Sesaat, Yudha melirik Shofi yang duduk bersebelahan dengannya. Shofi berpenampilan tidak seperti biasanya, kali ini ia mengenakan pakaian casual. Baju kaos berkerah Sabrina warna Dusty Pink di padukan dengan celana jeans yang diberi aksen robek dikit di bagian paha. Rambut panjang sepunggungnya diikat kuncir kuda dan ia juga mengenakan sneaker kesayangannya. Serta tidak ketinggalan tas selempang kecil.
Suasana dalam mobil masih tetap hening. Shofi menoleh keluar jendela dengan perasaan bercampur aduk.
"Shofi!"
"Iya, apa!"
"Ternyata kamu begitu cantik!" Yudha tidak tahan untuk tidak memuji perempuan yang duduk di sampingnya.
"Dasar tukang gombal!"
Yudha terkekeh, ia suka melihat wajah Shofi yang bersemu merah. Perempuan yang mengaku usianya lebih tua dari Yudha itu sama sekali tidak terlihat tua. Ia memiliki wajah Baby Face, kulitnya juga masih terlihat kencang dan segar. Dengan kostum casual seperti itu shofi malah terlihat seperti perempuan berusia 20 tahun.
***
Kini, Yudha dan Shofi telah berada di lantai dua Mall Aston, area khusus busana. Berbagai macam jenis, corak, model busana ada di sana. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Sangat lengkap.
"Shof, ini bagus gak menurutmu?" Yudha menunjukkan baju kaos yang ia pilih pada Shofi.
"Bagus!" jawab Shofi spontan.
Yudha juga memilih beberapa baju kemeja dari jarak sekitar lima meter Shofi melihat seorang laki-laki bergandengan mesra bersama seorang wanita cantik.
Seketika hatinya berdebar kencang keringat mulai membasahi pelipisnya, Shofi memutar badannya agar ia tidak terlihat oleh mereka. Teman masa lalu Shofi semasa kuliah dulu. Kuliah Shofi harus berhenti setelah ibu kandungnya, Bu Viona meninggal dalam kecelakaan beruntun beberapa tahun silam.
"Apakah kamu baik-baik saja, wanitaku?"
"Eh, i-iya, aku gak apa-apa." Shofi berkilah.
Menyadari wanitanya bertingkah aneh kedua alis Yudha bertemu.
"Hai! Shofi, kamu shofi, bukan?" Tiba-tiba suara seorang lelaki tampan bersama seorang wanita cantik menyapa Shofi.
"Eh, ha-hallo!" Shofi membalas sapaan mereka gugup.
"Gak mungkin kamu lupa sama kita kan?" tanya perempuan itu.
Belum sempat Shofi menjawab, laki-laki tampan itu menyela pembicaraan si perempuan..
"Tentu saja dong, Sayang. Dulu, Kalian berdua kan rival untuk menarik perhatianku," laki-laki itu tertawa bangga, "Dan akhirnya Shofi kalah," ujar Tommy.
"Jadi, kamu masih jamblo sampai sekarang, fi?" tanya Susy dengan nada mengejek.
"Aku ... eeh ...."
"Istriku, Sayang! Maaf, membuatmu menunggu lama. Kasirnya ngantri." Tiba-tiba Yudha sudah berada di samping Shofi memeluk pinggangnya dengan mesra.
Seketika Shofi mematung, badannya bergetar. Jantungnya berdegup kencang seperti akan meledak, seketika ia jadi linglung diperlakukan seperti itu oleh Yudha.
Yudha tahu Shofi tidak bisa menguasai dirinya, lalu Yudha pun menggenggam erat tangan Shofi yang terasa dingin dan basah oleh keringat."Aku, suami Shofi, kenalkan namaku, Yudha Anggara." Yudha memberikan senyumnya yang menawan dan mengedipkan matanya pada Shofi yang masih kebingungan.
"Tommy!"
"Susy!
Mereka berdua gantian bersalaman dengan Yudha.
"Wah, Shofi, kenapa kamu merahasiakan pernikahanmu?" tanya Susy menyelidiki.
"Oh, itu ... Pesta nikah baru diadakan di London, untuk kerabat yang di tanah air memang belum kami buat." Lagi-lagi Shofi terbelalak mendengar kata-kata Yudha, lalu ia tersenyum canggung pada Tommy dan Susy. Lidahnya masih kelu
Diam-diam Susy menilai Yudha, bukan saja wajahnya yang tampan bodynya juga atletis. Namun, tajir melintirnya yang membuat Susy ingin merebut Yudha seperti yang pernah ia lakukan terhadap Tommy. Susy si matre.
Sesaat, Yudha melirik jam tangannya, "Oh, Istriku Sayang, sudah masuk waktu salat magrib nih, ayo kita ke Musholah."
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, apalagi di dalam Mall yang di penuhi suara musik dan pencahayaan terang. Tidak sadar waktu salat magrib telah tiba.
"Ba-baik, Mas!"
Hati Yudha begitu sejuk mendengar wanitanya memanggil dia "Mas." Sementara, dalam hati Shofi begitu kesel, dongkol bahkan ingin mencabik-cabik wajah Yudha yang datar itu. Yudha terkekeh geli melihat wajah Shofi yang menahan kesal."Kalau begitu kita berpisah di sini," ujar Tommy.
"Sampai ketemu lagi, Shofi, juga Yudha," ucap Susy.
Melihat Tommy dan Susy telah pergi, seketika Shofi mendorong tubuh Yudha menjauh darinya. Yudha yang putar-pura lupa kalau actingnya sudah selesai, tetapi masih memanfaatkan kesempatan.
"Dasar! Nyuri kesempatan!" umpat Shofi.
"Loh, kenyataannya kamu adalah jodohku. Lihat betapa serasinya kita, kamu cantik dan aku tampan. Duh, pasti anak-anak kita nanti super cantiknya. Jadi tidak sabar."
Mendengar ocehan Yudha, wajah Shofi memerah. Ia pun melangkah meninggalkan tempat itu.
"Auhhh! Shofi terpeleset karena memijak kantong plastik kecil yang tergeletak di lantai. Untung segera di peluk Yudha.
"Apa aku bilang, kamu adalah jodohku dan aku selalu ada melindungimu," ujar Yudha genit mengedipkan sebelah matanya.
Sesungguhnya hati Shofi menghangat, berdebar kencang ia hanya tidak mau mengakuinya.
***
Setiap Mall menyiapkan tempat beribadah kaum muslimin. Jadi, walaupun sedang asik shopping tidak khawatir ketinggalan kewajiban. Nah, disinilah Yudha dan Shofi berada.
Azan telah berkumandang, Yudha telah siap mengambil wudhu begitu juga dengan Shofi. Mereka bersama para pengunjun Mall yang lainnya sedang menunggu siapa yang akan menjadi Imam salat. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menjadi Imam salat.
Lalu, para jamaah salat laki-laki semuanya menunjuk Yudha untuk menjadi Imam salat Magrib. Karena hanya dialah yang pantas. Spontan Yudha terkejut.
Bersambung
Bagaimana dengan Yudha, bisakah ia mengemban amanah menjadi imam salat? Atau dia memilih kabur saja? Tunggu bab selanjutnya ya Kak. Jangan lupa tinggalkan jejak ya.😍
Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu
Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te
Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih
Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach
Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe
Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan