat Lyra yang hanya bisa diam menunduk. Ia suka dengan ketidakberdayaan gadis di depannya ini.
"Jadi, kamu hanya perlu menyerah dan mengikuti keinginan saya ...." ujar Jackson sembari meminum Wine di tangannya dengan santai.
Lyra berusaha mengumpulkan kekuatan.
Dalam hati, ia merapalkan doa agar Allah bersamanya dalam menghadapi cobaan itu.
"Sebenarnya apa yang Anda inginkan dari saya?" tanyanya dingin.
Jackson tersenyum ketika mendengar suara Lyra yang tampak takut, tetapi berwibawa.
Gadis itu lumayan tangguh. Ia suka dengan type orang seperti Lyra.
"Akhirnya kau paham maksudku, Nona," ujar Jackson tenang, “aku punya penawaran yang menggiurkan untukmu, silakan baca."
Bersamaan dengan itu, Jackson menyodorkan tablet miliknya pada Lyra dan membiarkan gadis itu membaca perjanjian yang ia susun.
Lyra membaca perjanjian itu dengan seksama.Beberapa kali ekspresinya menunjukkan keterkejutan, bahkan hampir menjatuhkan benda tipis yang mahal itu.
"Pak, ini ...."
Jackson kembali duduk dan tersenyum licik. "Kau setuju jadi istri saya, kan?"
Lyra menggeleng. "Beri saya waktu lagi. Saya pasti bisa menebusnya, Pak," mohonnya lalu meletakkan tablet itu.
Ia fokus menatap Jackson agar pria–yang masih tampak berusia 28 tahun meski hampir kepala lima itu–luluh.
Sayangnya, Jackson justru memandang Lyra dengan datar. "Tidak bisa, seperti yang ada di dalam perjanjian, ini hanya dua tahun saja dan utangmu lunas."
"Tapi, saya masih bisa berusaha Pak," ujar Lyra yakin.
Jackson mendengus, "Dengar, saya tau apa yang kamu lakukan selama sembilan hari ini, itu percuma! Dengan gajimu yang sebatas UMR, uang Miliaran pasti sulit terkumpul. Belum lagi, kamu punya tagihan di kampus dan harus membiayai keluarga di kampung sebagai anak sulung."
Lyra terkejut dengan pernyataan Jackson. Namun, ia tak bisa berkata-kata karena semuanya adalah fakta.
"Kamu mengurangi porsi makanmu hanya sekali dalam sehari. Padahal, kamu melakukan 4 pekerjaan dengan jam tidur 3 jam," tambah Jackson, “Kamu justru akan mati konyol. Belum lagi, kamu tinggal di kawasan kumuh yang tetangganya juga tidak jelas.”
"Tapi–”
"Tidak usah mengelak. Saya tahu semuanya," potong Jackson cepat, "Perjanjian ini justru bisa menyelamatkanmu.”
Lyra terdiam.
Ia tahu betul bahwa ucapan Jackson bukan omong kosong melainkan solusi.
Tak mungkin, ia bisa melunasi 2 Miliar dalam sebulan. Belum lagi, ada uang kuliah dan biaya wisuda yang perlu ia bayar.
Di perjanjian itu, Jackson bahkan bersedia memberikan beasiswa penuh untuk 3 adiknya dan lahan pertanian untuk kedua orang tuanya di kampung.
Bahkan setelah bercerai, Jackson akan memberi kompensasi yang besar sehingga cukup untuknya hidup seumur hidup bersama pasangannya kelak.
Penawaran itu sangat menggiurkan, tetapi pria ini adalah ayah Daniel–mantannya.
Bagaimana bisa Lyra menikahinya meski hanya untuk membuat orang tua pria ini berhenti menjodohkannya?
"Apa Anda sadar dengan tindakan Anda?" tanya Lyra retoris, “Saya mantan anak Anda. Apa Anda–”
"Aku sadar." Jackson mengangguk santai. "Biarkan saja. Dia juga pasti tidak berhak melarangku."
"Anda benar-benar gila!" geram Lyra tak habis pikir.
"Aku tau, jadi ... kamu bisa tanda tangani sekarang juga," ujar pria itu sambil tersenyum.
Tak punya pilihan, Lyra pun perlahan menandatangani perjanjian itu.
Ia menahan emosi dalam dirinya, lalu menyerahkannya pada Jackson.
Pria itu tiba-tiba tersenyum. "Oh, iya beberapa hari lagi, kita fitting baju pengantin. Saya jemput di cafe tempatmu kerja."
Hari yang dimaksud pun tiba.
Jackson segera mengajak Lyra masuk ke butik elit milik rekan bisnisnya.
Ia menyuruh gadis itu agar berjalan sejajar dengannya. Setidaknya, ia bisa menunjukkan kalau ia dekat dengan Lyra.
Gadis yang berpenampilan biasa itu pun masuk ke dalam butik mewah dengan canggung.
Pria di sampingnya langsung menyapa si pemilik butik yang terlihat sudah menunggunya. Lyra tak tau sekaya apa Jackson di balik yang ia tau, tapi semua orang bahkan kaum elit juga terlihat segan dengannya.
"Hallo, Tan. Apa kabar?" sapa Jackson memeluk sosok tante-tante itu.
"Hallo juga, Ganteng. Baik nih, kamu juga keliatan makin tua makin ganteng deh, jadi iri," ujar si Tante.
"Hehe iya, Tan, cuma menghindari makanan dengan rasa yang pekat."
"Itu syulit sekali," ujar tante itu yang lebay menurut Lyra.
"Oh ya Tan, ini kenalin ...."
"Pelayan kamu?" tebak Tante Janete dengan yakin.
Jackson terkekeh kecil, tetapi kemudian merapatkan tubuhnya dengan Lyra dan berkata.
"Ini calon istri saya ...."
Janete sontak menganga, bahkan karyawannya juga menonton dengan kejutan seperti menonton film horor ketika hantunya keluar.
Lyra tau suasananya akan jadi seperti itu, "Hallo Tante, kenalin, saya Yulyra Mila Sari, biasa disapa Lyra. Salam kenal, Tante," ujarnya mengulurkan tangan.
Janete langsung bangun dari keterkejutannya, "Ah ya, salam kenal Lyra, saya Janete Diane Suseno, panggil aja Tante Janete," ujarnya tertawa garing sambil menjabat tangan Lyra.
Lyra tersenyum, "Iya, Tante Janete." balasnya ramah.
Interaksi sosial Lyra memang bagus, ia memiliki aura positif dan lembut, membuat siapapun tau ia anak baik dan selalu membawa kebaikan.
"Oh ya, Nyonya Lim udah di dalam. Silahkan langsung aja ke ruang nomer 1," ujar Janete mempersilahkan keduanya.
"Makasih, Tan," ujar Jackson langsung menggandengang tangan Lyra ke dalam dengan mesra. Ia tak memedulikan tatapan horror dari orang-orang di butik.
Tanpa mereka sadari, salah satu teman Tiara memfoto kedekatan Lyra dan Jackson.
Dengan cepat, ia memberi caption yang provokatif.
[ Kayaknya, bocah ini abis diputusin anaknya, malah ngembat Bapaknya. Hebat juga yah nih lonte satu. ]
Melihat foto itu, Daniel menggeram kesal.
"Sial! Apa yang dilakukan mereka berdua?" gumamnya kesal, “Gak akan kubiarkan!”
"Mohon maaf, tapi Nyonya Besar Davidson sudah tiada pada jam 7.32 WIB." Seluruh keluarga besar Davidson langsung menangis tak karuan, apalagi Jackson yang merupakan orang tersayangnya. Nenek Davidson adalah penghubung keluarga setelah kepergian Kakek Davidson, tetapi ia sudah pergi juga, lalu siapa yang akan menghubungkan mereka kali ini. Lyra memeluk suaminya yang terus mengguncang tubuh Nenek Davidson yang tak bernyawa, ia tak sanggup kehilangannya. Sampai Daniel turun tangan menarik ayahnya agar tidak berskap seperti itu. "Stop, Pah! Kasian Uyut, Papa bakal bikin Uyut sedih!" "Nek!" Jackson lemas sampai seperti ingin pingsan, tetapi ia masih bisa berdiri dan memeluk istrinya yang juga menangis melihatnya sehancur itu. "Maafin aku Sayang, aku selemah ini." "Sssstt, diam," balas Lyra malah membuat Jackson tambah menangis kencang. Keluarga Davidson menatap Jackson yang paling terpukul, membuat Renata juga mendekatinya dan memeluknya. "Sabar, Nak." ••• Pasca
"Maafkan saya, Pak! Tolong beri saya kesempatan untuk memperbaikinya...." tangis karyawan yang kemarin menghina Lyra. Manajer yang menyampaikan surat pemecatan itu pun menghela napas, ia tak habis pikir dengan karyawan itu yang bisa-bisanya menyenggol istri kesayangan pemilik restoran. "Saya bukan Bosnya, Re. Jadi silahkan kamu jadiin ini pengalaman di tempat barumu. Kebetulan Bu Lyra kasih link kerjaan baru buat kamu tadi." "Serius, Pak?" tanya karyawan itu. "Iya, ini usaha baru, tapi kalo kamu tekun semua akan jadi lebih baik." "Terima kasih, Pak!" Karyawan itu pun berterima kasih pada sang Manager, tapi Manager itu berkata lagi di depan semua karyawan restoran itu. "Mungkin ini udah jadi rahasia publik kalau istrinya Pak Jackson gak cantik-cantik amat, tapi masalah bucin yang bucin banget malah Pak Jackson ke istrinya. Sebenarnya masalah ini udah selesai, tapi Pak Jackson yang tau perkara ini entah dari mana langsung kasih surat pemecatan ini. Saya harap, kalau kalian pingi
"Papa, Dedenya lucu... hihi!" ujar Adel pada Ayahnya saat Jackson menggendong cucunya pertamanya itu. "Iya Sayang, dulu kamu juga lucu, sekarang juga masih lucu." "Aku lucu, Papa?" tanya Adel lagi. Gadis kecil itu berusia 2,5 tahun tapi sudah pintar seperti Kakaknya. Ia juga memiliki fisik seperti Jackson, padahal Jackson ingin memiliki gadis kecil yang mirip seperti ibunya. Saking cintanya ia pada istrinya sampai-sampai ia sempat ngambek karena anak-anaknya menuruni fisiknya semua. "Iya dong, Sayang," jawab Jackson. Tak lama Lyra datang membawa perlengkapan untuk bayi laki-laki itu mandi. Seperti dirinya, Jasmine juga takut memandikannya pada awal-awal melahirkan. Sekarang ia berperan sebagai ibu mertua, setidaknya ia memiliki pengalaman lebih awal dari Jasmine. "Adel seneng ya liat Dede Bayi?" tanya Lyra melihat anaknya yang antusias. Daren malah sedang bermain dengan Kakaknya--Daniel. Ini seperti Jackson sedang tukeran anak dengan Daniel. "Dede bayinya lucu Ma,
Dua tahun berlalu ketika Daniel menyelesaikan gelar DBA (Doctor of Business Administration), ia langsung melamar Jasmine pada ayahnya. Tentu prosesnya lancar sekali, apalagi Jackson juga sudah cocok dengan Jasmine. Semakin dewasa Daniel, semakin ia bisa melihat siapa orang yang layak ia nikahi. Maka Jackson menyetujuinya. Lyra, Jackson, Baby Dam dan keluarga besar akhirnya tinggal di rumah yang ada di Amerika selama proses pernikahan Daniel, yakni seminggu karena mereka harus membantu proses menuju pernikahan juga. Melihat bagaimana Daniel bisa menemukan sosok baik seperti Jasmine, membuat Lyra lega, akhirnya Daniel tidak dihantui oleh bayang-bayang masa lalu bersamanya. Kisah mereka memang unik dan langka, tapi begitulah adanya. Mereka bisa sama-sama berdamai dengan masa lalu, saling belajar dari pengalaman yang berharga. "Sah?!" "Sah!" "Alhamdulillah...." Mereka tentu melangsungkan pernikahan secara Islam karena Jasmine juga sudah mualaf setengah tahun yang lalu da
"Aku gak bisa janji kalau aku bisa tega mempertahankan anak itu kalau misal ada kejadian di mana janin itu membahayakan kamu. Aku takut kamu kenapa-napa," ujarnya memeluk istrinya lebih erat lagi. "Kita usahain yang terbaik," balas Lyra meyakinkan suaminya. Jackson pun tak menjawab, ia merasa lega karena akhirnya ia tau apa yang membuat istrinya sekhawatir itu pada sesuatu. Ia akan berhati-hati lain kali agar istrinya tidak overthinking karena ucapannya. Maka, keduanya terus merawat Baby Daren bersama. Menjadi CEO dan orang sibuk tidak serta merta membuat Jackson mengabaikan peran sebagai ayah. Ia sudah kapok dengan pengabaiannya pada Daniel yang membuatnya lepas kendali. Ia tak ingin anaknya menjadi salah satu di antara banyaknya anak fatherless di negeri ini. Ia ingin memberikan contoh pada semua pria di dunia ini utamanya pada seorang ayah, bahwa keluarga lebih berharga dari segalanya. _+_+_ Jackson dan Lyra menghadiri sebuah pesta ulang tahun dari salah satu konglomer
Lyra langsung bad mood ketika Jackson menjawabnya dengan langsung seperti itu, bahkan tidak ada kata kiasan apa-apa langsung berkata 'Gak!'.Ia merasa kalau suaminya tidak mau memiliki anak lagi dengannya, karena mungkin Jackson sudah bosan dengannya dan berencana meninggalkannya. Lyra jadi overthinking sendiri tanpa berani mengungkapkan perasaannya pada sang suami. Ia jadi banyak melamun dan tidak fokus ketika bicara dengan suaminya. Jackson sebenarnya merasakan itu, tapi ia berasumsi mungkin Lyra butuh waktu untuk sendiri. Ia takut jika menanyakannya langsung, malah membuat Lyra stres. Ia paham kalau wanita pasca melahirkan akan mengalami yang namanya stres atau sampai pada Baby Blues yang sangat berbahaya.Ia berusaha memberikan perhatian-perhatian untuk sang istri, tetapi Lyra meresponnya dengan pasif. Hal itu tentu sangat mengganggunya juga, tapi apakah tindakannya tepat jika bertanya.Baby Daren juga tumbuh dengan baik, membuat Lyra merasa lega meski masih memiliki perasaan me