Share

05. Kesempatan

Sesaat, Yudha melirik Shofi yang duduk bersebelahan dengannya. Shofi berpenampilan tidak seperti biasanya, kali ini ia mengenakan pakaian casual. Baju kaos berkerah Sabrina warna Dusty Pink di padukan dengan  celana jeans yang diberi aksen robek dikit di bagian paha. Rambut panjang sepunggungnya diikat kuncir kuda dan ia juga mengenakan sneaker kesayangannya. Serta tidak ketinggalan tas selempang kecil.

Suasana dalam mobil masih tetap hening. Shofi menoleh keluar jendela dengan perasaan bercampur aduk.

"Shofi!"

"Iya, apa!"

"Ternyata kamu begitu cantik!" Yudha tidak tahan untuk tidak memuji perempuan yang duduk di sampingnya.

"Dasar tukang gombal!"

Yudha terkekeh, ia suka melihat wajah Shofi yang bersemu merah. Perempuan yang mengaku usianya lebih tua dari Yudha itu sama sekali tidak terlihat tua. Ia memiliki wajah Baby Face, kulitnya juga masih terlihat kencang dan segar. Dengan kostum casual seperti itu shofi malah terlihat seperti perempuan berusia 20 tahun.

***

Kini, Yudha dan Shofi telah berada di lantai dua Mall Aston, area khusus busana. Berbagai macam jenis, corak, model busana ada di sana. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Sangat lengkap.

"Shof, ini bagus gak menurutmu?" Yudha menunjukkan baju kaos yang ia pilih pada Shofi.

"Bagus!" jawab Shofi spontan.

Yudha juga memilih beberapa baju kemeja dari jarak sekitar lima meter Shofi melihat seorang laki-laki bergandengan mesra bersama seorang wanita cantik. 

Seketika hatinya berdebar kencang keringat mulai membasahi pelipisnya, Shofi memutar badannya agar ia tidak terlihat oleh mereka. Teman masa lalu Shofi semasa kuliah dulu. Kuliah Shofi harus berhenti setelah ibu kandungnya, Bu Viona meninggal dalam kecelakaan beruntun beberapa tahun silam.

"Apakah kamu baik-baik saja, wanitaku?" 

"Eh, i-iya, aku gak apa-apa." Shofi berkilah.

Menyadari wanitanya bertingkah aneh kedua alis Yudha bertemu. 

"Hai! Shofi, kamu shofi, bukan?" Tiba-tiba suara seorang lelaki tampan bersama seorang wanita cantik menyapa Shofi. 

"Eh, ha-hallo!" Shofi membalas sapaan mereka gugup.

"Gak mungkin kamu lupa sama kita kan?" tanya perempuan itu.

Belum sempat Shofi menjawab, laki-laki tampan itu menyela pembicaraan si perempuan..

"Tentu saja dong, Sayang. Dulu, Kalian berdua kan rival untuk menarik perhatianku," laki-laki itu tertawa bangga, "Dan akhirnya Shofi kalah," ujar Tommy.

"Jadi, kamu masih jamblo sampai sekarang, fi?" tanya Susy dengan nada mengejek.

"Aku ... eeh ...."

"Istriku, Sayang! Maaf, membuatmu menunggu lama. Kasirnya ngantri." Tiba-tiba Yudha sudah berada di samping Shofi memeluk pinggangnya dengan mesra.

Seketika Shofi mematung, badannya bergetar. Jantungnya berdegup kencang seperti akan meledak, seketika ia jadi linglung diperlakukan seperti itu oleh Yudha. 

Yudha tahu Shofi tidak bisa menguasai dirinya, lalu Yudha pun menggenggam erat tangan Shofi yang terasa dingin dan basah oleh keringat.

"Aku, suami Shofi, kenalkan namaku, Yudha Anggara." Yudha memberikan senyumnya yang menawan dan mengedipkan matanya pada Shofi yang masih kebingungan.

"Tommy!"

"Susy! 

Mereka berdua gantian bersalaman dengan Yudha.

"Wah, Shofi, kenapa kamu merahasiakan pernikahanmu?" tanya Susy menyelidiki.

"Oh, itu ... Pesta nikah baru diadakan di London, untuk kerabat yang di tanah air memang belum kami buat." Lagi-lagi Shofi terbelalak mendengar kata-kata Yudha, lalu ia tersenyum canggung pada Tommy dan Susy. Lidahnya masih kelu

Diam-diam Susy menilai Yudha,  bukan saja wajahnya yang tampan bodynya juga atletis. Namun, tajir melintirnya yang membuat Susy ingin merebut Yudha seperti yang pernah ia lakukan terhadap Tommy. Susy si matre.

Sesaat, Yudha melirik jam tangannya, "Oh, Istriku Sayang, sudah masuk waktu salat magrib nih, ayo kita ke Musholah."

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, apalagi di dalam Mall yang di penuhi suara musik dan pencahayaan terang. Tidak sadar waktu salat magrib telah tiba.

"Ba-baik, Mas!" 

Hati Yudha begitu sejuk mendengar wanitanya memanggil dia "Mas." Sementara, dalam hati Shofi begitu kesel, dongkol bahkan ingin mencabik-cabik wajah Yudha yang datar itu. Yudha terkekeh geli melihat wajah Shofi yang menahan kesal.

"Kalau begitu kita berpisah di sini," ujar Tommy.

"Sampai ketemu lagi, Shofi, juga Yudha," ucap Susy.

Melihat Tommy dan Susy telah pergi, seketika Shofi mendorong tubuh Yudha menjauh darinya. Yudha yang putar-pura lupa kalau actingnya sudah selesai, tetapi masih memanfaatkan kesempatan. 

"Dasar! Nyuri kesempatan!" umpat Shofi.

"Loh, kenyataannya kamu adalah jodohku. Lihat betapa serasinya kita, kamu cantik dan aku tampan. Duh, pasti anak-anak kita nanti super cantiknya. Jadi tidak sabar."

Mendengar ocehan Yudha, wajah Shofi memerah. Ia pun melangkah meninggalkan tempat itu. 

"Auhhh! Shofi terpeleset karena memijak kantong plastik kecil yang tergeletak di lantai. Untung segera di peluk Yudha.

"Apa aku bilang, kamu adalah jodohku dan aku selalu ada melindungimu," ujar Yudha genit mengedipkan sebelah matanya.

Sesungguhnya hati Shofi menghangat, berdebar kencang ia hanya tidak mau mengakuinya.

***

Setiap Mall  menyiapkan tempat beribadah kaum muslimin. Jadi, walaupun sedang asik shopping tidak khawatir ketinggalan kewajiban. Nah, disinilah Yudha dan Shofi berada.

Azan telah berkumandang, Yudha telah siap mengambil wudhu begitu juga dengan Shofi. Mereka bersama para pengunjun Mall yang lainnya sedang menunggu siapa yang akan menjadi Imam salat.  Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menjadi Imam salat.

Lalu, para jamaah salat laki-laki semuanya menunjuk Yudha untuk menjadi Imam salat Magrib. Karena hanya dialah yang pantas. Spontan Yudha terkejut.

Bersambung

Bagaimana dengan Yudha, bisakah ia mengemban amanah menjadi imam salat? Atau dia memilih kabur saja? Tunggu bab selanjutnya ya Kak. Jangan lupa tinggalkan jejak ya.😍

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status