Share

Cara Menyembuhkanmu

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-03 19:05:31

Esme masih terpaku membaca nama ‘Tiffany Gunadi’ yang terpahat indah, seolah menggambarkan sosok yang beristirahat di balik batu itu.

“Esme,” panggil Reinan, disertai bunyi jentikan jemari. “Letakkan bunga yang kamu bawa, di depan Bibi Tiffany.”

.

Suara Reinan membuat Esme terperangah. Ia menoleh cepat ke arah suaminya yang sedang menatap lembut nisan itu. Kini, ia mengerti bahwa Tiffany Gunadi adalah bibi Reinan.

“Kamu harus berkenalan dengan Bibi Tiffany. Dia sangat menyayangiku... hampir seperti Mama,” jelas Reinan sembari bersimpuh di depan pusara.

Tanpa menunda lagi, Esme segera meletakkan bunga edelweiss dengan kedua tangannya yang sempat bergetar. Ia lalu merapat ke sisi Reinan, dan ikut bersimpuh.

“Bibi Tiffany, kenalkan ini istriku. Namanya Esme,” lirih Reinan, menyunggingkan senyum kecil yang sarat rindu.

Dalam diam, Esme ikut menunduk dan memperkenalkan dirinya. Menyebut nama sang bibi dalam doa yang tulus, memohon restu dari jiwa yang telah pergi lebih dahulu.

Mereka berdu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Cemburu yang Manis

    Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Reinan. Hening menyusup di antara mereka, terasa berat dan membekap udara. Isabella kembali membuka suara, nada bicaranya mantap.“Kenapa kamu diam, Rein? Aku bicara sungguh-sungguh. Setelah pagelaran fashion show ini selesai, aku akan pulang. Kita bisa menikah. Aku berjanji, kali ini aku nggak akan meninggalkanmu lagi.”Reinan menarik napas panjang. Dengan nada polos khasnya, ia menjawab, “Aku nggak mengerti maksudmu. Tapi, aku sudah punya istri. Kalau mau datang, kita masih bisa berteman.”Di seberang sana, Isabella tersenyum samar—senyum yang tak bisa terlihat oleh Reinan, tetapi terasa dalam suaranya.“Mungkin kamu belum mengerti, karena kita hanya berbicara lewat telepon. Nanti, setelah kita bertemu, aku akan membuatmu sadar, Rein. Tunggulah kedatanganku.”Nada mantap itu menjadi penutup percakapan. Bunyi ‘beep’ terakhir menggantung di telinga, meninggalkan Reinan dalam diam yang panjang. Wajahnya yang semula datar mulai menggelap.Kailash,

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Aku-lah Cintamu, Bukan Dia

    Mendengar nama ‘Isabella’, Esme sontak tertegun. Tangannya refleks menyentuh alat bantu dengar, mencoba memastikan bahwa telinganya tidak sedang mempermainkan pendengaran. Namun, gema nama itu terpatri begitu jelas.Sekejap ingatan Esme melayang pada sepasang cangkir keramik di apartemen Reinan. Salah satunya tercetak nama ‘Bella’ dengan ukiran halus, seolah dibuat untuk seseorang yang sangat istimewa.Hingga detik ini, Esme tidak pernah menanyakan siapa pemilik nama tersebut kepada Reinan. Namun, potongan-potongan yang semula tak berarti, kini sudah terangkai menjadi sebuah kepingan utuh.Hati Esme mendadak berdenyut perih. Ada rasa yang tak ia pahami—campuran getir, penasaran, dan tak rela. Ia bukan tipe wanita yang mudah cemburu, apalagi pada masa lalu seseorang. Hanya saja, perasaannya terhadap Isabella sangat berbeda. Esme yakin, Reinan dan gadis itu pernah memiliki kisah yang lebih dari sekadar teman. Isabella telah mengisi bagian hidup Reinan yang tak pernah ia sentuh. Dan dug

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Panggilan dari Teman

    Di paviliun mansion, Esme duduk termenung di tepi ranjang. Layar televisi masih menyala, tetapi pandangannya justru tertuju pada gorden yang bergoyang tertiup angin.Entah mengapa di dalam benaknya masih terngiang percakapan terakhir dengan Reinan—tentang keinginan sang suami untuk memiliki bayi. Sejak itu, hati Esme tak pernah benar-benar tenang. Bayangan Reinan yang begitu yakin, begitu serius saat mengatakan hal itu, terus menghantui. Bagaimana jika malam ini Reinan kembali membahasnya? Atau lebih buruk lagi, menagih janji yang belum mampu ia berikan?Jantung Esme berdetak tak beraturan, naik turun seperti laju roller coaster,Ketika bunyi ketukan pelan terdengar di pintu, Esme hampir melompat dari duduknya. Ia berpikir bahwa Reinan sudah berdiri di ambang. Namun, saat pintu dibuka, sosok yang muncul bukan suaminya, melainkan Kailash, pelayan setia Reinan.“Nyonya Muda,” sapa Kailash dengan nada hormat. “Tuan Muda sudah menunggu di balkon. Beliau ingin menggambar bersama.”Esme me

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Sang Pewaris Harus Kembali

    Waktu yang dinanti akhirnya tiba.Ruang rapat utama di lantai tertinggi kantor pusat Gala Corp dipenuhi oleh atmosfer tegang. Sebuah meja bundar yang luas membentang di tengah ruangan, dikelilingi oleh kursi-kursi eksekutif berlapis kulit hitam. Aroma parfum floral, yang menjadi salah satu produk unggulan perusahaan, menyelimuti seisi ruangan. Namun, tidak cukup kuat untuk menutupi kecemasan di wajah para manajer dan anggota dewan direksi.Beberapa dari mereka tampak saling berbisik. Ada yang menggenggam pulpen terlalu erat, ada pula yang menunduk menatap layar ponsel, memantau grafik saham yang terus meluncur menukik tajam. Dirga, mantan asisten pribadi Reinan, juga duduk di sana dengan eskpresi datar. Matanya menatap ke depan penuh kewaspadaan. Tak ada yang tahu, bahwa ia sedang mengamati gerak-gerik setiap orang dan mencatat setiap kalimat dengan teliti. Ketika pintu besar berlapis kayu mahoni terbuka, ruangan itu menjadi hening. Langkah Nyonya Tania terdengar mantap, bergaung d

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Kemenangan di Balik Kehancuran

    Suasana kantor Gala Corp siang itu diliputi ketegangan yang terasa dari setiap sudut. Beberapa karyawan memilih menunduk dan membisu, membiarkan bisik-bisik kegelisahan tertahan di dalam hati. Di lantai paling atas, tirai ruang Direktur Marketing tertutup rapat. Nelson duduk terpaku di balik meja panjang dengan wajah muram. Suasana ruang kerjanya begitu sunyi, hanya deru napasnya yang terdengar berat di antara dinding kaca. Laporan-laporan berserakan di meja, tak satu pun disentuh. Wajah Nelson memerah, campuran antara malu dan geram. Tangannya mengepal di atas tumpukan dokumen yang seharusnya ia tandatangani sejak pagi. Sesekali, Nelson menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kasar, seolah ingin mengusir amarah yang telah naik ke ubun-ubun. Akan tetapi, satu kenyataan itu tak kunjung enyah dari pikiran Nelson: wajahnya, suaranya, tubuhnya, tersebar luas di internet. Ia telah menjadi bahan tontonan seluruh negeri. Viral, dengan label “pengkhianat rumah tangga”.Mendadak, not

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Kejutan Besar

    Sorot mata Reinan tak kunjung beralih dari wajah Esme. Tatapannya penuh harap, sekaligus juga mengandung kesungguhan yang tak mudah diterjemahkan. "Kita harus melakukannya, supaya aku nggak terus-terusan dikurung di kamar ini,” lanjut Reinan kembali membujuk Esme. “Mama nggak akan curiga kalau aku sibuk mengurus bayi."Esme menelan ludah, bibirnya ragu-ragu untuk terbuka. Jarak mereka yang tak sampai sejengkal, membuat Esme semakin salah tingkah.Ia berusaha keras merangkai kata yang masuk akal untuk menolak permintaan Reinan. Namun, ia tidak kunjung menemukan jalan keluar.Mana mungkin, ia bisa melahirkan bayi sementara Nyonya Tania berusaha menjauhkannya dari Reinan. Selain itu, rasa bersalah, takut, dan trauma masa lalu membuat Esme belum mampu menjalankan kewajiban sebagai istri. Reinan masih menunggu. Matanya jernih dan terbuka, seperti halaman kosong yang menanti ditulisi dengan kejujuran."A-aku nggak tahu," ucap Esme terbata. "Aku belum pernah mencobanya... jadi, aku nggak b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status