Share

Harapan yang Runtuh

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-09-07 22:35:15

Setelah perut mereka kenyang, Sela dan Seli mengajak Esme kembali ke mobil. Mereka melirik jam yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

“Esme, kami harus pulang untuk memilih gaun dan bersiap," kata Sela sambil menyalakan mobil.

“Siapa tahu nanti ketemu Kak Virgo atau Kak Brandon. Dulu mereka idola kami di sekolah. Jangan heran kalau nanti kami sibuk mendekati mereka."

Seli tergelak, matanya berbinar penuh usil. "Lalu bagaimana denganmu, Esme? Ikut kami ke rumah, atau pulang ke apartemen menunggu Reinan?”

Esme menunduk sejenak, menimbang. Namun kemudian, ia mengangkat wajahnya dengan mantap.

"Aku ikut kalian dulu. Aku nggak punya alat rias sama sekali, semuanya tertinggal di paviliun. Kalau boleh, aku pinjam milik kalian.”

Sela terkekeh puas. “Tentu saja boleh! Tapi, kenapa nggak ke salon saja? Bukankah lebih mudah?”

Esme sontak menggeleng cepat. “Aku nggak mau membuang uang Reinan untuk hal yang bisa kulakukan sendiri. Selama aku masih bisa merias dengan tanganku, aku akan kerjakan i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
yanti karmila
pliss datang ya reinan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Harapan yang Runtuh

    Setelah perut mereka kenyang, Sela dan Seli mengajak Esme kembali ke mobil. Mereka melirik jam yang sudah menunjukkan pukul dua siang.“Esme, kami harus pulang untuk memilih gaun dan bersiap," kata Sela sambil menyalakan mobil. “Siapa tahu nanti ketemu Kak Virgo atau Kak Brandon. Dulu mereka idola kami di sekolah. Jangan heran kalau nanti kami sibuk mendekati mereka."Seli tergelak, matanya berbinar penuh usil. "Lalu bagaimana denganmu, Esme? Ikut kami ke rumah, atau pulang ke apartemen menunggu Reinan?”Esme menunduk sejenak, menimbang. Namun kemudian, ia mengangkat wajahnya dengan mantap."Aku ikut kalian dulu. Aku nggak punya alat rias sama sekali, semuanya tertinggal di paviliun. Kalau boleh, aku pinjam milik kalian.”Sela terkekeh puas. “Tentu saja boleh! Tapi, kenapa nggak ke salon saja? Bukankah lebih mudah?”Esme sontak menggeleng cepat. “Aku nggak mau membuang uang Reinan untuk hal yang bisa kulakukan sendiri. Selama aku masih bisa merias dengan tanganku, aku akan kerjakan i

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Esme sedang Sendirian

    Meski hatinya masih diliputi keraguan, akhirnya Esme mengikuti dorongan Sela dan Seli. Dengan setengah pasrah, ia membayar gaun beserta sepasang sepatu hak tinggi berwarna senada. Entah mengapa gaun indah itu seakan menjadi pertaruhan harga diri sekaligus cintanya.Setelah menyelesaikan pembayaran, Sela menepuk bahu Esme. “Oke, misi pertama berhasil. Sekarang waktunya isi perut. Aku tahu tempat makan enak yang membuat stamina lebih kuat.”Seli langsung menyambung dengan mata berbinar."Ya, kita pergi makan sup iga sapi dan sate daging domba. Katanya itu bisa meningkatkan stamina, dan membuat badan lebih bertenaga. Cocok untukmu, Esme, supaya kamu kuat menghadapi dua musuh besar, Wina dan Isabella.”Esme hanya bisa pasrah pada kemauan Sela dan Seli. Mereka pun meluncur menuju sebuah rumah makan bergaya modern rustic, yang sebagian pengunjungnya adalah anak muda. Mereka bertiga duduk di sudut ruangan. Seli dengan antusias memesan tiga porsi sup iga. Ditambah satu porsi sate domba ped

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Penentu Kesetiaan

    Di apartemen, ponsel Reinan yang masih berada di tangan Esme bergetar pelan. Layar menyala menampilkan nama Sela. Senyum Esme mengembang. Dunia yang tadinya sepi seketika ramai oleh kehadiran teman yang paling ia rindukan.Dengan ceria ia menyambungkan panggilan. “Sela, halo.”Suara riang Sela langsung terdengar.“Esme, cepat turun ke lobi. Aku dan Seli sudah di sini. Jangan lama-lama, nanti kami dikira sales panci keliling yang salah alamat masuk apartemen mewah. Security dari tadi melirik kami terus.”Esme terkekeh, bayangan dua sahabat kembarnya yang selalu jenaka melintas jelas di kepalanya. “Mungkin security itu bukan curiga, tapi malah terpikat kecantikan kalian. Jangan-jangan dia ingin minta nomor telepon," canda Esme.Tawa di ujung sana terdengar berderai. Kali ini suara Seli menyahut cepat. “Sekarang kamu mulai pintar menggoda kami, ya? Sepertinya efek semalam bersama Reinan.”Pipi Esme seketika merona, ia menggigit bibir bawahnya malu-malu. "Duduk saja di lobi. Aku seger

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Terjerat Sandiwara

    Melihat Isabella sudah bertindak di luar batas, Reinan seketika maju. Ia meraih pergelangan tangan Isabella, menahannya agar tidak melucuti seluruh pakaian yang tersisa.“Jangan lakukan ini, Bella. Membuka pakaian di hadapanku itu nggak pantas,” cegah Reinan.“Kamu sedang sakit, tubuhmu lemah. Seharusnya kamu beristirahat, bukan melakukan hal memalukan seperti ini.”Kata-kata itu bagaikan cambuk yang memecah udara di antara mereka.Isabella terhuyung mundur, menatap Reinan dengan napas terengah. “Jadi, begitu pendapatmu tentang aku,” bisiknya getir, hampir tak terdengar. “Sekarang kamu menganggapku sebagai gadis yang memalukan?”Suara Isabella bergetar, disertai air mata yang mengalir deras membasahi pipi pucatnya.“Rein, kamu benar-benar jahat. Kamu bukan lagi Reinan yang dulu kukenal… yang selalu menjagaku, yang selalu menginginkan aku."Reinan menahan napas. Hatinya terusik melihat luka yang ia tinggalkan untuk Isabella, meski ia tahu ia harus tetap teguh demi Esme. Detik selanju

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Obsesi Gila

    Isabella menatap wajah Reinan dengan mata berkaca. Jemarinya yang pucat masih mencengkeram lengan pria itu, seperti takut jika Reinan tiba-tiba menghilang lagi.“Kenapa semalam kamu pergi, Rein?” tanya Isabella dengan ekspresi sedih. “Apa kamu ingin menghindariku? Apa kamu keberatan kalau aku tidur di kamarmu?” cecar Isabella.Reinan menunduk sedikit. Ia balas menatap Isabella dengan wajah polos, yang biasa ia gunakan untuk menyamarkan kecerdasannya. “Nggak begitu, Bella. Aku sudah mengatakan semalam, kaamu boleh tidur di kamarku,”Isabella menggeleng cepat, tatapannya memanas. “Tapi, kenapa kamu malah pergi bersama Esme? Seharusnya, kamu menemaniku sepanjang malam.”Reinan tidak langsung menjawab. Ia bangkit sebentar, mengambil nampan di meja nakas yang masih penuh makanan tak tersentuh. Dengan gerakan tenang, Reinan kembali duduk di samping Isabella sambil menyendok mashed potato yang masih mengepulkan aroma hangat.“Makan dulu, tiga suap. Baru aku jawab pertanyaanmu.”Isabella me

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Cepat Pergi, Cepat Kembali

    Reinan menatap istrinya lekat-lekat, seolah ingin membaca isi hatinya yang terdalam. “Esme, kamu mendengar semuanya, kan?Esme mengangguk pelan. “Iya, aku mendengarnya.”Melihat kebimbangan di mata Reinan, Esme meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat. Ia yakin sang suami sedang mengalami dilema, antara keinginan menolong Isabella, tetapi juga khawatir membuatnya salah paham.“Pulanglah dan bantu Isabella, Rein. Dia teman masa kecilmu, pernah sangat dekat denganmu. Mungkin dia sangat kecewa karena kamu pergi tiba-tiba semalam,” tutur Esme. “Hanya kamu yang bisa membujuknya."Sorot mata Reinan meredup, tergores rasa bersalah dan kagum sekaligus. Tangannya terulur membelai pucuk kepala Esme dengan penuh kelembutan, seperti ingin mengabadikan kebaikan hati itu di dalam dirinya. “Kamu memang pantas menjadi Cinderella-ku,” tuturnya lirih. “Hati sebaik ini… hanya kamu yang punya.”Reinan merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam berkilau dari dalam dompet

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status