Beranda / Romansa / Suamiku Brondong / 06. Siasat Yudha

Share

06. Siasat Yudha

Penulis: Cean
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-28 22:28:04

Dalam ruangan berukuran empat kali empat persegi panjang, Shofi tentu saja bisa mendengar suara kasak kusuk yang terjadi di mushola bagian depan shaf laki-laki.

Dengan sedikit menyibak kain berwarna hijau sebagai pembatas antara shaf laki-laki dan perempuan, ia melihat Yudha yang berkeringat dingin mengucur deras karena terkejut ditunjuk jadi imam salat magrib. Shofi menyeringai mengejek Yudha dalam hati ia membatin.

'Rasain kamu, Yudha. Pasti kamu gak bisa mimpin sholat kan? Kita lihat saja, pasti kamu akan cari alasan untuk kabur.' Shofi tertawa bersama pikiran jeleknya, ia tidak sabar menunggu untuk mengejek Yudha nanti.

Suara iqomat pun diserukan oleh seseorang jamaah laki-laki, tandanya makmum segera bersiap di shaf masing-masing salat magrib tiga rakaat akan segera di mulai.

"Bismillahirrahmanirrahim ...."

"Alhamdulillahirobbil 'alamin ...."

Suara itu ... begitu merdu dan bersih, lagunya pun enak didengar. Siapa dia? Hati Shofi bergetar kencang. Apakah benar Dia adalah Yudha? Tidak mungkin! Pasti orang lain. Jikalau itu memang Yudha, gimana? Tidak! Pasti orang lain. Dalam pikiran Shofi muncul berbagai prasangka-prasangka tentang Yudha, begitu mengganggu pikirannya hingga ia shalat jadi tidak khusyuk.

"Aamiin!"

Shalat magrib pun selesai, begegas Shofi memajukan badannya dan menyimak kain pembatas itu lagi untuk melihat siapa imam salat magrib barusan.

Deg! Yudha! Jadi .... 

Benar adanya, suara yang merdu dan bacaannya bagus barusan adalah Suara Yudha. Shofi, shock. Dalam pikirannya Yudha tidak mungkin bisa, melihat dari penampilannya juga gayanya yang sedikit Arrogant dan cool serta suka maksa dan kadang juga kejam bagaimana mungkin. Siapa sebenarnya Yudha? Oh rasanya kepala Shofi akan meledak.

"Sudah siap kamu?" tanya Yudha saat mereka keluar dari mushola itu.

"Iya, sudah," jawab Shofi singkat.

"Ayo, kita makan malam, perutku minta diisi, nih."

"Tapi ...."

"Gak ada tapi-tapian!"

"Aku masih kenyang Yud," alasan Shofi.

"Sebaiknya kamu nurut aja kalau tidak mau kugendong seperti beberapa waktu lalu," ancam Yudha.

Melihat Shofi hanya bengong seperti ruhnya yang tidak berada di dalam raganya, Yudha langsung menarik tangan perempuan bermata bening itu.

Tuh! Kan, lagi-lagi Yudha suka memaksakan kehendaknya. Shofi jadi kesel. Shofi pasrah, ia hanya bisa mengikuti langkah Yudha dengan hentakan kakinya. Yudha tersenyum geli melihat tingkah Shofi.

***

Mobil sport berwarna Hitam itu pun berhenti di parkiran depan sebuah restoran mewah. Di samping restoran itu terdapat beberapa gazebo. Yudha berjalan ke salah satu gazebo dan diikuti Shofi dari belakangnya.

"Selamat malam, silahkan, ini buku menu dari restoran kami."

"Terima kasih," ujar Shofi, yang telah duduk di dalam pondok berbahan kayu tersebut dengan senyum manis.

Yudha melihat senyum Shofi yang begitu menawan dan tulus, menimbulkan getaran di hatinya. Mereka lalu memesan makanan.

"Kamu pasti ingin mengejekku tadi, betulkan?" todong laki-laki bermata elang itu.

"Jangan bermimpi, ye, itu tidak akan terjadi," 

"Huh, jumawa banget, kamu!" Shofi jengah melihatnya.

Sial, ternyata Yudha sungguh tampan, apalagi melihatnya dalam jarak dekat. Ehhh ... tunggu, kenapa aku memujinya? Batin Shofi, ia menggeleng cepat.

"Kamu begitu menggemaskan, ingin rasanya aku menciummu," kata-kata Yudha membuat darahnya mendidih. Yudha tersenyum geli melihat tingkah Shofi, rasanya hari-hari yang akan datang tidak bisa ia lewati tanpa menggoda perempuan bergigi gingsul itu.

"Yudha ...."

"Iya, ada apa, hmm?" Yudha asik dengan gawainya.

"Carilah perempuan lain yang lebih baik dariku dan tentunya lebih muda."

Yudha meletakkan gawai yang sedari tadi ia pengang, "Kalau aku tidak mau, kamu mau apa?" tanya Yudha dengan tatapan tajam.

"A-aku ...!" Shofi berhenti melanjutkan kata-katanya karena seorang pelayan datang membawakan menu yang mereka pesan tadi. Shofi mengurungkan niatnya untuk membahas masalah itu lagi di saat rejeki terhidang di atas meja.

Malam Minggu yang tidak terduga oleh Shofi. Namun, telah disusun matang oleh Yudha, sungguh cerdas memang. Karena itulah Yudha bisa lulus kuliah lebih cepat dari teman-temannya. Ia baru menyelesaikan sidangnya dan tinggal menunggu wisuda.

"Ayo, kita pulang," ajak Yudha setelah mereka selesai makan.

"Iya," jawab Shofi singkat.

Yudha membayar semua tagihan di kadir, dan Shofi berjalan ke area parkir. Seorang perempuan nabrak Shofi.

"Oh, Maaf!" Shofi menunduk.

"Hei, lihat siapa ini? Kakak kenal gak?" tanya perempuan itu kepada laki-laki yang ada di sampingnya.

"Siapa? Masa Kakak lupa sih?"

Laki-laki itu menatap tajam ke arah Shofi.

"Oh, rupanya si kere, Shofi," laki-laki itu mengejek Shofi dan tertawa mengejek.

"Punya duit kamu makan di tempat mehong ini? tanya Ella sinis dan menghina.

"Kak Juven?" Shofi menerka.

"Jangan panggil aku, Kakak! Kita tidak punya hubungan lagi setelah papamu meninggal!"

"Kak, pasti dia lagi bersama lelaki hidung belang, kalau tidak mana mungkin dia bisa makan di tempat mewah ini," ujar Ella.

"Oh, begitu ... jadi berapa tarifmu,hah? Biar aku promosi kan" Tangan Juven bersiap hendak memegang dagu Shofi.

"Arrghhh!"

Tiba-tiba tangannya dipelintir oleh seseorang, dan sebuah tinju keras menghantam pipinya. Darah segar mengucur dari sudut bibirnya.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Brondong   23. Not Bad

    Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu

  • Suamiku Brondong   22. I Love You

    Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te

  • Suamiku Brondong   21. Sengaja

    Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih

  • Suamiku Brondong   20. So sweet

    Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach

  • Suamiku Brondong   19.Hari khusus

    Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe

  • Suamiku Brondong   18. Pikiran berkelana

    Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status