Share

4. Bertemu Calon Mertua

Arjuna membawa Kinara ke beberapa tempat, salah satunya adalah butik wedding dress langganan keluarganya. Dia ingin Kinara memilih baju pernikahan yang dipakainya nanti. Arjuna sengaja mempersiapkan semuanya lebih dulu agar pernikahan ini segera dilaksanakan.

"Kenapa secepat ini mempersiapkan semuanya, Pak?" tanya Kinara.

"Pernikahan akan segera diselenggarakan, Kinar."

"Maksudku adalah, bahkan kamu belum mengenalkanku pada orang tuamu. Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?" Kinara sadar, dirinya adalah anak panti asuhan. Sementara Arjuna berasal dari keluarga kaya raya.

"Mereka pasti setuju."

"Seyakin itu?" Kinara menatap serius Arjuna.

"Bisakah, kamu diam? Aku memintamu untuk mencoba pakaian, bukan banyak tanya seperti itu!" ucap Arjuna dengan nada tinggi.

Kinara tersentak kaget. Baru saja Arjuna mengatakan itu dengan nada marah, berbeda dengan Arjuna yang dikenal Kinara kemarin. Dia melihat sisi mengerikan pada tatapan Arjuna, bukan tatapan yang hangat lagi. Tiba-tiba mood Kinara menjadi buruk, dia mendadak kesal dengan sikap Arjuna. Selama melihat model dan mencoba baju pengantin, Kinara tidak menunjukkan semangat sama sekali.

"Sudah memilih?" tanya Arjuna. 

"Sudah, Pak." 

"Kamu lapar?" 

"Tidak, Pak," jawab Kinara. 

"Benarkah?" 

"Lalu, aku harus menjawab seperti apa?" tanya Kinara semakin kesal. 

"Lapar." 

"Terserah Pak Arjuna saja." 

Arjuna terkekeh mendengar jawaban Kinara. Wanita itu memang lucu dan lugu. Arjuna mengacak gemas rambut panjang Kinara, lalu beranjak meninggalkan butik. Kinara yang diperlakukan seperti barusan hanya mematung kaku ditempat. Dengan sekejap, rasa kesalnya berubah menjadi rasa senang, seperti ada letupan-letupan kecil di hatinya. 

"Aku akan meninggalkanmu jika lama," teriak Arjuna. 

Teriakan Arjuna menyadarkan lamunan Kinara. Dia segera mengikuti Arjuna keluar dari butik. 

Arjuna membawa Kinara ke toko perhiasan untuk membeli cincin, setelah itu mereka menuju tempat makan terdekat. Kinara memang sudah lapar, karena sejak pagi dirinya belum makan, hanya beberapa cemilan yang dimakannya saat di kampus. 

"Pak, boleh tanya?" tanya Kinara. 

"Hm."

Kinara berusaha mencairkan suasana di antara keduanya. Sejak masuk kedalam tempat makan ini, Arjuna belum mengatakan apapun, dia lebih fokus dengan ponselnya.

"Kenapa memilihku? Kenapa bukan orang lain?" tanya Kinara

"Random saja, kebetulan kamu sedang ada masalah, lebih mudah mengajak kerja sama orang yang berada dalam masalah, terutama berkaitan dengan uang," jelas Arjuna. 

Kinara menelan ludahnya kasar. Perkataan Arjuna benar-benar ngena di dirinya. Dia seakan menjual tubuhnya demi mendapatkan uang.

"Kenapa?" Arjuna melihat Kinara menunduk. 

"Tidak apa-apa, Pak. Mikir saja sih. Pak Arjuna kaya, tampan, pasti banyak yang suka. Sementara aku? miskin dan yatim piatu pula," ucap Kinara pelan. 

Arjuna memang random memilih calon istrinya, dan secara kebetulan Arjuna mendengar percakapan Kinara di telepon. Kesempatan tidak dibuang oleh Arjuna. Dia menemui Kinara untuk mengajukan perjanjian. 

"Kamu memang biasa saja, Kinar. Cantik rata-rata, tidak tinggi, badan kecil dan dada lumayanlah. Belum cukup untuk meningkatkan gairahku, hahaha." Arjuna tertawa. 

"Kamu! Huh, keterlaluan!" Kinara memalingkan muka. 

Kinara kesal mendengar perkataan Arjuna yang membuatnya marah sekaligus malu. Andai saja dia bukan calon suami, sudah Kinara masukkan ke dalam koper lalu membuangnya ke tempat yang jauh. 

"Marah?" 

"Tidak!" 

"Sebaiknya makan dulu, sebelum dingin." 

Kinara bergegas memakan makanan yang tersaji dengan lahap. Dia tidak peduli dengan Arjuna yang berkomentar tentang cara makan Kinara yang berantakan. Siapa peduli, Kinara hanya butuh makan.

Selesai makan, Arjuna mengantar Kinara menuju butik yang berada di dekat sana. Dia akan membelikan Kinara dress yang harus dipakainya menuju kediaman keluarga Atmaga. Derap jantung Kinara berpacu dengan cepat. Mendengar kata mertua yang terbayang adalah mertua jahat seperti film atau sinetron. 

Kinara segera menepis pikiran negatifnya. Dia harus bersikap profesional layaknya pasangan yang saling mencintai saat di depan umum, terutama keluarga Atmaga. 

Selesai dengan dress, Kinara digiring Arjuna menuju salon terdekat untuk menata rambut dan memakai make up tipis pada wajahnya. 

"Pak, ketemu mertua harus seribet ini, ya?" tanya Kinara. 

"Tidak juga, hanya saja aku ingin kamu tampil cantik di depan calon mertua dan kakakku."

Pipi Kinara memerah, entah karena malu atau olesan blush on tipis pada wajahnya. 

Setelah selesai dari salon, Arjuna membawa Kinara menuju rumahnya. Jujur saja tidak hanya Kinara yang gugup tapi juga Arjuna. Laki-laki itu beberapa kali menggerakkan bibirnya tidak menentu. 

"Sudah siap?" tanya Arjuna. 

"Haruskah bertanya? Aku sudah siap dari tadi." 

Arjuna melihat Kinara dari atas ke bawah. Dress putih dengan hiasan renda di bawah leher dan tangan menambah kesan cantik pada tubuh Kinara. 

Arjuna melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dia hari ini akan bertemu dengan orang tuanya untuk memperkenalkan calon istri pada mereka. Sebelumnya, Arjuna sudah memberitahukan ibunya kalau dia sudah memiliki seorang kekasih, sehingga ibu sudah tahu kalau Arjuna akan datang malam ini membawa kekasihnya. Ibu Arjuna–Safira, tidak menuntut banyak hal dari istri Arjuna. Dia senang anaknya sudah mau memimpin perusahaan dan menikah.  

Arjuna sebelumnya juga dijodohkan oleh Rama–kakak Arjuna dengan Laura, wanita cantik dan kaya yang mencintai Arjuna sejak dulu. Namun, Arjuna tidak setuju menikah dengan calon yang dipilihkan kakaknya itu. Arjuna kenal dengan Laura, sehingga Arjuna tahu betul bagaimana sikap Laura selama ini. Untuk menghindari itu semua, Laura harus mendapat penolakan untuk kesekian kalinya dari Arjuna 

Arjuna melihat Kinara yang menoleh ke arahnya. Dia akui Kinara cantik dengan balutan dress yang begitu apik melekat di tubuhnya. Arjuna fokus menyetir mobilnya, namun sesekali ia melirik ke arah Kinara. 

"Saya aneh ya, pak?" tanya Kinara sambil melihat bawah, kanan, kiri tubuhnya. 

"Kamu cantik," puji Arjuna. 

Arjuna melirik Kinara dan tetap melajukan mobilnya perlahan, sesekali dia juga melihat jam tangannya untuk memastikan waktu yang tertera di sana. 

Perjalanan terasa lama karena Arjuna mengendarai mobil dengan santai. Setelah sampai di rumah Atmaga, Kinara turun dengan perasaan yang tidak karuan. Arjuna mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Kinara hanya cukup diam dan duduk disamping Arjuna. Dia harus menjadi wanita yang ramah dan sopan di hadapan calon mertuanya. 

"Siap?" tanya Arjuna

"Siap atau tidak, aku harus siap." 

"Tenanglah, semua akan berjalan dengan baik. Kamu hanya cukup ramah seperti biasanya." 

Kinara mengangguk. Ini pertama kali dirinya melangkahkan kaki di kediaman Atmaga. Sungguh, seperti mimpi, bisa masuk ke dalam rumah ini. Rasa gugup berubah menjadi rasa kagum. Rumah besar dan mewah ini menunjukkan interior yang berkelas dan mahal. Arjuna menarik tubuh Kinara agar berjalan menuju ruang keluarga.

"Kamu gugup?" tanya Arjuna. 

"Iya," jawab Kinara. 

"Biasa saja, kamu harus rileks." Arjuna menggenggam tangan Kinara untuk meredakan gugupnya. 

"Dengar Kinara, kita harus berakting dengan sebaik mungkin. Terutama di depan kakakku, Rama. Apakah kamu bisa?" 

"Bisa, Pak." 

Dan mulai hari ini hubungan pura-pura antara Kinara dan Arjuna dimulai. Kinara harus bisa menyesuaikan dengan Arjuna ketika di depan umum, begitu pula sebaliknya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kholid Ibnu Yazid
alur ceritanya bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Eny Rozaini
makin bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status