"Lima tahun," jawab Lyra tanpa takut."Kamu benar. Saya nggak terlalu memperhatikannya, makanya dia jadi lepas kendali seperti itu," ujar Jackson merasa bersalah.Ekspresi itu sudah cukup membuat Lyra berhenti untuk mengkritik Jackson sebagai orang tua. Ia seharusnya tahu bahwa Jackson sesibuk itu sehingga tak sempat mengasuh anaknya sendiri. Tapi, orang tua mana pun pasti tak ingin anaknya terjerumus hal yang salah.'Sayangnya, Daniel tampaknya tak mengerti,’ lirih Lyra sedikit merasa bersalah.Untungnya, kecanggungan antara keduanya berakhir kala Lyra harus mengganti baju yang cocok dari butik. Dengan cepat, penampilannya sudah berubah.Jackson pun menggandeng tangan kanannya untuk berjalan beriringan menuju ke restoran yang ada di hotel mewah itu. "Hallo, Mr. Davidson!" sapa pria bule yang cukup berumur itu dengan ramah. Jackson melepaskan pegangan tangannya dari Lyra dan memeluk sosok itu. Sementara Lyra, ia tersenyum ke arah istri dari pria gembul itu yang sudah sama-sama tu
Setelah keributan di depan apartemen reda, Daniel dipersilhkan masuk bersama Vita. Hanya saja, keduanya seperti kerbau yang cocok hidungnya. Mereka menuruti setiap yang dikatakan Jackson. Tak lama, keduanya duduk di depan pria dewasa itu yang juga duduk di sofa yang berseberangan dengannya. Mereka diam-diam memperhatikan bagaimana Jackson memangku kepala Lyra yang tertidur lelap. Sementara itu, Bi Wati menyiapkan kopi untuk ketiga orang tersebut. "Kenapa Bapak gendong teman saya?" tanya Vita pada akhirnya. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Daniel sendiri tak bisa berkata-kata saking syoknya dengan "kedekatan" sang ayah dan mantan pacarnya itu. Ia tahu benar bahwa Jackson bukanlah tipe orang yang lembut dan romantis seperti ini. "Aku nggak ngerti jalan pikiran Papa, tapi tolong jelaskan ... kenapa Papa bisa sama Lyra? Kalau Lyra salah, biarkan dia menebusnya. Jangan buat dia terkurung di dalam jebakan Papa," timpal Daniel setelah berhasil menguasai diri. "Maksudmu? Kamu men
Renata tampak masih belum setuju dengan seorang yang Jackson pilih sebagai calon istrinya. Ia memiliki banyak alasan untuk membantah poin plus Lyra yang Jackson ungkapkan. Namun, Jackson juga punya banyak kekuatan untuk tetap teguh memilih pilihannya.Saat ini, mereka saling diam membuat suasana jadi canggung. Ketika Bi Wati datang menyuguhkan satu gelas air minum lagi untuk Lyra, barulah Renata mulai berbicara lagi."Saya nggak tahu apa alasan utama kalian menikah tiba-tiba seperti ini, tapi saya harap kamu tidak mengecewakan anak saya. Mendampinginya bukan hanya dengan cinta, tapi dengan kualitas kamu sendiri."Lyra mengangguk pasrah.Di sisi lain, Jackson tahu bahwa sang Ibu tak mungkin menyerah semudah itu.Kadang, ia sendiri merasa bahwa ibunya juga rival karena ibunya sering mengajaknya berdebat atau melakukan banyak hal yang saling berlawanan."Mami tenang aja, kualitas itu akan Jackson jamin," ungkapnya mantap.Renata tidak punya kalimat lain untuk membalas. Kemudian, ia pa
Lyra menghela napas panjang setelah melewati berbagai kejadian tak menyenangkan.Untungnya, Jackson mendampinginya.Jika tidak, entah bagaimana nasib gadis itu.Hanya saja, ketika Lyra baru saja bisa merasakan ketenangan setelah beberapa hari berlalu, Vita tiba-tiba datang."Vita...?" panik Lyra saat melihat wajah sahabatnya seolah menagih penjelasan darinya."Gak perlu kaget. Beberapa hari yang lalu, Pak Jackson gendong lo waktu lo tidur. Belum lagi, Pak Jackson jelasin kalau dia udah lamaran," cecar Vita, "Seriusan, deh, Ra! Lo perlu jelasin secara jelas ke gue ...."Mendengar itu, Lyra sontak teringat cerita Jackson tentang kedatangan Daniel dan Vita.Ia menghela napas dan menatap sang sahabat. Entah mengapa, Lyra merasa berat untuk jujur padanya."Jadi...?" tegas Vita."Maafin aku ... aku nggak bermaksud begitu."Bukannya menjawab dengan jelas, Lyra justru tampak ragu.Melihat itu, Vita menghela napas panjang. Ia tidak bisa marah pada Lyra. "Gue cuma takut lo dimanfaatin sama Bok
"Saya takut keluarga saya diinjak-injak oleh keluarga Anda yang kaya," ujar Lyra akhirnya jujur. Mendengar itu, Jackson pun mengerti. "Ketakutan kedua orang tuamu, ada benarnya juga. Tapi sekarang, saya harus ngasih tau hal penting tentang ini agar kamu paham, Ra." "Kamu harus yakin bahwa keluarga saya pun nggak ada yang berani sama saya," tambahnya lagi.Lyra sontak mengerutkan kening, bingung. "Gak berani sama Bapak? Maksudnya...?" "Mereka tidak akan bisa menolak apa yang sudah saya putuskan," ucap Jackson, "sekali membuat saya tidak puas, keluarga besar saya harus siap hidup sebagai gelandangan." Di keluarga besar Jackson, pewaris utama bukanlah mereka yang lahir sebagai anak sulung tapi, dia yang berkemampuan. Oleh sebab itu, Jackson jelas tahu banyak yang iri padanya dan telah menyiapkan diri untuk itu. Terbukti, sampai sekarang, dia bisa menangani semua dengan baik. "Jadi, kamu tenang saja," tegas Jackson lagi.Lyra menghela napas. Entah mengapa bebannya seakan terangkat da
Pagi harinya, seperti yang sudah disiapkan oleh Jackson, ada beberapa penata rias dan penata busana yang datang membawa pakaian untuk merias Lisa juga kedua orang tuanya. Prio dan Sulastri merasa terbebani tapi, mereka juga sadar kalau mereka akan bertemu dengan keluarga kaya yang terhormat. Lyra didandani dengan cantik. Ia memakai kebaya black and abu-abu muda yang berbentuk dress atau kebaya sambungan. Akan tetapi masih menunjukkan kesan syar'i juga tidak menghilangkan batik plus kebayanya. Kebaya atasnya juga tidak menerawang meski menggunakan kain renda, sebab sudah ada kain tebal di dalamnya yang melapisinya. Bahan pakaian berkualitas tinggi, sehingga tidak panas. Lyra juga dirias senatural mungkin karena itu permintaannya pada Jackson. Untung saja Jackson tidak rewel dan mengatur semuanya sesuai keinginan Lyra. Jackson sudah datang setelah Lyra di rias, hal itu sebenarnya membuat Lyra agak bingung. kenapa mereka harus berdandan seperti itu. "Mas, kok kayak kesannya acara gede
"Saya bersedia," ujar Lyra tegas. Kesungguhan Lyra membuat semua orang pun tidak bisa menganggapnya enteng. Jackson juga terlihat tidak melepaskan tatapan ke arah sang calon istrinya seolah ia sudah menempatkan hatinya padanya. Itu menjadi pusat perhatian seluruh keluarga dan juga sahabat Jackson yang diundang. Tindakannya membuat orang-orang yang tau karakter Jackson keheranan, bagaimana bisa seorang Jackson yang biasanya dingin terhadap wanita sekarang menatapnya dengan penuh cinta, apalagi dulu pengalaman pernikahan pertama Jackson. Mereka terlihat saling sayang tetapi tidak seposesif sekarang. Sekarang terlihat sekali bahwa Jackson l sangat mencintai Lyra dengan tulus tanpa pengaruh dari pihak manapun. Keduanya malu-malu, terasa alami membuat orang lain tidak berani curiga. Apalagi Jackson terlihat ingin melindungi calon istrinya, itu terlihat alami. Terbukti ketika acara itu belum diadakan, Jackson sudah memperingati seluruh keluarga agar tidak mengkritik calon istrinya dalam
Lyra bingung dengan pertanyaan wanita itu, ia tak mengerti apa maksudnya. Wanita itu terluhat berusia 30an tahun, ia masih cantik dan terlihat familiar, atau mungkin ia seorang yang terkenal. "Maaf, Tante, saya gak paham apa maksud Tante,x ujar Lyra hati-hati. "Tante?!" kesal wanita itu melotot. Lyra langsung menunduk, "Maaf, Kak. Saya gak tau, kalau boleh tahu, Kakak siapa ya?" tanyanya. Wanita itu mendengus, "Heh, gue mau memperingatkan lo akan suatu hal, bukan mau kenalan." "Maaf, ya boleh kalau Kakak mau kasih wenjangan." "Dih PD! Pokoknya gue mau bilang sama lo, hidup lo gak akan tenang di keluarga ini, ngerti?!" Lyra yang posisinya lemah saat ini pun hanya bisa mengangguk, "Iya, Kak." "Iya iya, nyebelin banget sih lo anjir!" "Ehem!" Lyra dan wanita itu terkejut mendengar suara itu, Jackson muncul di ambang pintu toilet wanita dan menatap mereka berdua. "Udah, Yang?" tanya Jackson. Lyra menoleh ke arah wanita itu lalu mendapatkan tatapan seolah ia tidak boleh mengaduka