Share

5. Dibenci Calon Kakak Ipar

Apa yang diharapkan seseorang dari sebuah pernikahan? Tentu saja perasaan saling mencintai di antara keduanya telah sah di mata agama dan hukum. Menjalani kehidupan setelah menikah dengan status sebagai suami istri, memiliki anak dan hidup dengan bahagia. 

Setiap pasangan yang saling mencintai akan mengharapkan pernikahan. Begitu juga dengan Kinara. Dia juga mengharapkan pernikahan yang sebenarnya, bukan pernikahan palsu seperti yang akan ia jalani setelah ini. Jika Kinara boleh memilih, dia ingin menikah dengan orang biasa saja asal didasari dengan cinta diantara keduanya. 

Bolehkah Kinara menyesali keputusannya? Seandainya bisa, tapi dia sudah terlanjur masuk ke dalam perjanjian itu. Ia sudah mendapatkan bayarannya, sekarang tinggal memenuhi kewajibannya.

Genggaman tangan Arjuna terasa hangat ditangan, perasaan gugup menghilang dengan perlahan. Kinara menampilkan senyum manisnya ketika sudah sampai di ruang keluarga. Disana sudah berkumpul keluarga Atmaga dengan mata yang tertuju pada Arjuna dan Kinara. Gugup dan takut kembali mendera Kinara. Dia menelan ludah berkali-kali saat Arjuna membawanya lebih dekat dengan orang-orang di depannya ini. 

Arjuna mengenalkan Kinara kepada semua anggota keluarga. Dengan senyum ramahnya Kinara bersalaman dengan orang tua, kakak dan kakak ipar Arjuna.

Ardi Atmaga adalah papa Arjuna, laki-laki sukses yang menjadikan Atmaga perusahaan besar di Indonesia. Disamping Ardi, berdiri wanita cantik dan anggun, dialah Safira Kusuma–istri dari Ardi Atmaga. 

Kinara melihat senyuman dari wajah orang tua Arjuna, berbeda dengan dengan laki-laki dan wanita yang berdiri disamping Safira. Senyuman sinis menghiasi wajah mereka ketika Kinara menyapa dan bersalaman. Mereka seakan terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaannya pada Kinara. 

Kinara diminta untuk duduk disebelah Safira. Kinara yang masih canggung hanya tersenyum ketika wanita itu berbicara banyak hal. Kinara bisa melihat kehangatan di mata Safira ketika menatapnya dan menatap Arjuna. 

Berbeda dengan Safira, Ardi lebih banyak diam tanpa berkomentar. Kinara tidak bisa mengartikan ekspresi dari laki-laki itu, apakah menyukainya atau tidak.

"Jun, kapan kalian akan menikah?" tanya Safira. 

"Dua minggu lagi, Bu." Arjuna mantap mengatakan itu. 

Kinara membulatkan matanya, Arjuna sama sekali tidak memberitahu kalau dua minggu lagi mereka menikah. Secepat itukah? 

"Kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Ardi. 

"Sudah, Pa. Aku dan Kinara sudah mempersiapkannya." 

Arjuna menatap Kinara dengan lembut. Rasanya ingin melempar muka tampannya itu dengan bongkahan batu, benar-benar suka sekali membuat orang terkejut. 

"Baiklah, Ibu percaya sama kalian, kami akan menyiapkan sisanya. Rama dan Lisa juga akan membantu." Safira menatap anak sulung dan menantunya. 

"Selamat, Jun, sebentar lagi kamu menikah," ucap Rama. 

"Makasih," jawab Arjuna singkat. 

Kinara mengerjapkan mata berkali-kali. Bukankah mereka saudara kandung? Kenapa sepertinya tidak akur? Kinara melihatnya seperti musuh yang selalu bersaing dalam hal apapun. 

Ardi dan Safira mengajak anak-anaknya untuk makan malam. Mereka menuju meja makan terlebih dahulu meninggalkan kedua anak laki-lakinya di ruang keluarga. 

"Aku pikir kamu akan mencari yang lebih baik, Jun. Ck, menolak berlian dan memungut sampah di jalan," ucap Rama saat berpapasan dengan Arjuna. 

Arjuna tersenyum sinis, Rama memang selalu berkata seenaknya sendiri, tidak berubah sejak dulu. 

"Aku lebih suka sampah bersih di jalan daripada berlianmu yang busuk di dalam." Seringaian tercetak jelas di bibir Arjuna, membuat Rama menggertakkan giginya marah, kemudian berjalan menyusul orang tuanya. 

"Jun, sampah tetaplah sampah. Tidak ada bedanya sampah bersih atau kotor. Dia … tetaplah sampah yang harus dibuang." Lisa melihat Kinara dari atas ke bawah kemudian tersenyum sinis. 

Arjuna diam, dia berusaha menahan emosinya. Baginya sama saja, Rama dan Lisa akan selalu mengusik hidupnya. 

Setelah Lisa meninggalkan ruangan itu. Tinggallah Arjuna dan Kinara yang masih syok dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. 

"Jadi, kamu akan menikahi sampah?" Kinara tersenyum kecut. 

Mendengar perkataan Rama dan Lisa, dada Kinara terasa sesak dan nyeri. Dia manusia sama seperti mereka dan dengan seenaknya mereka mengatakan bahwa dirinya adalah sampah. Apakah orang miskin dan yatim piatu seperti Kinara tidak layak bersanding dengan orang kaya seperti Arjuna. Walaupun pernikahan ini kontrak, di mata publik Kinara tetap menikah dengan Arjuna. 

"Jangan dengarkan mereka." 

"Tapi, bagaimana mungkin hubungan dua saudara kandung seburuk ini?" tanya Kinara. 

"Bukan urusanmu! Kamu cukup mengikuti perjanjian yang sudah kita buat. Tidak perlu ikut campur dengan masalah pribadiku. Mengerti?" 

Intonasi bicara Arjuna meninggi. Kinara diam tidak bersuara, hatinya cukup sakit hanya dengan mendengar sebuah bentakan. Tiba-tiba ulu hatinya terasa nyeri. Beginikah sifat Arjuna yang sebenarnya? Beberapa waktu yang lalu dia tampak manis menggandeng tangannya dengan hangat, dan sekarang berubah menjadi sosok pemarah. 

"Maaf, aku melewati batas." Kinara menunduk tak berniat menatap Arjuna. 

"Ayo kita makan," ajak Arjuna.

Arjuna lebih dulu melangkah menuju meja makan. Sementara Kinara masih terpaku di tempatnya. Jantungnya berdetak lebih kencang, perasaan takut dan khawatir menguasai pikirannya. 

"Apakah semua akan baik-baik saja? Ibu panti, doakan Kinar." Kinara menenangkan dirinya kemudian berjalan mengikuti Arjuna ke meja makan. 

***

Selesai makan, Arjuna berpamitan untuk mengantar Kinara pulang. Kinara berpamitan pada orang tua Arjuna, Safira tampak bahagia bertemu dengan Kinara, berbeda dengan Ardi, Rama dan Lisa. Ardi memang lebih banyak diam sementara Rama dan Lisa secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya pada Kinara. 

"Kamu kenapa?" tanya Arjuna. 

"Gak apa-apa," jawab Kinara. 

"Dengar Kinara, aku—" 

"Aku tahu batasannya, Pak. Mana yang harus aku tahu dan mana yang seharusnya tidak aku ketahui. Kurasa sampai sini, aku paham." Kinara tidak berniat menatap Arjuna yang sedang menyetir. 

"Baiklah." 

Arjuna dan Kinara diam, tidak ada percakapan setelah itu. Suasana malam yang sunyi menambah keheningan di dalam mobil Arjuna, sampai akhirnya mobil berhenti di kontrakan milik Kinara. 

"Aku turun. Terima kasih sudah—“ 

Kinara membeku di tempat ketika merasakan benda kenyal dan basah menyentuh pipinya. Kinara tidak berani menoleh karena tahu Arjuna sedang mencium pipinya. 

"Ucapan terima kasih karena sudah ikut denganku dari siang," ucap Arjuna dengan enteng. 

Kinara belum bisa mencerna keadaan dengan baik. Dia masih membeku di tempatnya, hingga tersadar harus turun dari mobil Arjuna. 

"Terima kasih, Pak. Aku turun." 

Kinara segera turun dari mobil. Dia menunggu mobil Arjuna menghilang dari penglihatannya. 

Kinara menyentuh pipinya yang baru saja di cium Arjuna. Rasanya seperti mimpi. Arjuna menciumnya. Benar, Arjuna baru saja menciumnya. Letupan-letupan kecil di hatinya kembali bergemuruh, entah kenapa debaran-debaran hinggap begitu saja tanpa permisi di hatinya. 

Apakah ini cinta? Tidak. Kinara tidak boleh merasakan cinta pada Arjuna, diri terlalu sadar diri dengan posisinya. 

"Kinar, jangan aneh - aneh. Kamu hanya perlu memenuhi kewajibanmu seperti yang tertuang di surat perjanjian itu. Jangan melewati batas karena batas itu tidak akan memihak sama kamu!" Kinara menepuk kedua pipinya pelan dan berjalan masuk ke kontrakannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eny Rozaini
lanjuttt yg banyaķkkk sekalian buka gratisss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status