Rio terkejut mendengar kata-kata yang barusan di ucapkan oleh Yudha. Sekian lama berteman, ia tahu Yudha bukanlah tipe laki-laki yang pandai merangkai kata apalagi kata-kata gombal. Yudha adalah laki-laki yang menjadi idola bagi setiap perempuan yang melihatnya. Alis tebal di atas manik mata berwarna coklat kekuningan, hidung mancung dan rahang yang tegas. Di tunjang dengan tinggi badan 187 cm selalu membuat para perempuan berakhir dengan pertikaian untuk memperebutkan seorang, Yudha.
"Eh, Bro, sejak kapan lu pandai gombal begitu?" tanya Rio terheran-heran.
Melihat ekspresi Rio yang kebingungan seperti anak ayam kehilangan induknya, Yudha pun tertawa.
"Yudha, gitu loh," ucapnya bangga.
Ternyata benar kata orang, cinta itu bisa mengubah orang lain. Buktinya, Yudha yang cool jadi bisa gombal.
"Hai, wanitaku yang cantik, apakah kamu suku dengan semua hadiah ini?" Yudha melihat mawar juga paket yang ia kirim masih tergeletak di atas meja kantin.
"Maaf ye, Tuan Yudha yang murah hati aku tidak tertarik dengan semua hadiah darimu."
"Ini masih belum seberapa, Sayang." Mendengar laki-laki berkulit sawo matang itu memanggilnya dengan sebutan sayang, mata Shofi membulat seketika.
Tiba-tiba ....
Plak!
Semua mata memandang adegan barusan dengan jelas dan tercengang. Seorang perempuan memakai baju kurang bahan menampar Shofi.
"Dasar jalang! Sadar diri kamu tuh sudah tua tidak pantas untuk Yudha. Hanya aku yang pantas untuk Yudha, kamu hanya perawan tua yang miskin!"
"Ella, beraninya kamu main tangan!"
Yudha mendorong Ella untuk jauhi Shofi.
"Yud, kenapa kamu masih bela dia? Dia tidak pantas untukmu. Hanya aku yang pantas, Dia hanya perempuan miskin. Sedangkan aku memiliki semuanya!"
Belum sempat Yudha berkomentar sebuah tamparan yang tidak kalah keras dari shofi mendarat di pipi Ella.
"Ella! Jangan sombong kamu, harta yang kamu nikmati sekarang adalah harta kedua orang tuaku yang kamu rampas, bersama ibu dan kakakmu.
"Apa? Jadi, Ella ini adalah saudari tirimu?" tanya Yudha terkejut dan dibenarkan dengan anggukan oleh Shofi.
"Beraninya kamu! Dasar jalang!" Ella maju ingin menjambak rambut Shofi tetapi dihadang oleh Yudha.
"Ella, berhentilah menggangguku juga shofi! Aku tidak menyukaimu sama sekali. Lebih baik aku pilih Nenek-nenek dari pada harus milih kamu."
Ella tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan."Aku akan membuat perhitungan padamu, Shofi, lihat saja nanti!" Ella meninggalkan kantin dengan penuh amara dan dendam.
***
Weekend adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Shofi. Hari ini ia hanya ingin bermalas-malasan di kamarnya, sambil mendengarkan musik dan membaca novel kesayanganya. Akhir-akhir ini sungguh melelahkan pikirannya, begitu banyak kejadian yang terjadi.
Sebuah pesan singkat masuk ke gawai Shofi. Ternyata adalah pemberitahuan sale besar-besaran dari toko buku langganannya. Ia melihat jam di gawainya menunjukkan pukul 10 pagi, "Kesempatan bagus ini," gumam Shofi. Ia segera mandi dan bersiap-siap.
"Nek, Shofi mau ke Toko buku, Nenek mau pesan sesuatu?"
"Tidak, Shofi!"
"Nenek, yakin?" Nek Anum mengangguk, lalu Shofi pamit dengan mencium punggung tangan neneknya. Ia pun keluar dari rumah dan berjalan ke pinggir jalan menunggu angkutan umum.
Tiba-tiba suara klakson memekak telinganya.
"Hai, cantik!" Yudha menyapa dengan mengedipkan sebelah matanya genit."Huuh!" Shofi menatap jengah lelaki bertubuh atletis itu. Tiba-tiba hamba Allah itu muncul begitu saja.
"Mau kemana?" Sini, kuantar."
"Gak usah, aku bisa naik angkutan umum."
"Gak aman sayang, ayo kuantar."
"Gak usah repot-repot, aku bisa pergi sendiri."
Dasar keras kepala, gumam Yudha, laki-laki ganteng bak arjuna itu pun keluar dari mobilnya setelah ia parkir.
"Auhhh! Yudha, turunkan aku!" Shofi sontak terkejut.
Tiba-tiba tubuh semampai itu berada di atas pundak Yudha. Yudha mengangkat Shofi seperti lagi mengangkat beras 25 kilo saja. Santai dan ringan.Shofi yang terus memukul punggung Yudha, minta diturunkan akhirnya pasrah karena lelah meronta. Tenaga Yudha lebih kuat dari shofi. Yudha membuka pintu mobilnya dan mendudukkan wanitanya di dalam sana.
"Tukang maksa! Kenapa sih gak bisa lihat aku bahagia dikit?"
"Kebahagiaanmu itu adalah aku," jawab Yudha di balik stir dengan senyum penuh kemenangan.
"Aihhh! Tak malu, dengan jawabanmu? Jangan terlalu ge-er."
"Nyatanya memang begitukan? Tanyakan pada hatimu sekarang juga, apakah tidak ada rasa untukku? Tidak berdetak kencang jantungmu?"
Sial, dia bisa baca gesture tubuhku, batin shofi. Memang kenyataan, shofi mulai merasakan debaran tidak menentu setelah Yudha menggendongnya pada kejadian dengan berandalan beberapa waktu lalu.
Akan tetapi ....
Bersambung
Hai Kakak semua terima kasih sudah baca tulisanku semoga suka ya Kak ❤️🌹😘
Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu
Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te
Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih
Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach
Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe
Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan