Share

07. Panggilan Khusus

Brukkk

Seketika Juven terjatuh, tinju dari Yudha sungguh keras.

"Bersikaplah sopan pada wanita, Bung!" 

"Kurang ajar! Siapa kamu, hah? Berani ikut campur urusanku?"  Juven mendengus kasar.

"Aku adalah calon suaminya! Kuingatkan sekali lagi, jangan berurusan dengan Shofi kalau tidak mau sengsara!" ancam Yudha. Shofi dan Ella terbelalak mendengar kata-kata Yudha.

"Beraninya kamu!"

"Kak, sudah Kak, ayo kita pergi!" Ella membawa Juven pergi dari area parkir masuk ke salah satu gazebo, sebelum melangkah ia masih menatap Yudha untuk sesaat. Dia masih memuja dan mengharapkan lelaki macho itu.

"Kamu, gak apa-apakan?" 

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja"

Yudha menarik tangan Shofi berjalan ke mobilnya. Yudha mulai membawa mobil dengan kecepatan sedang, suasana hening Yudha maupun Shofi tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Tidak lama kemudian mobil Yudha sampai di depan rumah kontrakan Shofi. Yudha turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Shofi, mereka berdua masuk ke rumah.

"Assalamualaikum." Shofi memberi salam.

"Waalaikum salam," jawab, Nek Anum, "ehhh, ada Nak Yudha.'

"Iya, Nek. Nenek sehatkah? Ini Yudha belikan nasi bebek bakar."

"Wah, jadi repotin, Nak Yudha."

"Tidak apa -apa, Nek," ujar Yudha dengan senyum manis.

"Baiklah, Yudha pamit dulu ya, Nek."

"Hati-hati di jalan, Nak."

"Aamiin." Yudha lalu mencium punggung tangan Nenek Anum. Shofi mengantar Yudha sampai di halaman rumah.

"Sini!"

"A-apa?" tanya Shofi bingung, alisnya menyatu.

"Sini! Buruan!"

"Nggak, ahhh! Nanti dilihat tetangga ...."

"Sini, handphonemu! Kamu kira aku mau apa, hah? Ngeres nih pikirannya."

"Auhh ... sakit!" Wajah Shofi memerah dan ia memegang kepalanya yang kena jitak Yudha. Malu pasti, sudah menuduh Yudha secara tidak langsung. Yudha memasukkan nomor teleponnya ke dalam handphone Shofi.

"Ini, kubalikin. Nanti, kuhubungin setelah tiba di rumah." 

Shofi mengambil gawainya dan merekapun berpisah. Shofi lalu masuk ke dalam rumah menemui Neneknya.

"Sudah pulang, Yudha, Shof?" tanya Nek Anum.

"Sudah, Nek! Shofi menyiapkan makan Neneknya.

"Jalan kemana saja tadi sama Yudha?" 

"Ke Mall Aston lalu makan Nek, oh iya Nek, tadi Shofi ketemu sama Ella dan Juven saat mau pulang!" Shofi mengadu pada Neneknya.

"Pasti mereka bikin masalah lagi padamu, kan?"

"Kok, Nenek tahu? Wah ... hebat nih Nenek."

"Yah, tahulah, Shofi. Nenekmu ini telah melewati kehidupan yang penuh dengan asam garam."

"Shofi, Nenek lihat Yudha itu anak yang baik dan apa Dia sedang mendekatimu?"

"Entahlah, Nek. Shofi tidak tahu." Wajah Shofi pias.

"Nenek rasa kalian cocok."

"Tapi, Nek ...."

"Cinta itu anugrah terindah dari Tuhan, ia datang begitu saja tanpa diminta." 

"Tapi, Nek ... Shofi tidak yakin. Usiaku dan Yudha terpaut jauh,  Seketika wajah Shofi jadi murung.

"Cinta tidak pandang usia Shofi, jangan jadikan itu sebagai alasan. Biarpun Yudha lebih muda darimu, tapi Nenek bisa lihat cintanya tulus padamu dan lebih dewasa."

Shofi tertegun sejenak mendengar kata-kata Nek Anum, pikirannya menerawang pada kejadian yang baru di alaminya. Ia dapat merasakan kesungguhan Yudha. Akan tetapi, ia tidak pernah meminta seorang jodoh yang lebih muda darinya. Bisa saja Yudha hanya mempermainkannya, itulah yang membuat Shofi takut.

Malam semakin larut Shofi bersiap untuk tidur. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur usang, badannya terasa ngilu dan pegal.

Ping!

Sebuah nada terdengar dari gawainya tanda ada pesan singkat masuk. Shofi beranjak malas mengambil alat pipih itu di nakas. Lalu ia geser tombol warna hijau, sebuah pesan masuk atas nama Yudha. 

[Hai, wanitaku, met bobok syantik ya, Sayang] diakhiri emoji kiss.

"Ihhh ... amit-amit," ujar Shofi  bergidik membacanya.

Shofi kembali ke layar utam, ia mengklik gambar profil nomor telepon Yudha, terpampang jelas sebuah photo laki-laki macho, rupawan, dengan tubuh atletis sedang duduk di atas Moge mewah. Bohong, kalau Shofi tidak mengakui ketampanan Yudha, Shofi tidak membalas pesan itu, ia anggap lalu.

Dreet .... Dreet .... Dreet .... Dreet ....

"Huh! Siapa sih ? Nganggu tidurku saja, ahhh!" Shofi melihat itu panggilan dari Yudha, lalu ia pun mengabaikannya. Namun, Yudha masih saja menelpon membuat Shofi semakin kesal.

"Hello ... ada apa sih, aku mau tidur, tahu?" tanya Shofi kesal jam tidurnya terganggu.

"Siapa suruh gak balas pesanku? Inilah akibatnya."

"Met, bobok!"

"Yang lembut kenapa?"

"Uwuhhh ... met bobok Tuan Yudha yang ganteng," ucap Shofi dengan suara dipaksakan.

"Nah, gitu dong, cantik. Cup muuahh!"

Seketika mata Shofi membulat dan kesal. 

"Bye," ucap Shofi, lalu mematikan sambungan teleponnya. Memulai merajut mimpinya.

***

Sebuah panggilan bernada khusus bergema dari gawai Yudha di pagi hari yang cerah. Ia yang sedang rebahan di atas kasur bergegas meraih alat pipih itu. Terpampang sebuah nama, CINTA PERTAMA.

Seketika hati Yudha berdetak kencang, rasa hangat menjalar di seluruh tubuh. Rindu yang ia tahan selama ini akan terbalas kali ini. Segera Yudha menjawab panggilan itu.

"Hallo ... Sayangku!" Suara lembut di seberang menyapa Yudha.

Bersambung ....

Hai gaes, ketemu sama Cean lagi nih .... Wow, cinta pertama Yudha menghubunginya, lalu apakah Yudha akan berpaling dari Shofi ? Ikuti bab berikutnya gaes😍😘

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status