Share

04. Keras Kepala

Rio terkejut mendengar kata-kata yang barusan di ucapkan oleh Yudha. Sekian lama berteman, ia tahu Yudha bukanlah tipe laki-laki yang pandai merangkai kata apalagi kata-kata gombal. Yudha adalah laki-laki yang menjadi idola bagi setiap perempuan yang melihatnya. Alis tebal di atas manik mata berwarna coklat kekuningan, hidung mancung dan rahang yang tegas. Di tunjang dengan tinggi badan 187 cm selalu membuat para perempuan berakhir dengan pertikaian untuk memperebutkan seorang, Yudha.

"Eh, Bro, sejak kapan lu pandai gombal begitu?" tanya Rio terheran-heran.

Melihat ekspresi Rio yang kebingungan seperti anak ayam kehilangan induknya, Yudha pun tertawa.

"Yudha, gitu loh," ucapnya bangga.

Ternyata benar kata orang, cinta itu bisa mengubah orang lain. Buktinya, Yudha yang cool jadi bisa gombal.

"Hai, wanitaku yang cantik,  apakah kamu suku dengan semua hadiah ini?" Yudha melihat mawar juga paket yang ia kirim masih tergeletak di atas meja kantin.

"Maaf ye, Tuan Yudha yang murah hati aku tidak tertarik dengan semua hadiah darimu."

"Ini masih belum seberapa, Sayang." Mendengar laki-laki berkulit sawo matang itu memanggilnya dengan  sebutan sayang, mata Shofi membulat seketika.

Tiba-tiba ....

Plak!

Semua mata memandang adegan barusan dengan jelas dan tercengang. Seorang perempuan memakai baju kurang bahan menampar Shofi.

"Dasar jalang! Sadar diri kamu tuh sudah tua tidak pantas untuk Yudha. Hanya aku yang pantas untuk Yudha, kamu hanya perawan tua yang miskin!" 

"Ella, beraninya kamu main tangan!"

Yudha mendorong Ella untuk jauhi Shofi.

"Yud, kenapa kamu masih bela dia? Dia tidak pantas untukmu. Hanya aku yang pantas, Dia hanya perempuan miskin. Sedangkan aku memiliki semuanya!"

Belum sempat Yudha berkomentar sebuah tamparan yang tidak kalah keras dari shofi mendarat di pipi Ella.

"Ella! Jangan sombong kamu, harta yang kamu nikmati sekarang adalah harta kedua orang tuaku yang kamu rampas, bersama ibu dan kakakmu.

"Apa? Jadi, Ella ini adalah saudari tirimu?" tanya Yudha terkejut dan dibenarkan dengan anggukan oleh Shofi.

"Beraninya kamu! Dasar jalang!" Ella maju ingin menjambak rambut Shofi tetapi dihadang oleh Yudha.

"Ella, berhentilah menggangguku juga shofi! Aku tidak menyukaimu sama sekali. Lebih baik aku pilih Nenek-nenek dari pada harus milih kamu."

Ella tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

"Aku akan membuat perhitungan padamu, Shofi, lihat saja nanti!" Ella meninggalkan kantin dengan penuh amara dan dendam.

***

Weekend adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Shofi. Hari ini ia hanya ingin bermalas-malasan di kamarnya, sambil mendengarkan musik dan membaca novel kesayanganya. Akhir-akhir ini sungguh melelahkan pikirannya, begitu banyak kejadian yang terjadi.

Sebuah pesan singkat masuk ke gawai Shofi. Ternyata adalah pemberitahuan sale besar-besaran dari toko buku langganannya. Ia melihat jam di gawainya menunjukkan pukul 10 pagi, "Kesempatan bagus ini," gumam Shofi. Ia segera mandi dan bersiap-siap.

"Nek, Shofi mau ke Toko buku, Nenek mau pesan sesuatu?"

"Tidak, Shofi!"

"Nenek, yakin?" Nek Anum mengangguk, lalu Shofi pamit dengan mencium punggung tangan neneknya. Ia pun keluar dari rumah dan berjalan ke pinggir jalan menunggu angkutan umum.

Tiba-tiba suara klakson memekak telinganya.

"Hai, cantik!" Yudha menyapa dengan mengedipkan sebelah matanya genit.

"Huuh!" Shofi menatap jengah lelaki bertubuh atletis itu. Tiba-tiba hamba Allah itu muncul begitu saja.

"Mau kemana?" Sini, kuantar."

"Gak usah, aku bisa naik angkutan umum."

"Gak aman sayang, ayo kuantar."

"Gak usah repot-repot, aku bisa pergi sendiri."

Dasar keras kepala, gumam Yudha, laki-laki ganteng bak arjuna itu pun keluar dari mobilnya setelah ia parkir.

"Auhhh! Yudha, turunkan aku!" Shofi sontak terkejut.

Tiba-tiba tubuh semampai itu berada di atas pundak Yudha. Yudha mengangkat Shofi seperti lagi mengangkat beras 25 kilo saja. Santai dan ringan.

Shofi yang terus memukul punggung Yudha, minta diturunkan akhirnya pasrah karena lelah meronta. Tenaga Yudha lebih kuat dari shofi. Yudha membuka pintu mobilnya dan mendudukkan wanitanya di dalam sana.

"Tukang maksa! Kenapa sih gak bisa lihat aku bahagia dikit?"

"Kebahagiaanmu itu adalah aku," jawab Yudha di balik stir dengan senyum penuh kemenangan.

"Aihhh! Tak malu, dengan jawabanmu? Jangan terlalu ge-er."

"Nyatanya memang begitukan? Tanyakan pada hatimu sekarang juga, apakah tidak ada rasa untukku? Tidak berdetak kencang jantungmu?"

Sial, dia bisa baca gesture tubuhku, batin shofi. Memang kenyataan, shofi mulai merasakan debaran tidak menentu setelah Yudha menggendongnya pada kejadian dengan berandalan beberapa waktu lalu.

Akan tetapi ....

Bersambung

Hai Kakak semua terima kasih sudah baca tulisanku semoga suka ya Kak ❤️🌹😘

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status