Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?
"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.
Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.
Di kelompok satu
Mahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."
Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."
Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.
Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."
Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."
Sementara di kelompok lain para pria.
Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."
Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"
Mahasiswa C; "Awas mata lu
"Dasar anak kurang ajar! Gak tau diuntung!" Dona menampar Shofi karena dia membantah saat akan dikawinkan."Tapi, Ma ....""Gak ada tapi-tapian! Kamu harus menikah dengan Bram untuk melunasi hutang papamu!""Kenapa harus aku, Ma? Ini tak adil!""Karena kamu adalah anak kandung papamu satu-satunya! Siapa lagi kalau bukan kamu?" Dona menyeringai licik.Shofi tahu pernikahan ini pasti rencana dari Dona, ibu tirinya. Gadis bersurai hitam itu pun beralih menatap papanya yang kini terduduk tak berdaya di atas kursi roda."Pa, Shofi tidak mau menikah dengan Bram, si rentenir kejam itu!" Shofi berusaha memberi pengertian pada lelaki cinta pertamanya. Namun, sepertinya sia-sia.Lumpuh pada kakinya akibat kecelakaan satu tahun lalu telah membuat Pak Risco kehilangan kekuasaan."Papa tidak bisa berbuat apa-apa, Shofi, terimalah
"A-apa? Jadi wanitamu?" Shofi terkejut matanya terbelalak."Atau pilih dipecat?" Yudha menekankan kata-katanya sekali lagi."Itu, tidak mungkin!""Apa yang tidak mungkin, hah?""Usiaku lebih tua darimu," jawab Shofi."Aku tidak perduli!""A-apa?""Mau kamu lebih tua kek, bahkan nenek-nenek sekalian, aku tidak perduli!""Hah? A-apa?" Lagi-lagi Shofi terkesiap mendengar kata-kata Yudha.Seketika dalam benak Shofi berpikir, lelucon apa ini? Kegilaan apa ini?"Kamu sudah tidak waras! Jelas ini salah!""Apa yang salah? Suka sama perempuan yang lebih tua usianya sah-sah saja menuntutku." Yudha mempertahankan argumennya."Kamu benar-benar tidak waras!" Shofi terlihat semakin kesel."Iya dan aku tergila-gila kepadamu," ucap Yudha dengan senyum penuh arti di wajahnya.
"Lepaskan aku! Tolooong ...!" Shofi menjerit, meronta-ronta meminta belas kasihan pada kedua berandalan yang telah dikuasai nafsu itu."Emmmhhh! Emmmhhh!" Mulut Shofi pun dibekap oleh tangan berandal bertubuh kurus, tangan satunya lagi memegang tangan Shofi. Shofi terus meronta, matanya terbelalak saat tangan berandal bertubuh gemuk mulai merobek paksa bajunya lalu di buang ke lantai. Shofi semakin takut air matanya tiada henti mengalir.Saat berandal bertubuh gemuk akan melepaskan celana panjang yang dipakai shofi tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan jaket kulit dengan gerakan lincah dan cepat menarik tangan berandalan bertubuh gemuk. Lalu bogem mentah pun mendarat di pipinya."Kalian cari mati, hah? Beraninya menyentuh wanitaku? Tinju dari Yudha mendarat di perut berandal bertubuh kurus. Yudha menghajar kedua berandalan itu dan dalam waktu singkat kedua pemabuk itu pun terkapar."jangan ... a
Rio terkejut mendengar kata-kata yang barusan di ucapkan oleh Yudha. Sekian lama berteman, ia tahu Yudha bukanlah tipe laki-laki yang pandai merangkai kata apalagi kata-kata gombal. Yudha adalah laki-laki yang menjadi idola bagi setiap perempuan yang melihatnya. Alis tebal di atas manik mata berwarna coklat kekuningan, hidung mancung dan rahang yang tegas. Di tunjang dengan tinggi badan 187 cm selalu membuat para perempuan berakhir dengan pertikaian untuk memperebutkan seorang, Yudha."Eh, Bro, sejak kapan lu pandai gombal begitu?" tanya Rio terheran-heran.Melihat ekspresi Rio yang kebingungan seperti anak ayam kehilangan induknya, Yudha pun tertawa."Yudha, gitu loh," ucapnya bangga.Ternyata benar kata orang, cinta itu bisa mengubah orang lain. Buktinya, Yudha yang cool jadi bisa gom
Sesaat, Yudha melirik Shofi yang duduk bersebelahan dengannya. Shofi berpenampilan tidak seperti biasanya, kali ini ia mengenakan pakaian casual. Baju kaos berkerah Sabrina warna Dusty Pink di padukan dengan celana jeans yang diberi aksen robek dikit di bagian paha. Rambut panjang sepunggungnya diikat kuncir kuda dan ia juga mengenakan sneaker kesayangannya. Serta tidak ketinggalan tas selempang kecil.Suasana dalam mobil masih tetap hening. Shofi menoleh keluar jendela dengan perasaan bercampur aduk."Shofi!""Iya, apa!""Ternyata kamu begitu cantik!" Yudha tidak tahan untuk tidak memuji perempuan yang duduk di sampingnya."Dasar tukang gombal!"Yudha terkekeh, ia suka melihat wajah Shofi yang bersemu merah. Perempuan yang mengaku usianya lebih tua dari Yudha itu sama sekali tidak terlihat tua. Ia memiliki wajah Baby Face, kulitnya juga masih terlihat kencang dan segar. Dengan kostum casual seperti itu shofi malah terlihat seperti perempuan
Dalam ruangan berukuran empat kali empat persegi panjang, Shofi tentu saja bisa mendengar suara kasak kusuk yang terjadi di mushola bagian depan shaf laki-laki.Dengan sedikit menyibak kain berwarna hijau sebagai pembatas antara shaf laki-laki dan perempuan, ia melihat Yudha yang berkeringat dingin mengucur deras karena terkejut ditunjuk jadi imam salat magrib. Shofi menyeringai mengejek Yudha dalam hati ia membatin.'Rasain kamu, Yudha. Pasti kamu gak bisa mimpin sholat kan? Kita lihat saja, pasti kamu akan cari alasan untuk kabur.' Shofi tertawa bersama pikiran jeleknya, ia tidak sabar menunggu untuk mengejek Yudha nanti.Suara iqomat pun diserukan oleh seseorang jamaah laki-laki, tandanya makmum segera bersiap di shaf masing-masing salat magrib tiga rakaat akan segera di mulai."Bismillahirrahmanirrahim ....""Alhamdulillahirobbil 'alamin ...."Suara itu ... begitu merdu dan bersih, lagunya pun enak didengar. Siapa dia? Hati Shofi bergetar kencang
BrukkkSeketika Juven terjatuh, tinju dari Yudha sungguh keras."Bersikaplah sopan pada wanita, Bung!""Kurang ajar! Siapa kamu, hah? Berani ikut campur urusanku?" Juven mendengus kasar."Aku adalah calon suaminya! Kuingatkan sekali lagi, jangan berurusan dengan Shofi kalau tidak mau sengsara!" ancam Yudha. Shofi dan Ella terbelalak mendengar kata-kata Yudha."Beraninya kamu!""Kak, sudah Kak, ayo kita pergi!" Ella membawa Juven pergi dari area parkir masuk ke salah satu gazebo, sebelum melangkah ia masih menatap Yudha untuk sesaat. Dia masih memuja dan mengharapkan lelaki macho itu."Kamu, gak apa-apakan?""Tidak apa-apa, aku baik-baik saja"Yudha menarik tangan Shofi berjalan ke mobilnya. Yudha mulai membawa mobil dengan kecepatan sedang, suasana hening Yudha maupun Shofi tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak lama kemudian mobil Yudha sampai di depan rumah kontrakan Shofi. Yudha turun dari mobil lalu
"Hallo, Cantik ...." Yudha menyapa perempuan di seberang telepon."Bagaimana keadaanmu di sana?" suara merdunya terdengar syahdu."Alhamdulillah ... tentu sangat baik, jangan kawatir, Sayang," ujar Yudha riang."Wah, sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga hatinya, hem?""Ohh, biasa saja, kok.""Sungguh? Kalau begitu, aku akan segera pulang.""Serius, nih? Atau hanya PHP doang seperi tahun-tahun sebelumnya?" Ada nada kecewa dalam ucapan Yudha."InsyaAllah, lusa ... Cinta, akan pulang. Tentu, aku ingin sekali mendengar keseruan kisahmu bersama si Dia.""Wowowww.""Cepet banget nih isu tersebar sampai ke London, hem?" tanya Yudha dengan senyum sinisnya."Tentu, dong. Cinta ... gituloh."Yudha dan perempuan yang di panggil namanya Cinta itu tertawa bareng, tidak lama kemudia telpon diakhiri.Tidak buang waktu Yudha segera menelpon Rio, sahabatnya."Rio, kamu di mana? Segera jemput a