Beranda / Romansa / Suamiku Brondong / 03. Pantun Cinta

Share

03. Pantun Cinta

Penulis: Cean
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-23 00:38:24

"Lepaskan aku! Tolooong ...!" Shofi menjerit, meronta-ronta meminta belas kasihan pada kedua berandalan yang telah dikuasai nafsu itu. 

"Emmmhhh! Emmmhhh!" Mulut Shofi pun dibekap oleh tangan berandal bertubuh kurus, tangan satunya lagi memegang tangan Shofi. Shofi terus meronta, matanya terbelalak saat tangan berandal bertubuh gemuk mulai merobek paksa bajunya lalu di buang ke lantai. Shofi semakin takut air matanya tiada henti mengalir. 

Saat berandal bertubuh gemuk akan melepaskan celana panjang yang dipakai shofi tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan jaket kulit dengan gerakan lincah dan cepat menarik tangan berandalan bertubuh gemuk. Lalu bogem mentah pun mendarat di pipinya. 

"Kalian cari mati, hah? Beraninya menyentuh wanitaku? Tinju dari Yudha mendarat di perut berandal bertubuh kurus. Yudha menghajar kedua berandalan itu dan dalam waktu singkat kedua pemabuk itu pun terkapar. 

"jangan ... ampun!" Shofi gemetar ketakutan. Ia masih meringkuk memeluk kedua lututnya. mendengar langkah kaki yang semakin dekat ke arahnya.

"Ini aku, Yudha!"

"Tidak ...!"

"Jangan mendekat ...!" histeris Shofi 

"Hei, Shofi ... Shofi, sadarlah!" Yudha mengguncang bahu wanitanya.

"Yudha ...?" Shofi kembali menangis.

Yudha melihat baju Shofi telah robek lalu melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Shofi.

"Yuk, kita pulang!" 

Tanpa menunggu jawaban dari Shofi Yudha langsung menggendong wanitanya yang tampak tidak berdaya itu pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari situ.

***

Senja telah tenggelam di gantikan oleh sinar rembulan yang penuh dengan kelembutan. Yudha menatap Shofi yang pingsan, ia tidak ingin meninggalkan Shofi sendirian di rumah. Sementara Nek Anum sedang membeli keperluan dapur.

Yudha merasakan hatinya pilu saat melihat kedua pergelangan tangan Shofi memar, pasti dia melawan denga seluruh tenaganya.

"Rio, sudah kamu amankan kedua brandalan itu?" tanya Yudha pada tamannya itu melalui gawainya.

"Sudah beres, Bos!" 

"Bagus! Sampah masyarakat kayak gitu harus dibikin jera!"

"Siap, Bos!" 

"Ti-tidaak!" Ja-jangaan!"

"Shofi! Shofi! Sadar, Shofi!"

"Jangan sentuh aku ...!" 

"Jangan ... jangan...!" Shofi tersentak bangun dari pingsannya.

"Syukurlah, kamu sudah sadar," ujar Yudha yang duduk di samping kasur Shofi tampak kawatir.

"Pergi! Pergi! Menjauh dariku!" Shofi menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Badannya gemetar, ia menangis tersedu-sedu mengingat kejadian sore tadi.

Yudha semakin bingung, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Tak lama berselang, Nenek Anum pulang.

"Nenek, tolonglah Shofi, Nek!" Yudha tampak cemas.

"Shofi." Nek Anum menemui cucunya.

"Nenek! Aku takut! Aku takut!" Shofi memeluk Nenek Anum, Air matanya menganak sungai.

"Sudah! Sekarang sudah aman. Dua berandalan itu sudah ditangkap polisi. Sekarang makan dulu, lalu istirahat.

"Iya, Nek," lirih Shofi.

Nenek Anum meninggalkan Shofi di kamarnya dan menemui Yudha yang telah duduk di ruang keluarga.

"Bagaimana keadaan Shofi sekarang, Nek?"

"Sudah mulai tenang, dia shock dengan kejadian sore tadi."

"Iya, Nek, baiklah kalau begitu saya izin pamit dulu, Nek!" 

Yudha mencium tangan tua itu dengan takzim, lalu meninggalkan rumah kontrakan Shofi.

Yudha paham kalau Shofi sedang trauma, ia hanya bisa berdoa semoga wanitanya itu segera kuat kembali.

***

Waktu berlalu begitu cepat tidak terasa sudah dua bulan dari kejadian yang menimpa Shofi dan ia pun mulai beraktivitas kembali, tetapi tidak bisa seperti sedia kala. Karena rasa takut dan was-was masih menghantuinya.

Pagi itu suasana kantin tampak sepi, hanya ada beberapa mahasiswi. Shofi yang mulai bekerja sedang menyapu.

"Pagi, Mbak," sapa seorang kurir.

"Pagi, Mas, ada perlu apa?" tanya Shofi.

"Ini ada paket untuk, Mbak Shofi. Tolong terima paketnya.

Alis perempuan bermata bening itu berkerut.

Shofi menerima paket bunga mawar merah segar yang tertuju untuknya.

"Wow, cantiknya, siapa yang ngirim, shof?" tanya, Bu Hani yang baru saja tiba.

"Siapa lagi kalau bukan si Yudha," sahut Shofi malas.

"So sweet," timpal, Bu Hani, yang dibalas dengan lirikan maut dari Shofi kepadanya tanda ia sangat kesel. Wanita paruh baya itu pun terkekeh.

Lima menit kemudian ....

"Apakah dengan Mbak Shofi?"

"Iya, saya sendiri. Ada apa ya Pak?"

"Ini, Mbak, ada pesanan sop ayam kampung untuk, mbak Shofi." Setelah menyerahkannya kepada Shofi, sang kurir pun pergi.

10 menit kumudian ....

Seorang kurir lain mengantar mawar warna Pink.

Delapan menit kemudian ....

Kurir berjaket hijau pula mengantar kue lapis legit ....

Selang 13 menit ....

Seorang kurir mengantarkan paket dari butik terkenal, terlihat dari merek yang tertera di kantongnya.

Shofi mulai kesel dengan perlakuan Yudha kepadanya yang memicu gosip di kampus. Tak berselang lama Yudha muncul bersama Rio, lalu ia membacakan sebuah pantun cinta untuk Shofi.

"Pohon jambu pohon manggis. Hanya satu pohon bidara. Walaupun di sana banyak gadis. Tetapi hanya Shofi yang kucinta."

Seketika wajah shofi bersemu merah antara geli juga kesel dengan bicinnya lelaki beralis tebal itu.

"Wow, so sweet!" 

"Beruntungnya, Dia, ya!"

"Oh, yudha, manis banget."

Beberapa mahasiswi yang ada di kantin lebih awal mulai kasak kusuk, ada yang terdengar sampai ke telinga Shofi ada yang hanya berbisik-bisik.

Tanpa Shofi dan Yudha sadari ada sepasang mata di sudut kantin yang sejak tadi memperhatikan adegan manis mereka penuh dengan dendam dan kebencian.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Brondong   23. Not Bad

    Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu

  • Suamiku Brondong   22. I Love You

    Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te

  • Suamiku Brondong   21. Sengaja

    Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih

  • Suamiku Brondong   20. So sweet

    Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach

  • Suamiku Brondong   19.Hari khusus

    Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe

  • Suamiku Brondong   18. Pikiran berkelana

    Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status